Share

Dipanggil Mama

Penulis: Anggifey
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-26 19:57:10

Yolanda terus menggerutu saat tangannya ditarik Arka. Ia yang berpikir bisa bahagia tidur seharian penuh, akhirnya harus dihantam kenyataan bahwa seorang Arka takkan membiarkannya tenang. Terbukti sekarang Arka tengah memaksanya untuk pergi ke pasar malam.

“Yak! Kau pikir aku tak punya kerjaan? Kenapa mengajakku ke sini, sih?” gerundelnya selama perjalanan.

“Kerja yang kau maksud pasti hanyalah tidur. Kau itu jangan jadi introvert berlebihan! Toh, harusnya kau bersyukur karena punya teman yang baik sepertiku yang sampai memikirkan dirimu.” Arka menukasnya dengan nada jengah.

Yola bungkam saja saat tengah terpojok begini. Ia tak bisa mengelak lagi karena memang benar itu kenyataannya.

Arka langsung menarik Yola menuju salah satu stand makanan. “Aku yang bayar malam ini. Hitung-hitung sebagai bentuk tanggung jawabku karena menculikmu keluar dari gua,” jelasnya santai.

Yolanda yang awalnya mengambek segera berbinar mengetahui ia akan ditraktir. Yah, bisa menghemat pengeluarannya.

“Giliran dengar kata gratis, dirimu langsung excited,” cela Arka yang harus mengikhlaskan isi dompetnya malam ini. Yola pasti akan memorotinya hingga tandas.

“Aku pesan ini dan itu. Jangan lupa, porsinya yang jumbo! Aku juga mau beli minuman yang ada di sana. Kau yang bayar, jadi aku bisa tenang,” potong Yola yang tak peduli sindiran Arka padanya.

“Dasar wanita licik,” kecam Arka sebelum terpaksa mengeluarkan dompet usangnya.

Wajah Arka ia buat melas, siapa tahu Yola akan berbaik hati tak memorotinya sampai tandas. Namun, harapan tinggallah harapan. Yolanda menggeleng dan merebut paksa dompetnya lalu mengambil semua isi uang di dalamnya.

“Nih, kukembalikan dompetmu. Isi lagi yang banyak lalu traktir diriku!” celetuk ringan Yola lalu berjalan mendahului Arka selepas membayar.

Arka mengelus dada untuk menabahkan hati. Punya teman model Yola memang sangat menguras emosi. Ingin cari teman baru, tapi sudah terlalu nyaman dengan Yola. Ingat, teman yang baik itu susah dicari apalagi kalau sudah klop!

“Mama! Aku mau peluk dan digendong mama,” pekik seorang anak perempuan yang memegangi kaki kanan Yolanda.

Arka segera mendekat dan menatap horor sama seperti yang dilakukan Yolanda. Bahkan Yola seolah diam seperti batu saking kagetnya.

“Kau punya anak selama ini? Wah, tak kusangka dirimu seberani ini menipuku. Kau mengaku masih virgin, eh tapi ternyata sudah lahirkan anak segede ini,” cerocos Arka sok terluka dengan dramatis.

Yola memandangnya jengah sambil menggetok keras kepalanya. Arka makin mengoceh tak jelas hingga membuat kepala Yola jadi pening. Belum lagi ada anak kecil yang tengah bergelayut manja di kakinya.

“Yak, kalian berdua diamlah!” ketus Yola yang akhirnya memilih meninggalkan dua orang itu.

Ia masa bodo dengan bocah cilik ataupun Arka yang tengah mengejarnya. Dirinya merasa jadi seperti ibu yang tengah menelantarkan anak dan suaminya saja.

“Berhenti mengikutiku dan jangan terus mengoceh! Aku bukan mamamu, Bocah.” Yola yang tak tahan dengan anak kecil itu segera berseru marah.

Orang-orang menatapinya dengan gunjingan yang sama sekali tak dipedulikan Yola. Toh, memang dirinya tidak kenal anak kecil ini serta ia bukanlah ibunya.

Arka tersentak kaget dengan teriakan marahnya Yola. Kalau sudah begini, Yola bisa sangat menyeramkan. Tapi anehnya, gadis kecil ini bukannya gentar, ia malah makin merengek memanggil mama pada Yola.

“Dia benar bukan anakmu, Yol?” bisik Arka yang sudah ada di sisinya Yolanda.

“Iya. Sudah berapa kali kukatakan bahwa aku ini masih virgin! Aku bahkan tak kenal siapa nama bocah ini dan di mana orangtuanya. Astaga, orangtuanya bahkan tak peduli anaknya hilang,” keluh Yola seraya melirik anak kecil di bawah kakinya itu.

“Yasudah, kita ajak duduk dulu di sini. Nanti pasti keluarganya akan datang mencarinya,” putus Arka yang kemudian menggandeng Yola untuk diajaknya duduk.

Sedangkan anak kecil ini terus mengekor dan mengambil duduk di tengah-tengah Yola dan Arka. Sudah sangat mirip seperti keluarga kecil yang romantis saja.

“Lalu, bagaimana jika keluarganya tak peduli? Bagaimana jika ia memang sengaja ditelantarkan? Aku sungguh tak mau merawat bocah, Ar,” sungut Yola yang tidak mau terlibat apapun dengan anak kecil.

Mengurus bocah yang tak tahu asal-usulnya? Hey, Yolanda bukan orang sebaik itu yang mau mengorbankan hidupnya demi orang lain.

Arka ikut bingung juga. Meninggalkan anak kecil sendirian di sini, bukanlah ide yang bagus. Ia tentu saja iba dengan anak kecil itu. Terlebih, Arka tipe orang yang tak tegaan. Memang berbanding terbalik sekali dengan Yolanda.

“Namamu siapa, Anak Manis?” tegur Arka yang mencoba mencari tahu.

Paling tidak, jika sudah mengantongi namanya apalagi sampai identitas orangtuanya, Arka pikir bisa melaporkannya ke polisi. Biar nanti polisi yang mencarikan keberadaan orangtuanya.

“Namaku Calista Letashia, Om.” Anak kecil ini menjawabnya dengan riang seolah Arka itu orang yang dikenalnya.

Arka ikut tersenyum saat mendapat respon baik yang diinginkannya dari sang bocah.

“Jadi namamu adalah Leta? Oh, lalu siapa nama ayah dan ibumu? Di mana orangtuamu sekarang, Leta?” ujar Arka yang mencoba kembali menggali lebih dalam.

Yolanda hanya melirik interaksi dua orang beda usia itu dengan tampang bosan. Yah, tentu karena tak ikut diajak bicara. Tapi, kalaupun ia memang diajak ngobrol, ia juga takkan mau sok akrab seperti yang dilakukan Arka. Mereka itu orang asing jika dengan bocah ini, camkan itu! Batinnya Yola ingin sekali menggertak Arka supaya bisa bersikap dingin pada gadis kecil yang beruntungnya imut ini.

“Aku tadi datang dengan ayahku, tapi saat melihat mama di sini, maka aku menghampirinya.”

Yolanda dan Arka bertatapan bingung. Apa maksudnya Leta yang dimaksud mama adalah Yola? Astaga, bolehkan Yolanda tertawa keras sekarang ini?

“Sepertinya kau salah paham, Nak. Aku bukan ibumu yang kau pikir. Mungkin saja pakaian kami sama sehingga dirimu mengira aku ibumu. Ibumu pasti sedih karena kau tak mengenali rupa asli ibumu,” sanggah Yolanda dengan nada mengejeknya.

Arka sampai mengelus dadanya sendiri saking nyelekitnya ucapan Yola.

“Dia masih bocah, Yol. Berbicaralah sedikit manis padanya! Kau sudah seperti Ibu Tiri saja, asal kau tahu,” cemooh Arka yang langsung diberi tatapan sengit oleh Yola.

“Terserah padaku. Ini mulut-mulutku sendiri, kok,” sarkasnya memilih buang muka.

Arka lalu kembali fokus saja pada anak kecil ini. Ia masih harus mencari tahu soal gadis kecil bernama Leta ini.

“Mamaku adalah dia,”—ucapnya seraya menuding Yola—"Tapi, kenapa mama tak mau menatapku?”

Setelah mendengar ucapan polos Leta, seketika mata Yola membola.

“Anak dari mana? Hey, aku masih virgin,” sentaknya yang sudah berdiri. Ingin pergi saja meninggalkan bocah itu dan tidur nyaman di rumah. Ia bisa stres jika berlama-lama berada di situasi ambigu begini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Duda Anak Satu   Kecemburuan yang Makin Menjadi

    Yolanda tiba di kost nya diantar oleh Yardan yang sudah memasang wajah tertekuk kesal. Ya, dirinya tak senang karena Yolanda akan bertemu dengan Arka.“Aku sudah turun, kenapa masih diam di sini? Cepat pulanglah!” tegur Yolanda sebab Yardan malah menatapnya dengan mata mendelik tak bersahabat.“Kau ingin aku cepat-cepat pergi supaya bisa berduaan dengan Arka, kan?” rutuk Yardan.Yolanda menganga tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Yardan. Berduaan dengan Arka katanya? Hey, dirinya akan sibuk beberes kamar kost nya yang sudah seperti sarang nyamuk itu. Bukannya berduaan untuk senang-senang, dirinya malah sengaja mengundang Arka datang untuk membantunya kok.“Terserah apa katamu. Aku akan sangat sibuk, jadi kuharap kau tak mengganggu. Besok pagi aku akan berangkat ke kantor seperti biasa, sekalian mengembalikan pakaian yang kupinjam ini,” ucap Yolanda seraya menunjuk setelan jas yang pakai. Pakaiannya itu memang sudah seharusnya ia kembalikan dalam kondisi baik dan rapi s

  • Pesona Duda Anak Satu   Menjadi Lebih Dekat

    “Apa kau ingin kuantar ke makam ayah dan ibumu dulu? Kurasa kau pasti ingin menemui mereka,” ucap Yardan menyetir dalam kecepatan sedang.Yolanda terdiam sejenak hingga kemudian memberi anggukan pelan. Ia tak berkeinginan membuka suara atau mengindahkan tatapan Yardan yang terlihat iba padanya. Dalam perjalanan menuju makam pun, Yolanda tak berhenti melamun.Ketika Yolanda tengah memejamkan mata untuk menenangkan hati dan pikirannya yang tengah berkecambuk, ponselnya berdering. Wajah lesu dan tanpa gairahnya, seketika berubah sedikit bersemangat ketika tahu bahwa Arka yang menelefon. Yardan yang duduk di sebelahnya terlihat melirik dan mencuri dengar obrolan Yolanda dengan Arka.“Yah, aku sedang ada masalah. Nanti kuceritakan semuanya padamu, Ar. Sekarang aku ingin ke makam orangtuaku dulu.”Yardan tak bisa mendengar suara Arka sebab Yolanda tidak mengeraskan volumenya. Namun dari ucapan Yolanda saja, dirinya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa Yolanda dan Arka akan bertemu.“Iya-iy

  • Pesona Duda Anak Satu   Bayaran Mahal untuk Kesalahan

    Atmojo mulai mengumpulkan kesadarannya dan saat ia menelisik keadaan sekitar, ia merasa asing dengan ruangan bernuansa hitam-abu.“Sudah bangun ternyata. Bagaimana? Apa kecelakaan yang menimpamu sudah bisa membuatmu sadar akan kesalahanmu pada keluargaku?”Suara Yolanda membuatnya terkejut. Wanita itu masuk ke kamar dengan nampan berisi makanan. Atmojo segera terduduk dan menatap awas pada Yolanda yang dengan santainya meletakkan nampan itu ke meja nakas.“Aku tidak sekejam dirimu hingga berani memasukkan racun dalam makananmu untuk balas dendam. Jika iya, aku bahkan sudah membiarkanmu mati terpanggang di mobilmu kemarin.” Yolanda kembali berceloteh datar namun sarat akan nada sarkasnya.Tak berapa lama kemudian seseorang membuka pintu kamar menampilkan siluet lelaki yang berdiri di ambang pintu.“Cepat masuk! Dirimu malah berlagak seperti mafia yang menyekap tawanannya saja,” sembur Yolanda melihat Yardan terlihat sok.Yardan terkekeh sebentar lalu masuk dan bergegas untuk membuka ti

  • Pesona Duda Anak Satu   Penyebab Kehancuran Keluarganya

    Yolanda langsung saja menarik kerah lelaki setengah baya itu tanpa peduli bahwa tubuhnya harus berjinjit untuk bisa menggapai kerah bajunya. Amarah membumbung begitu saja ketika melihat sosok paman yang selama ini menjadi mimpi buruknya.“GARA-GARA PAMAN, SEKARANG KELUARGAKU HANCUR!” bentak Yolanda dengan urat amarahnya. Tatapannya nyalang tertuju pada sang paman yang berusaha melepaskan tangan Yolanda di kerah baju yang terasa mencekik lehernya.Yardan yang melihat kebrutalan Yolanda segera membantu Pak Yuda lepas darinya. Ia tak mengerti kenapa Yolanda bersikap begitu.“Hey, tenangkan dirimu! Kau membuat malu saja!” serunya membuat Yolanda berhenti teriak. Kini, Yolanda balik menatap sarkas pada Yardan.“APA KATAMU?–MENENANGKAN DIRI?! Bagaimana bisa aku tenang melihat orang yang sudah menghancurkan keluargaku berdiri di depanku begini?! APA KAU MERASAKAN KEHANCURAN YANG KURASAKAN, HAH?!” Yolanda benar-benar berang melihat Yardan yang seolah memojokkannya. Ia sudah tak peduli apa itu

  • Pesona Duda Anak Satu   Pendekatan yang Terencana

    “Ada apa?” tanya Yolanda spontan ketika baru masuk ke dalam ruangan kerja Yardan. Yardan yang sebelumnya fokus dengan komputer di depannya langsung melirik sebentar pada Yolanda yang berdiri di hadapannya dengan kedua tangan bersedekap angguh. “Apa begini caramu bicara pada atasan? Di mana sopan santunmu padaku, hah?” Yolanda mendengus namun pada akhirnya mengakui kesalahannya. Ia tidak lagi bersedekap dan meletakkan kedua tangannya di sisi tubuh dan meminta maaf dengan pelan. “Maafkan kelancangan saya, Pak,” ucap Yolanda sedikit menekan kata saya dan pak. “Nah, begitu baru bagus. Oh iya, di mana dirimu tadi selepas aku mengenalkanmu pada karyawan lain? Kupikir kau tidak punya kepandaian dalam beradaptasi. Tapi ternyata kau sudah dekat dengan salah satu dari mereka, ya.” Yardan berucap ringan sambil kembali fokus pada pekerjaannya. Yolanda tersenyum tipis mendengar ucapan Yardan yang terkesan memujinya. “Yah, aku sebenarnya cukup pandai bersosialisasi. Eh, tapi apa boleh aku menga

  • Pesona Duda Anak Satu   Merasa Tersaingi

    Yolanda dan Yardan saling diam selama di perjalanan. Ucapan yang tak sengaja terlontar begitu saja dari bibir Yardan yang memuji kecantikan Yolanda membuat keduanya berakhir canggung hingga sekarang.“Kita sudah sampai,” ujar Yardan yang kemudian turun dari mobilnya lebih dulu. Ia mengangkat Aleta untuk turun dari mobilnya dan menata kembali pakaian putri kecilnya itu agar lebih rapi lagi.Yolanda memilih tidak turun dari mobil dan hanya melambaikan tangannya pada Leta dengan senyum ala kadarnya.“Kau tidak mau turun dan mengucapkan selamat tinggal yang benar pada Leta?” tegur Yardan tak menyukai tabiat Yolanda.Leta menarik pelan celana ayahnya sehingga mengalihkan atensi Yardan pada Yola.“Ada apa, hem?” tanya Yardan berubah lembut jika pada putri kecilnya.“Jangan marahi mama, Pah. Leta tak masalah, kok. Toh sudah cukup dengan mama anter Leta ke sekolah. Nanti Leta mau pamer pada teman-teman jika punya mama yang anter sekolah,” ucap Leta dengan senyum riangnya.Yardan dan Yola dibu

  • Pesona Duda Anak Satu   Jadi Sekretaris

    Yardan tertawa puas, berbanding terbalik dengan Yolanda yang seketika melemas. “Sekarang mau mengelak seperti apa lagi kalau buktinya sudah jelas? Itu orang masuk ke kost di sebelahmu yang berjarak beberapa meter saja. Kau takkan ingkar pada ucapanmu untuk bertanggung jawab, bukan?” ejek Yardan merasa bahwa baru saja memenangkan lotre. Yolanda mendengus kesal tapi tetap saja ia mengangguk dan menyahuti iya pada ucapan Yardan padanya. Ia takkan tega mendatangi tetangga yang sudah merusak mobil Yardan. Dirinya tahu betul bahwa tetangganya itu punya mental down. Yardan yang awalnya tertawa senang, mengernyitkan alis bingung. Ia pikir Yolanda akan menentangnya dan mengajaknya mendatangi si pelaku perusakan untuk dimarahi. Tetapi Yolanda malah hanya menurut saja saat ia minta pertanggungjawaban. “Sekarang katakan aku harus bayar berapa?” tanya Yola to the point. Yardan menggeleng cepat. “Bukan seperti ini yang kupikir. Kau tidak mau mengomel atau mendatangi tetanggamu itu? Ayolah, sika

  • Pesona Duda Anak Satu   Ganti Rugi

    Yolanda yang baru tiba di TKP langsung menepuk jidatnya lalu menatap lempeng ke arah Yardan.“Lalu, apa maksudmu aku yang jadi ganti rugi atas kerusakan yang bahkan bukan ulahku? Kau gila atau bagaimana?” sentaknya yang membuat Yardan refleks menutup kedua telinga Leta yang berdiri di sebelahnya.“Bicaramu mohon dikondisikan! Ada anakku di sini, Yol,” peringat Yardan yang tidak diindahkan oleh Yolanda.Yolanda sudah kepalang gemas pada Yardan yang seenaknya minta ganti rugi padanya. Memang salahnya jika mobil Yardan digores orang? Salah sendiri dia parkir sembarangan! Batinnya Yolanda mengamuk tak karuan. Jika tidak lupa ada Leta, bisa saja ia keluarkan segala nama binatang pada Yardan.“Nah, ada CCTV di situ. Kita lihat rekamannya saja! Aku juga ingin tahu siapa orang kurang kerjaan yang membuatku terseret dalam masalah konyol ini. Dan akan kupastikan dia bukan tetangga atau kenalanku, jadi kau tak bisa menuntut agar aku ganti rugi.” Yola mencetuskan ide itu saat dirinya tak sengaja

  • Pesona Duda Anak Satu   Pekerjaan Baru

    “Jadi sekretarisku, bagaimana? Kau mau menerima tawaranku atau tidak? Mumpung lowongan kerjanya belum kuberikan pada staf yang mengurus personalia.”Wajah Yolanda langsung mengernyit. Dirinya itu tak lebih dari anak lulusan SMA yang ilmunya tidak mumpuni. Sekretaris sebuah perusahaan besar itu tidak mudah. Banyak hal yang harus Yolanda lakukan, belum lagi dirinya yang tak tahu menahu soal tugasnya. Yolanda langsung menggelengkan kepalanya pertanda tidak mau.“Aku menolaknya. Oh iya, memangnya apa ada yang salah dengan sekretarismu saat ini? Kenapa kau mau mengganti Livia?” tanya Yola penasaran.Yardan terkekeh kecil. Tak ada alasan logis sebenarnya. Ia hanya berencana mengganti personel di perusahaannya saja.Mendengar yang dikatakan Yardan, membuat Yola mendecih. Ia pikir si Yardan ada konflik dengan Livia.“Livia bekerja dengan baik, kok. Hanya saja aku bosan selalu dipasangkan dengannya. Banyak orang beranggapan aku dan Livia cocok jadi kekasih. Tak tahu saja diriku dan dirinya tak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status