Yolanda Aurelia, wanita cantik yang bekerja sebagai peracik minuman di salah satu club malam. Ia yang terkenal arogan, nyatanya mampu luluh pada pria duda anak satu. Dirinya termakan omongannya sendiri bahwa duda sama sekali tidak setara dengannya. Namun terbukti saat akhirnya ia menikah dengan Yardan yang berstatus duda. Kehidupan rumah tangganya tidak semulus harapannya. Ada kehadiran Bara yang menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan sang suami. Mampukah Yolanda menghempaskan perasaan sukanya pada Bara yang tak lain adalah iparnya sendiri? Bisakah ia tetap berpegang teguh pada rumah tangganya?
View MorePhoebe
The shrill sounds of my alarm wake me from my deep sleep, the insistent noise making me growl in frustration. I thought I had turned that stupid thing off last night, considering Beta Lance had told me I got the morning off to celebrate my birthday.
As usual, King Levi was cold to me when his beta delivered this news, barely looking up from the documents he was reading. After thanking the two, I finished dusting the alpha king’s office before wishing King Levi and Beta Lance a good night.
The alarm continues to scream beside the bed, reminding me that I still need to turn off this stupid device. My plans of sleeping in are now gone, so I turn onto my side and slam a hand onto the small gadget, effectively silencing the alarm.
Rolling onto my back again, I cover my eyes with my arm and sigh, trying to shield myself from the light that filters through the open curtains I forgot to close last night.
“Happy birthday, Phoebe,” I whisper to myself, a sad smile playing on my lips. Today is June 20, the day I turn eighteen.
The day I’m finally old enough to find my mate. The wolf who is meant to be my other half. The one I’m supposed to find solace and love with, bound together by fate. I know that being a member of the royal pack will make it harder for me to find my mate, as not many leave the pack unless it is for diplomatic purposes. As King Levi’s maid, it makes it difficult for me to leave the pack as well.
With another deep sigh, I lower my arm to the side and stare up at the ceiling. Hopefully, I find my mate soon. I don’t know how much longer I can handle the rumors spreading about me through the pack—that I am a gold-digging whore who only stays as his maid to become his luna. With a mate, I can prove that I am only by King Levi’s side because that was the job I was given. My parents fought to protect him over five years ago, and it is my turn to do the same.
When he finds his luna, I will graciously bend the knee and pledge my loyalty to her, showing that I am no threat to her position as my queen. Then maybe King Levi will be nicer to me again, like he was when we were younger.
We were friends as pups, with Levi always smiling at me when we were in the same room, playing card games, while our parents discussed hunting patrols and training schedules as the king and queen’s hidden guards.
But then that day came. Levi turned eighteen and started his first rut the moment the clock chimed the hour of his birth. His body was overcome by the desire to mate with a she-wolf, turning the royal pack upside down. This panic allowed rogues to slip through our defenses, and in the chaos, they managed to gravely wound the king and queen and kill my parents, who lost their lives protecting the royal family.
I remember the guilt the king and queen felt as they clung to life, holding on until their son emerged from his rut. When it finally ended seven days later, Levi knelt before me, crying and begging for forgiveness. Just moments before they succumbed to their injuries, his parents told him everything that had happened on his birthday.
To honor my parents’ sacrifice—and at his parents’ final request—King Levi appointed me as his personal maid at thirteen. My salary went directly into the inheritance account my parents set up for me in their will—an account I will now have access to since I’ve turned eighteen today.
Maybe I should buy my own home now, I muse. Buying my own home would be perfect. I could live outside the palace and only come here to perform my duties.
This would be beneficial for me, as I would no longer be at King Levi’s beck and call since our rooms would no longer be down the hall from each other. I would have a home of my own, a place to freely decorate and unwind in after a long day serving the cold man who grew to hate me because of the rumors about me.
Suddenly, my stomach grumbles, and I take this as my cue to push myself off my bed and onto my feet. Breakfast in the dining hall sounds good right about now before I hide away in the library for the rest of the day. Since there will be a ball tonight to welcome a visiting alpha and his packmates, no one will come looking for me while I rest and relax until tonight.
Quickly showering and changing into a clean yet simple pink sundress, I tie my white hair up with a ribbon before slipping on a pair of ballet flats and checking the time. Currently, King Levi will be in his office with Beta Lance. They will be going over the final preparations for welcoming the visiting alpha, so I will be able to avoid his cold, harsh gaze. With a smile, I leave my room, keeping my gaze low and my posture straight.
As much as I want to hold my head up high, everyone in the pack assumes I am an omega because of the lowly tasks I perform. They don’t know that I serve as a hidden guard for the king, a role I was appointed to at the request of his late parents, and I train early in the morning on my days off to stay prepared.
They don’t know that, as scared as I am about dying, I would gladly give my life for the good of werewolf-kind. So, I must pretend to be meek and keep my head down until the day our king finds his queen.
My steps pause at this thought, the idea of King Levi being with another woman bringing a sour taste to my mouth. Shaking away these thoughts, I take a deep breath and leave the king’s wing of the palace. I can already smell the scent of bacon from all the way over here, and if I am not quick enough, I won’t be able to eat my fill.
“Is that her?” I hear someone whisper as I reach the staircase, noticing three maids crowding around one another.
“Yes. She is the king’s personal maid,” another she-wolf answers with a sneer. I sigh, descending the steps as their whispered rumors about me slowly grow quieter the further away from them I get. It seems I will have to endure another day of the pack’s ridicule and sneers, even on my eighteenth birthday.
Please, let my mate come soon, I think, blinking back my tears and hoping the Moon Goddess hears my pleas.
Yolanda tiba di kost nya diantar oleh Yardan yang sudah memasang wajah tertekuk kesal. Ya, dirinya tak senang karena Yolanda akan bertemu dengan Arka.“Aku sudah turun, kenapa masih diam di sini? Cepat pulanglah!” tegur Yolanda sebab Yardan malah menatapnya dengan mata mendelik tak bersahabat.“Kau ingin aku cepat-cepat pergi supaya bisa berduaan dengan Arka, kan?” rutuk Yardan.Yolanda menganga tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Yardan. Berduaan dengan Arka katanya? Hey, dirinya akan sibuk beberes kamar kost nya yang sudah seperti sarang nyamuk itu. Bukannya berduaan untuk senang-senang, dirinya malah sengaja mengundang Arka datang untuk membantunya kok.“Terserah apa katamu. Aku akan sangat sibuk, jadi kuharap kau tak mengganggu. Besok pagi aku akan berangkat ke kantor seperti biasa, sekalian mengembalikan pakaian yang kupinjam ini,” ucap Yolanda seraya menunjuk setelan jas yang pakai. Pakaiannya itu memang sudah seharusnya ia kembalikan dalam kondisi baik dan rapi s
“Apa kau ingin kuantar ke makam ayah dan ibumu dulu? Kurasa kau pasti ingin menemui mereka,” ucap Yardan menyetir dalam kecepatan sedang.Yolanda terdiam sejenak hingga kemudian memberi anggukan pelan. Ia tak berkeinginan membuka suara atau mengindahkan tatapan Yardan yang terlihat iba padanya. Dalam perjalanan menuju makam pun, Yolanda tak berhenti melamun.Ketika Yolanda tengah memejamkan mata untuk menenangkan hati dan pikirannya yang tengah berkecambuk, ponselnya berdering. Wajah lesu dan tanpa gairahnya, seketika berubah sedikit bersemangat ketika tahu bahwa Arka yang menelefon. Yardan yang duduk di sebelahnya terlihat melirik dan mencuri dengar obrolan Yolanda dengan Arka.“Yah, aku sedang ada masalah. Nanti kuceritakan semuanya padamu, Ar. Sekarang aku ingin ke makam orangtuaku dulu.”Yardan tak bisa mendengar suara Arka sebab Yolanda tidak mengeraskan volumenya. Namun dari ucapan Yolanda saja, dirinya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa Yolanda dan Arka akan bertemu.“Iya-iy
Atmojo mulai mengumpulkan kesadarannya dan saat ia menelisik keadaan sekitar, ia merasa asing dengan ruangan bernuansa hitam-abu.“Sudah bangun ternyata. Bagaimana? Apa kecelakaan yang menimpamu sudah bisa membuatmu sadar akan kesalahanmu pada keluargaku?”Suara Yolanda membuatnya terkejut. Wanita itu masuk ke kamar dengan nampan berisi makanan. Atmojo segera terduduk dan menatap awas pada Yolanda yang dengan santainya meletakkan nampan itu ke meja nakas.“Aku tidak sekejam dirimu hingga berani memasukkan racun dalam makananmu untuk balas dendam. Jika iya, aku bahkan sudah membiarkanmu mati terpanggang di mobilmu kemarin.” Yolanda kembali berceloteh datar namun sarat akan nada sarkasnya.Tak berapa lama kemudian seseorang membuka pintu kamar menampilkan siluet lelaki yang berdiri di ambang pintu.“Cepat masuk! Dirimu malah berlagak seperti mafia yang menyekap tawanannya saja,” sembur Yolanda melihat Yardan terlihat sok.Yardan terkekeh sebentar lalu masuk dan bergegas untuk membuka ti
Yolanda langsung saja menarik kerah lelaki setengah baya itu tanpa peduli bahwa tubuhnya harus berjinjit untuk bisa menggapai kerah bajunya. Amarah membumbung begitu saja ketika melihat sosok paman yang selama ini menjadi mimpi buruknya.“GARA-GARA PAMAN, SEKARANG KELUARGAKU HANCUR!” bentak Yolanda dengan urat amarahnya. Tatapannya nyalang tertuju pada sang paman yang berusaha melepaskan tangan Yolanda di kerah baju yang terasa mencekik lehernya.Yardan yang melihat kebrutalan Yolanda segera membantu Pak Yuda lepas darinya. Ia tak mengerti kenapa Yolanda bersikap begitu.“Hey, tenangkan dirimu! Kau membuat malu saja!” serunya membuat Yolanda berhenti teriak. Kini, Yolanda balik menatap sarkas pada Yardan.“APA KATAMU?–MENENANGKAN DIRI?! Bagaimana bisa aku tenang melihat orang yang sudah menghancurkan keluargaku berdiri di depanku begini?! APA KAU MERASAKAN KEHANCURAN YANG KURASAKAN, HAH?!” Yolanda benar-benar berang melihat Yardan yang seolah memojokkannya. Ia sudah tak peduli apa itu
“Ada apa?” tanya Yolanda spontan ketika baru masuk ke dalam ruangan kerja Yardan. Yardan yang sebelumnya fokus dengan komputer di depannya langsung melirik sebentar pada Yolanda yang berdiri di hadapannya dengan kedua tangan bersedekap angguh. “Apa begini caramu bicara pada atasan? Di mana sopan santunmu padaku, hah?” Yolanda mendengus namun pada akhirnya mengakui kesalahannya. Ia tidak lagi bersedekap dan meletakkan kedua tangannya di sisi tubuh dan meminta maaf dengan pelan. “Maafkan kelancangan saya, Pak,” ucap Yolanda sedikit menekan kata saya dan pak. “Nah, begitu baru bagus. Oh iya, di mana dirimu tadi selepas aku mengenalkanmu pada karyawan lain? Kupikir kau tidak punya kepandaian dalam beradaptasi. Tapi ternyata kau sudah dekat dengan salah satu dari mereka, ya.” Yardan berucap ringan sambil kembali fokus pada pekerjaannya. Yolanda tersenyum tipis mendengar ucapan Yardan yang terkesan memujinya. “Yah, aku sebenarnya cukup pandai bersosialisasi. Eh, tapi apa boleh aku menga
Yolanda dan Yardan saling diam selama di perjalanan. Ucapan yang tak sengaja terlontar begitu saja dari bibir Yardan yang memuji kecantikan Yolanda membuat keduanya berakhir canggung hingga sekarang.“Kita sudah sampai,” ujar Yardan yang kemudian turun dari mobilnya lebih dulu. Ia mengangkat Aleta untuk turun dari mobilnya dan menata kembali pakaian putri kecilnya itu agar lebih rapi lagi.Yolanda memilih tidak turun dari mobil dan hanya melambaikan tangannya pada Leta dengan senyum ala kadarnya.“Kau tidak mau turun dan mengucapkan selamat tinggal yang benar pada Leta?” tegur Yardan tak menyukai tabiat Yolanda.Leta menarik pelan celana ayahnya sehingga mengalihkan atensi Yardan pada Yola.“Ada apa, hem?” tanya Yardan berubah lembut jika pada putri kecilnya.“Jangan marahi mama, Pah. Leta tak masalah, kok. Toh sudah cukup dengan mama anter Leta ke sekolah. Nanti Leta mau pamer pada teman-teman jika punya mama yang anter sekolah,” ucap Leta dengan senyum riangnya.Yardan dan Yola dibu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments