Home / Romansa / Pesona Duda Anak Satu / Pertemanan yang Menyebalkan

Share

Pertemanan yang Menyebalkan

Author: Anggifey
last update Last Updated: 2022-07-26 19:43:21

Yolanda sehabis makan inginnya langsung tidur, namun Arka menghalaunya.

“Jangan tidur dulu! Ayo, ikut denganku ke tempat asyik!” ujarnya seraya menarik tangan Yola agar mau bangun.

Astaga, dirinya itu sedang mengantuk dan ingin berleha-leha sebelum nanti malam kembali bekerja, gerundel Yola membatin.

“Aku hari ini ulang tahun, loh. Jangan bilang bahwa dirimu lupa hari penting ini!” rengek Arka yang bersikeras mengajak Yola untuk keluar.

Yola merotasikan bola matanya jengah. “Kau pikir aku bodoh? Mana ada ulang tahun sebulan dua sampai tiga kali? Alasanmu untuk mengajakku keluar itu sangatlah memuakkan, asal dirimu tahu saja,” sindirnya membuat Arka mencebik.

Yah, Arka memang seringkali membodohinya agar mau diajak keluar di jam-jam seperti sekarang.

Niatan Arka memang bagus, yaitu ingin menarik keluar Yola dari gua yang disebut rumah sepetak ini. Yolanda selalu mengurung dirinya di tempat pengap ini dan memilih tak mau berinteraksi dengan dunia luar. Ia hanya keluar saat malam sekedar pergi ke bar untuk bekerja. Sisanya, ia hanya gunakan waktu berdiam diri di rumahnya.

“Aku tidak suka kau menatapku iba begitu. Pergi saja sana! Aku mau tidur, Ar.” Pekikan mengejutkan Yola membuat Arka terenyak sebentar. Ia mengelus dada dramatis sebelum akhirnya bangkit.

Yola pikir temannya itu sudah menyerah, makanya ia kembali memejamkan matanya. Dan di saat itulah wajahnya malah disiram air. Siapa lagi pelakunya jika bukan Arka?

Yola memekik keras dan menendang-nendang udara kesal. Sungguh, Arka tengah berusaha memancing kemarahannya, bukan?

Arka mengulum senyumnya melihat kekesalan Yola akibat ulah usilnya.

“Akan kubunuh dirimu!” amuk Yola dengan mata memicing marah. Ia bangun dan siap menerjang Arka dengan segala kekuatannya.

Tapi, tak semudah itu bagi Yola membalas dendam. Dengan gesit Arka selalu menghindar saat Yola akan mencekalnya. Dan malah berakhir dengan Yolanda yang jatuh tersungkur saat Arka berhasil mengelak.

Yolanda makin kesal dan memukul lantai. “Yak, pendosa sepertimu memang harus kulenyapkan,” serunya yang kembali bangun dan berniat menangkap Arka yang licin seperti belut ini.

Maka, terjadilah adegan tangkap-ditangkap dalam rumah kos kecil itu. Arka terbahak mengejek Yola yang belum juga bisa menangkapnya. Sedangkan Yola sudah kepayang sebal akan aksi usil teman karibnya ini.

Hingga akhirnya Yolanda menyerah. Ia berselonjor pasrah akibat lelah yang melandanya. Arka memang paling bisa jika membuat Yola bergerak untuk olahraga seperti barusan.

“Ayo, keluar! Kau sudah berkeringat begitu, tinggal menambahinya sedikit dengan berjalan kaki mengelilingi taman. Kujamin tubuhmu akan bugar karena olahraga,” bujuk Arka dengan menyodorkan tangannya agar diraih Yola.

Yolanda menampiknya, namun ia berdiri juga. Ia menyabet asal jaket yang tergantung di pegangan lemari. Usai memakainya, tangannya bergerak lihai mengucir rambut panjang semampainya dan berjalan lebih dulu membuka pintu.

“Eh, sekalian ambilkan topiku itu!” pinta Yola teringat topinya belum ia bawa.

Arka mengangguk cepat dan ikut keluar. “Nih, pakailah dengan benar! Seperti ini maksudku,”—seraya memakaikan topi bisbol itu di kepala Yola dengan terbalik—“Nah, ini baru cantik dan cocok untukmu.”

Tawa Arka meledak saat melihat wajah jengahnya Yola.

“Kau mau mati, ya?” kecam Yolanda lalu mengunci pintu rumahnya dan membalik topi agar terpasang dengan benar.

“Jangan dulu, lah. Pahalaku belum banyak dan aku juga masih menabung dosa, kok,” sahut Arka ringan.

Yola mendecih setuju. Ya, dosa keduanya terlalu banyak sedangkan pahala saja belum ditabung.

*****

Saat ini Yolanda tengah duduk santai di bangku taman menunggui Arka kembali dari membeli minuman. Yah, meskipun hanya berjalan memutari taman, tapi ia sungguh kelelahan. Katakan saja fisiknya lemah! Karena memang Yola itu tipe mageran. Ia jauh lebih suka jika diminta tidur ketimbang melakukan kegiatan.

“Lama sekali, sih. Astaga, kau tadi ketiduran di tokonya, ya?” sindirnya saat Arka duduk di sebelahnya.

“Nih, minumanmu. Kau tidak tahu saja, sih, tadi ada keributan di tokonya. Aku yang sukanya kepo, jadi memilih tinggal di sana sebentar sampai ributnya selesai,” adunya Arka yang kemudian menenggak minuman dinginnya di botol.

Yola hanya geleng-geleng saja. Arka itu suka sekali ikut campur maupun ingin tahu urusan orang. Bukannya apa-apa, tapi bisa saja itu akan jadi bumerang baginya suatu saat nanti.

“Oh iya, malam nanti kau akan melakukan apa untuk mengisi waktu libur?” tanya Arka yang teringat bahwa 2 hari ini adalah jatah libur keduanya.

“Tidurlah. Memang mau apa lagi?” sahut Yola tenang dan ikut menenggak minumannya sendiri.

Arka yang mendengar jawaban lugasnya Yola hanya tersenyum tak ikhlas. Iya dirinya juga tahu bahwa tidur adalah hal terbaik yang bisa Yolanda lakukan. Tapi, masa tidur terus selama dua hari ini? Akan sangat membosankan baginya, loh. Namun mengajak Yola keluar juga sudah pasti butuh energi banyak.

“Bagaimana jika kita coba berkeliling mencoba minuman di bar lain? Yah, hitung-hitung bisa menambah wawasan dan ide untuk resep meracik minuman lainnya,” umbar Arka memberikan ide brilian.

Ia pikir Yolanda akan memujinya sebab menuturkan ide bagus begitu. Ia sudah tersenyum-senyum sejak tadi seraya menunggu respon Yola atas idenya.

Tetapi, Arka langsung melotot kaget karena Yola menempeleng kepalanya sedikit keras.

“Yak! Kau itu kenapa malah memukul kepalaku?” jerit Arka.

Yolanda mengangkat kedua alisnya menantang. “Ya salahkan dirimu itu! Kau tak berpikir dulu, sih. Memang uang dari mana untukmu membayar minumannya nanti? Aku dan kau sama-sama tahu bahwa kita ini kantong tipis,” sergahnya yang membuat Arka terkekeh malu.

“Oh iya, aku lupa soal budget nya,” ucapnya membenarkan.

Yola lalu menatap ke arah lain dan tepat saat itu ia melihat seorang pria tengah mendekati wanita yang menggendong bayi.

“Yak, dia pencopet!” seru Yola. Karena pekikkannya itulah Arka di sebelahnya dan beberapa orang yang lewat di sekitar langsung menoleh padanya.

Yolanda langsung terbatuk pelan dan menelan ludahnya gugup. Bukan dirinya yang mau ditatap curiga begitu, tapi pencopet yang ternyata sudah kabur mendengar pekikannya tadi. Mau mengadu pun rasanya hanya akan sia-sia. Ia menurunkan topinya hingga makin menutupi wajahnya. Beruntung ia pakai topi, jadi bisa digunakannya menutupi rasa malunya ini.

Arka yang kebetulan duduk di sebelahnya segera bergeser memberi jarak antara dirinya dan Yola. Seolah itu membuktikan bahwa dirinya tak kenal dengan Yolanda. Astaga, teman macam apa itu? Sungut Yola membatin.

“Hey, aku ke toilet umum dulu,” ujar Yola lirih saat berjalan melewati Arka yang terlihat sama sekali tak mengenalnya. Sungguh menyebalkan sekali temannya ini.

Yolanda menaikkan alisnya saat di depan sana ia melihat pria yang tadi dipergokinya ingin mencopet. Ia harus mengomelinya untuk menghapuskan rasa malu yang bertengger di hatinya sekarang.

“Yak, kau Tukang Copet! Berhenti di situ!” serunya memanggil dengan suara beroktaf tinggi.

Namun, bukannya berhenti dengan panggilan Yola, pria itu berjalan santai ke salah satu gang terdekat. Yolanda tak menyadari itu dan malah mengikutinya.

“Kau yang mencopet, tapi aku yang jadi malu dilihati banyak orang,” hina Yola saat pria pencopet itu berhenti dan berdiri membelakanginya.

“Yak, tunjukkan wajahmu itu! Kau pasti buruk rupa sampai tak berani menampakkan wajahmu,” tuding Yola lagi.

Pria di depannya itu melepas topinya dan berbalik menghadapnya. Yola terperangah menatap wajahnya. Sungguh, dirinya tak sedang bermimpi melihat pria ini, bukan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Duda Anak Satu   Kecemburuan yang Makin Menjadi

    Yolanda tiba di kost nya diantar oleh Yardan yang sudah memasang wajah tertekuk kesal. Ya, dirinya tak senang karena Yolanda akan bertemu dengan Arka.“Aku sudah turun, kenapa masih diam di sini? Cepat pulanglah!” tegur Yolanda sebab Yardan malah menatapnya dengan mata mendelik tak bersahabat.“Kau ingin aku cepat-cepat pergi supaya bisa berduaan dengan Arka, kan?” rutuk Yardan.Yolanda menganga tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan oleh Yardan. Berduaan dengan Arka katanya? Hey, dirinya akan sibuk beberes kamar kost nya yang sudah seperti sarang nyamuk itu. Bukannya berduaan untuk senang-senang, dirinya malah sengaja mengundang Arka datang untuk membantunya kok.“Terserah apa katamu. Aku akan sangat sibuk, jadi kuharap kau tak mengganggu. Besok pagi aku akan berangkat ke kantor seperti biasa, sekalian mengembalikan pakaian yang kupinjam ini,” ucap Yolanda seraya menunjuk setelan jas yang pakai. Pakaiannya itu memang sudah seharusnya ia kembalikan dalam kondisi baik dan rapi s

  • Pesona Duda Anak Satu   Menjadi Lebih Dekat

    “Apa kau ingin kuantar ke makam ayah dan ibumu dulu? Kurasa kau pasti ingin menemui mereka,” ucap Yardan menyetir dalam kecepatan sedang.Yolanda terdiam sejenak hingga kemudian memberi anggukan pelan. Ia tak berkeinginan membuka suara atau mengindahkan tatapan Yardan yang terlihat iba padanya. Dalam perjalanan menuju makam pun, Yolanda tak berhenti melamun.Ketika Yolanda tengah memejamkan mata untuk menenangkan hati dan pikirannya yang tengah berkecambuk, ponselnya berdering. Wajah lesu dan tanpa gairahnya, seketika berubah sedikit bersemangat ketika tahu bahwa Arka yang menelefon. Yardan yang duduk di sebelahnya terlihat melirik dan mencuri dengar obrolan Yolanda dengan Arka.“Yah, aku sedang ada masalah. Nanti kuceritakan semuanya padamu, Ar. Sekarang aku ingin ke makam orangtuaku dulu.”Yardan tak bisa mendengar suara Arka sebab Yolanda tidak mengeraskan volumenya. Namun dari ucapan Yolanda saja, dirinya sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa Yolanda dan Arka akan bertemu.“Iya-iy

  • Pesona Duda Anak Satu   Bayaran Mahal untuk Kesalahan

    Atmojo mulai mengumpulkan kesadarannya dan saat ia menelisik keadaan sekitar, ia merasa asing dengan ruangan bernuansa hitam-abu.“Sudah bangun ternyata. Bagaimana? Apa kecelakaan yang menimpamu sudah bisa membuatmu sadar akan kesalahanmu pada keluargaku?”Suara Yolanda membuatnya terkejut. Wanita itu masuk ke kamar dengan nampan berisi makanan. Atmojo segera terduduk dan menatap awas pada Yolanda yang dengan santainya meletakkan nampan itu ke meja nakas.“Aku tidak sekejam dirimu hingga berani memasukkan racun dalam makananmu untuk balas dendam. Jika iya, aku bahkan sudah membiarkanmu mati terpanggang di mobilmu kemarin.” Yolanda kembali berceloteh datar namun sarat akan nada sarkasnya.Tak berapa lama kemudian seseorang membuka pintu kamar menampilkan siluet lelaki yang berdiri di ambang pintu.“Cepat masuk! Dirimu malah berlagak seperti mafia yang menyekap tawanannya saja,” sembur Yolanda melihat Yardan terlihat sok.Yardan terkekeh sebentar lalu masuk dan bergegas untuk membuka ti

  • Pesona Duda Anak Satu   Penyebab Kehancuran Keluarganya

    Yolanda langsung saja menarik kerah lelaki setengah baya itu tanpa peduli bahwa tubuhnya harus berjinjit untuk bisa menggapai kerah bajunya. Amarah membumbung begitu saja ketika melihat sosok paman yang selama ini menjadi mimpi buruknya.“GARA-GARA PAMAN, SEKARANG KELUARGAKU HANCUR!” bentak Yolanda dengan urat amarahnya. Tatapannya nyalang tertuju pada sang paman yang berusaha melepaskan tangan Yolanda di kerah baju yang terasa mencekik lehernya.Yardan yang melihat kebrutalan Yolanda segera membantu Pak Yuda lepas darinya. Ia tak mengerti kenapa Yolanda bersikap begitu.“Hey, tenangkan dirimu! Kau membuat malu saja!” serunya membuat Yolanda berhenti teriak. Kini, Yolanda balik menatap sarkas pada Yardan.“APA KATAMU?–MENENANGKAN DIRI?! Bagaimana bisa aku tenang melihat orang yang sudah menghancurkan keluargaku berdiri di depanku begini?! APA KAU MERASAKAN KEHANCURAN YANG KURASAKAN, HAH?!” Yolanda benar-benar berang melihat Yardan yang seolah memojokkannya. Ia sudah tak peduli apa itu

  • Pesona Duda Anak Satu   Pendekatan yang Terencana

    “Ada apa?” tanya Yolanda spontan ketika baru masuk ke dalam ruangan kerja Yardan. Yardan yang sebelumnya fokus dengan komputer di depannya langsung melirik sebentar pada Yolanda yang berdiri di hadapannya dengan kedua tangan bersedekap angguh. “Apa begini caramu bicara pada atasan? Di mana sopan santunmu padaku, hah?” Yolanda mendengus namun pada akhirnya mengakui kesalahannya. Ia tidak lagi bersedekap dan meletakkan kedua tangannya di sisi tubuh dan meminta maaf dengan pelan. “Maafkan kelancangan saya, Pak,” ucap Yolanda sedikit menekan kata saya dan pak. “Nah, begitu baru bagus. Oh iya, di mana dirimu tadi selepas aku mengenalkanmu pada karyawan lain? Kupikir kau tidak punya kepandaian dalam beradaptasi. Tapi ternyata kau sudah dekat dengan salah satu dari mereka, ya.” Yardan berucap ringan sambil kembali fokus pada pekerjaannya. Yolanda tersenyum tipis mendengar ucapan Yardan yang terkesan memujinya. “Yah, aku sebenarnya cukup pandai bersosialisasi. Eh, tapi apa boleh aku menga

  • Pesona Duda Anak Satu   Merasa Tersaingi

    Yolanda dan Yardan saling diam selama di perjalanan. Ucapan yang tak sengaja terlontar begitu saja dari bibir Yardan yang memuji kecantikan Yolanda membuat keduanya berakhir canggung hingga sekarang.“Kita sudah sampai,” ujar Yardan yang kemudian turun dari mobilnya lebih dulu. Ia mengangkat Aleta untuk turun dari mobilnya dan menata kembali pakaian putri kecilnya itu agar lebih rapi lagi.Yolanda memilih tidak turun dari mobil dan hanya melambaikan tangannya pada Leta dengan senyum ala kadarnya.“Kau tidak mau turun dan mengucapkan selamat tinggal yang benar pada Leta?” tegur Yardan tak menyukai tabiat Yolanda.Leta menarik pelan celana ayahnya sehingga mengalihkan atensi Yardan pada Yola.“Ada apa, hem?” tanya Yardan berubah lembut jika pada putri kecilnya.“Jangan marahi mama, Pah. Leta tak masalah, kok. Toh sudah cukup dengan mama anter Leta ke sekolah. Nanti Leta mau pamer pada teman-teman jika punya mama yang anter sekolah,” ucap Leta dengan senyum riangnya.Yardan dan Yola dibu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status