Share

Ch. 87 Fakta Baru

last update Last Updated: 2025-06-05 17:25:26

"Ke alamat ini, Pak!"

Adit menyodorkan ponselnya ke driver taksi yang dia naiki. Lelaki itu nampak memperhatikan dengan saksama, mengangkat wajah sembari membetulkan kacamata.

"Ke rumah pak Nata, ya?" tebak lelaki itu lantas mulai membawa mobilnya pergi dari bandara.

"Bapak kenal?" tanya Adit terkejut, ternyata semudah ini!

"Kenal, Pak. Beliau ini dermawan sekali, sering donasi dan kemarin anak saya kebetulan dapat rejeki biaya pendidikan dua semester dari beliau." ucap sang sopir sembari membawa mobilnya melaju.

Adit mengangguk-angguk, ia duduk di sebelah lelaki itu sembari memastikan matanya tetap terjaga. Jadi sosok itu terkenal bukan hanya karena kaya raya, tetapi karena dermawan juga.

"Anaknya yang sulung, itu punya yayasan panti asuhan, Pak. Kalo yang nomor dua, punya yayasan yang bergerak aktif di pemeliharaan lingkungan hidup, cuma anak bungsu mereka aja yang nggak kelihatan. Jarang ada yang denger soal anak bungsu pak Nata." lanjut lelaki itu membuat rasa kantuk Adit son
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (7)
goodnovel comment avatar
ismiyatinlaela
JangN lelet ya alurnya Sat set
goodnovel comment avatar
ismiyatinlaela
Kapan up yokkk
goodnovel comment avatar
Janni Qq
lelet bngt alurnya......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 92 Penang - Tidak Menyerah

    Asha membisu, Danu tengah beristirahat di lantai atas, sementara dia ... Asha masih betah duduk di bean bag sembari menatap hamparan langit yang sudah gelap gulita. Ada banyak bintang di sana, namun bukan bintang, Asha malah terbayang wajah Jonathan lengkap dengan senyum manis dan tawa lepas Sabrina yang selalu membuat Asha merasa lengkap dan bahagia. Air mata Asha tak terasa menitik. Ia terisak, menutupi wajah dengan kedua tangan sembari merasakan sesak itu menyiksa. Ia tidak hafal nomor Jonathan, ia bisa saja menelepon rumah sakit Jonathan dengan telepon rumah yang ada di sini, namun tidak semudah itu. Asha tahu telepon di sini sudah disadap. Pintu depan penthouse ada penjaga barang tiga-empat orang. Belum di lobby, belum supir dan pengawal yang ditugaskan Diana menjaga dan mengantarnya kemana saja. Tidak mudah lepas dari sini, ia tahu kedua orang tuanya trauma Asha kabur, alasan kenapa Asha dijaga seketat itu bahkan tidak diberi ponsel sama sekali. "Sha, udah dong!"Asha menole

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 91 Penang - Kehampaan

    "Sha, ayolah! Apa sih kurangnya Revan? Dia mau terima kamu apa adanya, Asha. Dia selama ini nungguin kamu."Asha menoleh, ia menatap Ista yang tengah menatapnya dengan tatapan tidak mengerti. Asha menghela napas panjang, perlahan ia membayangkan sosok Revan dalam otaknya. Tidak ada yang kurang dari lelaki 35 tahun itu. Dia nyaris sempurna, baik fisik maupun kekayaan yang dimiliki lelaki itu, semua benar-benar perfect. Hanya saja ... bayangan wajah Jonathan bercokol dalam otak Asha, menggeser Revan hanya dalam sekali kedip. Bukan cuma wajah Jonathan, tetapi juga betapa seksi dan indah tubuh itu ketika menyatu dengan tubuh Asha! "Dia nggak akan mempermasalahkan status janda kamu, Sha. Dia terima kamu apa adanya.""Kamu nggak bakalan ngerti, Ta." desis Asha lirih setelah sekian lama terdiam. "Kamu udah jatuh cinta sama dokter itu?" Tebak Ista yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Asha. Ista menempuk jidatnya dengan gemas, ia menatap nanar sepupunya yang kini tengah terisak itu.

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 90 Penang

    "Tidak ada?"Mata Adit membulat, ia bertanya perihal di mana Pranata mendapat perawatan medis dan rumah sakit tersohor di Penang itu menolak memberikan jawaban. Ah! Adit lupa, bahwa dengan kekayaan dan kuasa yang dimiliki oleh keluarga itu, apapun bisa mereka lakukan. Termasuk membayar pihak rumah sakit untuk merahasiakan keberadaan Pranata di rumah sakit itu. "Ada lagi yang bisa kami bantu?"Pertanyaan itu membuat Adit tersentak, ia menatap nanar petugas di lobby rumah sakit sembari menggelengkan kepala pelan. "Sudah cukup, terimakasih banyak!"Tidak ada gunanya Adit memaksa atau menekan mereka untuk menjawab yang sejujurnya, Adit harus cari cara lain, salah satunya adalah mengawasi rumah sakit ini untuk beberapa waktu, sampai kemudian yakin bahwa tidak ada mereka di tempat ini. Dengan gusar Adit melangkah keluar, ia baru saja hendak mengabari Jonathan ketika sudut mata Adit menangkap sosok itu. Mata Adit menyipit, ia mengurungkan niat merogoh ponsel dari saku. Adit menatap soso

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 89 Yakin

    "Jadi gimana, Dit?"Suara itu nampak sangat bersemangat sekali, membuat wajah Adit mendadak murung. Perjalanan jauh yang Adit tempuh tidak menghasilkan apa-apa. Jangankan bertemu dengan Pranata atau Asha, untuk tahu berapa nomor aspri Pranata saja dia tidak bisa. Adit hanya bisa meninggalkan kartu nama dan meminta nomor ponsel petugas keamanan rumah Asha saja, tidak lebih. "Misi saya gagal, Pak. Saya mohon maaf." desis Adit lirih, ada ketakutan yang mendadak mencengkeram dalam hatinya. Hening. Jonathan tidak langsung menjawab, membuat Adit was-was takut bosnya itu pingsan atau kena serangan jantung! "Ceritakan semua, Dit!" tegas suara itu lirih. "Mbak Asha nggak di sini, Pak. Pegawainya saja terkejut ketika tadi saya bilang ada perlu dengan dia." ucap Adit membuka cerita. "Benar pak Pranata sakit, kanker darah. Puncak dari tubuhnya yang sering sakit-sakitan dan harus rutin kontrol ke psikiater setelah mbak Asha nekat kabur demi menikah dengan Dimas.""Pak Pranata dirawat di mana

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 88 Zonk(?)

    "Bapak mau ketemu pak Nata?"Adit tersenyum, ia mengangguk pelan pada security yang langsung mengintrogasinya ketika sampai depan gerbang 'istana' itu. "Betul, Pak. Mungkin sebelumnya, izinkan saya memperkenalkan diri." Adit menelan ludah, ia menghirup udara banyak-banyak, siap menceritakan apa tujuannya kemarin. "Saya Aditya Amandea, Pak. Saya asisten pribadi bapak Jonathan Eka Kurniawan, direktur rumah sakit Medika Abadi, kedatangan saya kemari adalah untuk bisa bertemu dengan bapak dan juga nona Ashavina Caroline Adijaya." jelas Adit yang berusaha keras mengingat nama panjang Asha. Kening lelaki itu berkerut, ia menatap Adit dengan saksama, dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan penuh selidik.Melihat itu, Adit tersenyum kecut, namun ia bisa apa? "Ada urusan apa Bapak dengan nona Asha? Bapak tidak tahu kalau nona Asha sudah cukup lama tidak pulang kemari?"Ditanya begitu mata Adit membulat. "Jadi nona Asha tidak ada di sini, Pak?" tanya Adit dengan wajah terkejut, "Kalau pa

  • Pesona Ibu Susu Kesayangan Tuan Duda   Ch. 87 Fakta Baru

    "Ke alamat ini, Pak!"Adit menyodorkan ponselnya ke driver taksi yang dia naiki. Lelaki itu nampak memperhatikan dengan saksama, mengangkat wajah sembari membetulkan kacamata. "Ke rumah pak Nata, ya?" tebak lelaki itu lantas mulai membawa mobilnya pergi dari bandara. "Bapak kenal?" tanya Adit terkejut, ternyata semudah ini! "Kenal, Pak. Beliau ini dermawan sekali, sering donasi dan kemarin anak saya kebetulan dapat rejeki biaya pendidikan dua semester dari beliau." ucap sang sopir sembari membawa mobilnya melaju. Adit mengangguk-angguk, ia duduk di sebelah lelaki itu sembari memastikan matanya tetap terjaga. Jadi sosok itu terkenal bukan hanya karena kaya raya, tetapi karena dermawan juga. "Anaknya yang sulung, itu punya yayasan panti asuhan, Pak. Kalo yang nomor dua, punya yayasan yang bergerak aktif di pemeliharaan lingkungan hidup, cuma anak bungsu mereka aja yang nggak kelihatan. Jarang ada yang denger soal anak bungsu pak Nata." lanjut lelaki itu membuat rasa kantuk Adit son

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status