LOGIN“Maksud Anda–”
“Sekarang kau adalah pelayanku. Milikku.” Nigel menyatakan. “Aku membayarmu mahal. Uang itu bahkan mungkin bisa menyelamatkan kebangkrutan perusahaan mendiang ibumu. Bukankah, seharusnya kau berterima kasih?”
Bea menggigit bibirnya. “Saya … berterima kasih untuk itu. Tapi, uang itu tidak bisa untuk membeli saya,” ucap Bea. Tidak terlalu keras, tapi terdengar cukup tegas. “Anda tampaknya seorang pebisnis hebat. Bisa menghamburkan seratus miliar dalam semalam. Namun, lelang itu ilegal, dan Anda tahu itu. Saya, adalah milik saya pribadi.”
Nigel mengangkat alisnya, tersenyum tipis.
Perlahan, ia melangkah mendekat, memangkas jarak antara dirinya dan Bea. Hal itu membuat Bea mundur hingga punggungnya makin menempel di kepala tempat tidur.
“A-apa yang akan Anda lakukan!?” bisik Bea. Otaknya langsung memikirkan segala macam jalan untuk kabur, tapi urung karena setiap gerakan tubuhnya menimbulkan nyeri yang luar biasa. “Saya akan teriak–”
“Kembali lagi. Dengan uang sebanyak itu, seharusnya kau tahu kuasa seperti apa yang kumiliki, Nona,” ucap Nigel. Senyumnya penuh cemooh, membuat wajah Bea kembali memerah. “Sebentar lagi akan ada orang yang menjemputmu. Pergilah dengannya ke kediamanku. Kita akan mengobrol lebih lanjut nanti.”
Usai mengatakan itu, pria itu berbalik.
“Tunggu, Tuan!” Bea buru-buru menahan. “Saya ada urusan. Bisakah saya pergi sendiri?”
Nigel menatapnya. “Mau kabur?”
“Tidak!” Bea menggeleng buru-buru. Sial. “Saya harus menemui ayah saya. Ini penting. Saya tidak akan kabur!”
Nigel bisa melihat tatapan penuh tekad di mata Bea. “Waktumu 1 jam.”
***
“Kita akan sampai dalam lima menit, Nona.”
Bea menghela napas mendengar pemberitahuan dari pengawal yang duduk di kursi depan.
Ya, Nigel memberikan dua orang pengawal untuk mendampingi Bea. Tapi dibandingkan mengaal, Bea lebih yakin kedua pria itu ditugaskan untuk memastikan agar Bea tidak kabur.
Kemarahan dalam hati Bea makin menjadi.
Ia benar-benar tidak terima dengan tingkah Jimmy, yang berakhir membuat Bea harus berurusan dengan Nigel.
Membuatnya seperti tahanan.
“Kita sudah tiba, Nona.”
Setelah menempuh beberapa menit perjalanan dari rumah lelang ke rumah Bea, sekarang mobil itu tiba di gerbang utama rumah mendiang ibu Bea yang termasuk cukup mewah. Beberapa satpam yang awalnya menghentikan kedatangan mobil tak dikenal itu, langsung memberi izin masuk saat melihat wajah Bea di kursi belakang.
“Kalian tunggu saja di sini.” Bea menatap 2 pengawal utusan Nigel yang ikut keluar dari mobil.
“Kami harus selalu berada di samping Anda, Nona.”
Mulut Bea terbuka tak percaya. “Saya tidak akan kabur. Tidak ada tempat kabur di sini, bahkan lewat belakang pun tidak bisa. Kalian bisa tunggu di depan pintu saja, tidak usah masuk. Kalau kalian ikut, saya makin seperti seorang tahanan.”
Bea pun melangkah ke arah teras rumahnya. Namun, langkahnya terhenti ketika menyadari 2 pengawal itu mengikutinya.
“Apa kalian tidak paham bahasa manusia?”
“Kami harus ikut Anda ke mana pun. Tuan Luca sudah memberitahu kami bahwa kami harus tetap berada paling jauh 3 meter dari tubuh Anda.”
Bea menatap mereka dengan ekspresi tak percaya. “3 meter paling jauh? Apa dia gila? Aku ini bukan tahanan.”
“Anda memang tahanan Tuan Luca,” sahut salah satu pengawal.
Bea menggeram kesal. Ia mengalihkan wajah sembari menarik napas dalam, mencoba tetap tenang meski sudah sangat kesal. “Nigel Luca kurang ajar, dia benar-benar memperlakukan aku seperti tahanan?” gumamnya kesal.
Baru saja Bea berniat kembali melangkah untuk masuk ke dalam rumah itu, percakapan beberapa orang dari dalam rumah menarik perhatian Bea. Meski tak melihat wajah yang berbicara, Bea sangat hapal dengan suara mereka.
“Kenapa uangnya masih belum masuk, Pa? Bukannya Papa bilang uangnya akan masuk paling lambat pagi ini? Coba tanya sama pihak lelang-nya, aku sudah tidak sabar ingin segera belanja. Papa sudah berjanji akan memberikan aku jatah 3 miliar dari hasil jual wanita kurang ajar itu.” Itu adalah suara Joice.
Bea bisa langsung paham maksud kalimat Joice. Tangannya terkepal marah. “Anak pungut ini benar-benar tidak tahu diri. Beraninya dia bicara begitu? Dia ingin berbelanja menggunakan uang hasil menjual tubuhku? Jimmy, Joice, kalian benar-benar sudah bosan hidup senang,” bisik Bea penuh amarah.
Baru saja Bea berniat menendang pintu rumah itu untuk mengejutkan mereka, suara seseorang kembali menghentikan langkah Bea.
“Iya, tadi kamu juga sudah berjanji akan memberi aku jatah 3 miliar, Jimmy.”
Kening Bea berkerut. Ia tak mengenali suara wanita ini. “Dari suaranya terdengar sudah lebih berumur, mungkin—seumuran Mama. Tapi siapa dia? Kenapa dia juga diberi jatah oleh Jimmy?” bisiknya.
“Kalian sabarlah.” Jimmy terdengar menyahut dengan suara senang. “Kalian tahu, ternyata wanita bodoh itu bukan terjual 20 miliar, tapi 100 miliar. Benar-benar gila! Kita dapat untung lebih banyak!”
“Apaa?!” Teriakan Joice dan wanita yang tak dikenal Bea itu terdengar.
“Semahal itu? Ternyata dia benar-benar cukup menggoda di mata para pria, ya? Bagus juga, kita dapat lebih banyak, berarti jatahku juga harus Papa tambah, aku minta lebih dari 3 miliar,” decih Joice.
Tangan Bea terkepal, tentu saja ia semakin marah mendengar itu. Kalimat Jimmy yang memanggilnya wanita bodoh, lalu kata-kata Joice, dan intinya topik pembicaraan mereka semua yang berarti memang begitu senang setelah berhasil menjual Bea di lelang.
“Dari kalimat mereka, sepertinya mereka sudah merencanakan ini. Pantas saja sedari awal dia bersikeras ingin aku yang dilelang, bukan anak pungut itu. Mereka—”
“Jatah Mama juga harus ditambah, dong. Mama mau 10 miliar.” Kalimat wanita yang tak dikenali oleh Bea membuat kalimatnya terhenti.
Wajah Bea seketika berubah kaku. “Mama?” gumam Bea terkejut.
“Tenang saja, Sayang. Kita tunggu sampai uangnya masuk, kita langsung bagi. Kamu mau 10 miliar, boleh, nanti aku kirim. Selama ini kamu sudah sangat menderita, bersabar menunggu Mea mati dulu, lalu juga harus menunggu Bea pergi dari sini, baru bisa aku ajak ke sini untuk menjadi nyonya. Kamu pasti akan aku perlakukan dengan baik mulai sekarang. Setelah bertahun-tahun berakting bersama mereka, akhirnya sekarang keluarga kita bisa berkumpul seutuhnya. Tidak sia-sia usahaku selama ini.”
Napas Bea tercekat, dunia seakan berhenti detik itu juga. Kata-kata Jimmy itu membuat Bea diam seperti orang bodoh yang mencoba memahami situasi.
“Apa maksudnya?” gumam Bea dengan tangan mulai gemetar.
“Tentu saja, aku sudah sabar melihat kamu bermesraan dengan wanita lain. Aku juga harus sabar selama ini melihat suamiku dan putri kandungku berkumpul dengan wanita brengsek itu. Untung saja dia sudah mati, jadi aku bisa bersama kalian sekarang.”
“Iya, untung saja dia sudah mati. Aku pun sudah kesal dan muak selama ini pura-pura jadi anak baik yang menyayangi wanita parasit dalam keluarga kita itu. Itu pun aku selalu saja dipandang rendah oleh Bea brensek itu. Kalau bukan karena Papa di sini, aku pasti sudah menyedihkan jadi adik angkatnya,” geram Joice.
“Tentu saja Papa tidak akan pernah membiarkan putri kandung Papa menderita. Sekarang kamu adalah putri utama di sini, tuan putri yang sesungguhnya, lupakan saja dia,” jawab Jimmy.
Bea seakan tak mampu menahan tubuhnya sendiri. Ia sampai harus berpegangan pada pintu supaya tidak terjatuh karena kakinya lemas. Mendengar kenyataan bahwa Joice rupanya anak kandung Jimmy dengan wanita lain, membuat Bea sangat syok, begitu tak percaya.
“A-apa yang sebenarnya terjadi? Mereka ayah dan anak kandung?” gumam Bea.
Apa ibunya tahu? Tapi tidak mungkin! Bisa jadi sampai ibunya meninggal pun, dia tidak tahu kalau anak jalanan yang dibawa Jimmy pulang 20 tahun lalu itu bukan anak terlantar, melainkan anak kandung Jimmy dengan wanita lain.
Dan, ini semua memang sudah mereka rencanakan? Bahkan—bahkan Jimmy masih berhubungan dengan ibu kandung Joice selama ini? Bertahun-tahun lamanya, mereka dibohongi oleh ayah dan anak itu?
“Baik, Tuan.” Dizon menunduk, lalu berjalan keluar ke arah pintu ruangan kerja sang atasan.“Tunggu.”“Alika?”Dizon menunduk sebelum menjawab. “Dari laporan mata-mata, Nona Betrix semakin menggila saat tahu Anda membawa Nona Flint ke rumah Anda.”Nigel tersenyum puas.“Sudah saya sebarkan juga gosip sesuai perintah Anda, Tuan. Nona Betrix semakin marah besar sampai pingsan untuk kedua kalinya saat mendengar gosip Anda berpacaran dengan Nona Flint. Mungkin sekarang masih belum sadarkan diri di rumah sakit. Kalau sudah sadarkan diri, saya rasa dia pasti akan segera mencari Nona Flint ke rumah Anda.”Nigel tersenyum miring. Dia semakin puas mendengar kabar bagus tentang calon tunangannya. Tiba-tiba ia berdiri. “Lanjutkan rapat.”“Baik, Tuan. Perlu saya siapkan mobil, Tuan?”“Hm.”***“Tidak ada hal serius yang mengancam, Tuan. Nona terlalu syok, kemungkinan dia baru saja mendengar sebuah kabar mengejutkan yang memancing sedih atau mungkin amarah. Atau bisa juga karena dia mendapat tekan
Keterlaluan. Pantas selama ini Jimmy selalu memanjakan anak angkat itu, ternyata karena Joice adalah anak kandungnya. Mereka mengincar harta keluarga Bea.Tubuh Bea bergetar hebat. Membayangkan bagaimana ibu tercinta dibodohi selama ini, membuat Bea sangat murka. Kakinya bahkan seakan tak memiliki kekuatan untuk melangkah. Jangankan melangkah, untuk berdiri saja Bea sudah kehilangan kekuatan. Dadanya naik turun menahan amarah.“Sebentar lagi rumah ini juga akan resmi menjadi milik kita, proses untuk mengganti nama di sertifikat akan lebih mudah karena sekarang Bea sudah tidak di sini, dan ini akan dianggap sebagai hilang atau meninggal. Begitu juga perusahaan, aku sangat beruntung dia dengan begitu bodoh tidak bersedia mengurus perusahaan ibunya. Jadi aku bisa dengan bebas menjalankan rencana ini, sampai begitu mulus seperti sekarang. Bahkan dia juga percaya begitu saja saat aku bilang perusahaannya hampir bangkrut. Padahal ini hanya trik untuk mengganti nama perusahaan menjadi Flint
“Maksud Anda–”“Sekarang kau adalah pelayanku. Milikku.” Nigel menyatakan. “Aku membayarmu mahal. Uang itu bahkan mungkin bisa menyelamatkan kebangkrutan perusahaan mendiang ibumu. Bukankah, seharusnya kau berterima kasih?”Bea menggigit bibirnya. “Saya … berterima kasih untuk itu. Tapi, uang itu tidak bisa untuk membeli saya,” ucap Bea. Tidak terlalu keras, tapi terdengar cukup tegas. “Anda tampaknya seorang pebisnis hebat. Bisa menghamburkan seratus miliar dalam semalam. Namun, lelang itu ilegal, dan Anda tahu itu. Saya, adalah milik saya pribadi.”Nigel mengangkat alisnya, tersenyum tipis. Perlahan, ia melangkah mendekat, memangkas jarak antara dirinya dan Bea. Hal itu membuat Bea mundur hingga punggungnya makin menempel di kepala tempat tidur.“A-apa yang akan Anda lakukan!?” bisik Bea. Otaknya langsung memikirkan segala macam jalan untuk kabur, tapi urung karena setiap gerakan tubuhnya menimbulkan nyeri yang luar biasa. “Saya akan teriak–”“Kembali lagi. Dengan uang sebanyak itu
Getaran ponsel di atas meja membangunkan pria itu esok pagi. Nigel Luca duduk, lalu mengecek waktu dan sederet pesan serta panggilan tak terjawab di ponselnya. Melihatnya, tanpa sadar Nigel tersenyum tipis.Puas.Pria itu melirik ke samping, tempat perempuan yang kemarin ia beli di pelelangan masih terlelap. Banyak tanda merah mewarnai kulit putih perempuan itu sekarang.Nigel kemudian bangkut berdiri, mengenakan jubah mandi, lalu menghubungi asistennya.“Selamat pagi, Tuan.” Dizon, pria yang membawa Bea ke hadapan Nigel semalam, segera menyapa tuannya di telepon.“Bagaimana?”Si seberang saluran telepon, Dizon mengangguk singkat. “Tunangan Anda mengamuk, marah besar, saat dia mendengar kabar Anda membeli model cantik di pelelangan tadi malam, Tuan. Pagi ini Nona Betrix dilarikan ke rumah sakit karena sempat pingsan setelah mendengar Anda juga menghabiskan malam dengan model tersebut.”Kepuasan di wajah Nigel makin tampak nyata. Sudah ia duga, perbuatannya semalam akan mendapatkan r
“Baiklah, ini dia primadona utama kita malam ini!”Bisik-bisik penuh antusias menyambut ucapan pria yang tengah berdiri di panggung. Saat lampu dinyalakan, tampak seorang wanita yang sedang tidak sadarkan diri di dalam sebuah sangkar emas.“Seorang model cantik! Belum pernah disentuh oleh pria manapun, dijamin masih disegel. Mungkin ada yang sudah mengenalnya, karena penggemarnya cukup banyak. Kita mulai dengan harga 1 miliar!”“1,5 miliar!”“2 miliar!”“7 miliar!”Sementara itu, Bea mulai mengumpulkan kesadaran saat suara berisik itu masuk ke telinganya.Tubuh lemahnya terkulai dengan posisi berdiri paksa, kedua tangannya diikat ke atas sangkar, pakaiannya terbilang begitu seksi memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.“A-ah… kepalaku sakit…,” gumam Bea lirih. Kepalanya berdenyut hebat, tenggorokannya kering.Dengan susah payah, ia mengangkat wajahnya.Dan seketika, sorak sorai semakin gaduh.“Oh, astaga… cantik sekali!”“Delapan miliar!” teriak seorang pria tua dari barisan depan. “Sudah







