“Aku pernah berpikir jika Queen sangat beruntung menikah denganmu. Aku berpikir jika pernikahan kalian adalah akhir dari penderitaan Queen selama ini. tapi ternyata ….” Naya menjeda kalimatnya sambil menggelengkan kepala. “Aku merasa pernikahan kalian menjadi babak awal dari penderitaan lain Queen.”“Setidaknya kami pernah bahagia bersama.”“Queen tidak bahagia bersamamu.”Ageng terdiam mengingat kebersamaannya dengan Queen. Selam ini dia memang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan Perusahaan, tetapi dia tidak pernah mengabaikan Queen. Untuk nafkah lahir dan batin, Ageng yakin Queen tidak pernah merasa kekurangan. Lalu apa yang membuat Queen tidak bahagia?“Apa yang bisa diharapkan dari pernikahan dengan perjanjian? Yang sebentar lagi harus kalian akhiri?”Ageng merasa tertampar oleh pertanyaan yang baru saja dilontarkan. Sampai saat ini perjanjian itu masih ada, dan Ageng belum pernah sekali pun membicarakan tentang akhir yang dia inginkan kepada Queen.Queen sering mengingatkan diriny
“Sekarang mama tanya sama kamu, apakah Selama ini Mama pernah ikut campur dalam urusan rumah tanggamu?”Laras menatap putranya dengan tatapan tajam yang menunjukkan rasa kecewa dan amarah yang mendalam di hatinya. Seiring berjalannya waktu, pengertian dan pemakluman yang selama ini Laras berikan berganti rasa kecewa yang semakin besar. Impiannya tentang kehadiran seorang cucu dari putranya telah hancur oleh tindakan Queen yang begitu licik.“Jujur, mama sangat ingin segera punya cucu dari kamu, tapi saat kamu dan Queen memutuskan untuk menunda memiliki momongan pada akhirnya mama sendiri yang nyerah. Mama berusaha memahami pilihan kalian.” Laras mengungkapkan segala unegk-unek yang selama ini dia pendam kepada Ageng.Hal itu membuat Ageng semakin merasara terpojok dan putus asa. Dia tidak ingin kehilangan Queen, tapi selama ini dia telah membuat kecewa sang mama. Sebenarnya saat ini sedang Ageng membutuhkan dukungan dari sang mama, tetapi tampaknya Laras sudah berada pada titik puncak
Ageng melihat satu per satu foto kebersamaan Queen dengan Surya Wijaya di sebuah rumah sakit. Dia ingin memastikan setiap lembar foto yang dilihatnya bukanlah sebuah karya editan.“Tidak Pa.” Entah apa yang dirasakan oleh Ageng saat ini, tetapi dia masih begitu yakin jika Queen tidaklah bersalah. Istrinya tidak mungkin berselingkuh dengan pria yang lebih layak menjadi ayahnya.Ageng terus memandangi foto-foto di hadapannya, berharap ada petunjuk yang bisa membuatnya menemukan Queen. Atau paling tidak petunjuk untuk meyakinkan dirinya jika istrinya adalah perempuan baik yang sangat layak untuk dipertahankan.“Berapa lama kau pacaran dengan Queen, hingga akhirnya kau memutuskan untuk menikah dengannya?”“Apa maksud Papa bertanya seperti itu?” Ageng mengerutkan dahinya, dia sungguh tidak bisa mengetahui kemana arah pembicaraan sang papa.Selama ini Laras dan Arya Suta tidak pernah bertanya tentang Queen kepada Ageng, yang mereka pikirkan hanyalah kebahagiaan anak-anaknya, selama anaknya
“Kau bisa menjelaskan ini?” Ageng langsung menyodorkan bukti transfer dari Bryan ke rekening Queen.Suasana yang semula hangat kini berubah menjadi tegang karena kehadiran Ageng. Seluruh tatap mata tertuju ke arah Bryan, seperti sosok tersangka yang harus segera diadili.“Aku bisa jelaskan semuanya.”Bukan Bryan yang berucap tetapi Cyrus yang mengambil alih layaknya seorang pengacara.“Untuk apa kamu mentransfer uang sebanyak itu pada Queen? Bukankah dia bisa minta langsung padaku? Ada hubungan apa di antara kalian?” cecar Ageng seolah mengabaikan ucapan Cyrus.Tidak ada jawaban, Bryan justru melempar tatap ke arah Cyrus dan Derrian. Bukan untuk meminta bantuan, tetapi lebih kepada meminta persetujuan untuk mengucapkan yang sebenarnya. Bagi Bryan sudah tidak ada alasan lagi untuk menenutupi semua, permainan sudah berakhir.“Biar aku yang menjelaskan.” Sekali lagi Cyrus berusaha untuk mengambil kendali situasi. Dia tidak ingin persahabatan yang sudah lama terjalin harus hancur hanya ka
Rahma tidak akan menyerah begitu saja, apa lagi saat ini kesempatan itu terbuka sangat lebar. Kepergian Arum seolah membuka jalan bagi Rahma untuk bisa semakin dekat dengan Danu. Rahma akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan Danu.Semua tidak semudah yang Rahma bayangkan. Sejak awal pertemuan, Danu selalu menjaga jarak, hanya putrinya yang bisa mendekatkan dirinya dengan Danu. Namun dengan keberadaan Ardan saat ini, tentu Rahma tidak bisa leluasa mengajak putrinya. Danu sudah memberi peringatan kepada dirinya untuk tidak mengganggu Ardan, atau dia tidak akan pernah mau bertemu dengan putrinya lagi.“Mas bisakan nanti malam menemui Jelita, dia sudah sangat merindukanmu?” Rahma mencoba mencari celah untuk bisa bersama dengan Danu. Janda beranak satu itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada, selama Arum belum kembali.“Kau lihat sendiri keadaan ibu sekarang, aku tidak mungkin meninggalkannya sendiri.” Bukan sekedar alasan untuk menghindar atau menolak permintaan dari R
Sepi dan hampa, itu yang kini dirasakan oleh Ageng setiap kembali ke apartemennya. Tatap matanya memindai seisi apartemen, dia merasa setiap jengkal di sana ada jejak Queen yang tertinggal. Dengan tubuh yang dikuasai oleh rasa lelah, Ageng menjatuhkan tubuhnya di sofa, terbaring dengan tatap mata nanar mengingat setiap kebersamaannya dengan Queen.Tidak bisa dipungkiri jika dia sangat merindukan keberadaan Queen di sana. Kebersamaan selama satu tahun tampaknya telah membuat rasa cinta itu tumbuh subur di hatinya hingga mampu menenggelamkan nama Davianna hingga tidak berbekas lagi.Saat ini, Ageng merasa Queen telah mengobrak-abrik kewarasanannya. Terlalu kejam hukuman dan balas dendam yang dilakukan oleh Queen terhadap dirinya. Kenyataan tentang taruhan yang dilakukan oleh Queen dengan sahabat-sahabatnya, adalah pukulan telak bagi Ageng. Calon pewaris Wardana Group itu merasa semua yang dilakukan oleh Queen selama bersama dirinya hanya demi uang semata.“Kamu di mana Queen?” Entah kep
“Keadaan mamamu saat ini sedang tidak baik. Beberapa hari yang lalu mamamu mengeluh tentang pernikahan kalian. Punya dua anak yang pernikahannya kacau semua.” Arya Suta terdengar kesal mengungkap keluh kesah istrinya di hadapan Ageng.“Maafkan kami, Pa!”“Hanya maaf saja yang bisa kau ucapkan?” Bukan pertanyaan tetapi sebuah penghakiman untuk Ageng. “Papa tidak tahu dengan apa yang ada di pikiranmu dengan Arum,” sambung Arya Suta sambil menggelengkan kepala mengingat Arum yang langsung meninggalkan anaknya begitu saja setelah mendengar kabar perselingkuhan suaminya tanpa mencoba menyelidiki terlebih dahulu.Dalam setiap diamnya, sebenarnya Ageng sedang mencaci maki dirinya sendiri. Dia terus teringat akan kebodohan yang telah dia lakukan dengan menerima permintaan Davianna untuk melakukan pernikahan sandiwara dengan Queen selama dirinya menjalani pendidikan di luar negeri.Sungguh Ageng tidak pernah menduga sebelumnya, tampang seadanya Queen pada saat pertemuan pertama, bisa berubah m
“Seandainya nenek mengenal suamimu ….” Kartika menjeda kalimatnya menatap wajah Queen. “Mungkin nenek akan bisa memberi penilaian terhadap dirinya.”“Maaf, karena waktu itu semua terjadi begitu cepat, sehingga tidak sempat mengenalkan Ageng kepada Nenek.”“Jika bertemu dengan Ageng, nenek ingin menanyakan alasan dia menghajarmu.” Tanpa sadar Kartika meneteskan air mata saat mengusap pipi Queen yang masih terlihat bekas membiru, meskipun sudah mulai samar. “Nenek sempat berpikir, dia melakukan hal sekejam ini karena dia sangat kecewa padamu. Saat dia sangat berharap memiliki anak darimu, justru kau mencurangi dia.”Queen hanya diam, tidak tahu mau memberi tanggapan yang bagaimana. Sang nenek yang sebenarnya sangat anti dengan perceraian, masih berharap jika dia dan Ageng masih bisa bersama lagi. Bahkan, seandainya saat itu Queen datang dalam tanpa adanya bekas luka, Kartika pasti tidak akan menerima kedatangan, wanita sepuh itu pasti menyuruh Queen untuk menyelesaikan masalahnya terleb