Share

Bab 2

Author: Isna Arini
last update Huling Na-update: 2023-04-17 10:57:06

"Hanan, Ibu memintamu pulang untuk menikah. Ibu sudah menyiapkan semuanya, kamu tinggal menyiapkan diri dan hafalin ijab kabul," ucap wanita yang sudah melahirkan diriku itu.

Aku tiba-tiba saja dihubungi oleh orang tuaku, diminta buru-buru pulang kampung dan tiba-tiba saja dinikahkan. Aku pikir Bapak memintaku untuk pulang segera, karena Ibu kenapa-napa. Wanita dengan usia lebih dari setengah abad itu memang kadang suka tiba-tiba sakit. Aku khawatir.

"Hanan bisa cari istri sendiri, Bu. Tidak perlu dijodoh-jodohkan seperti ini."

"Kapan, mana? Usiamu sudah lewat tiga puluh. Teman-temanmu di sini sudah pada punya anak, ada yang lebih dari satu malahan." Lagi, ibu menyebut hal yang sama setiap kali memintaku menikah.

Bahkan orang tuaku itu mengira aku tidak tertarik pada lawan jenis. Ah, mereka tidak tahu saja aku sudah menaruh hati bertahun-tahun pada teman kantorku.

"Sebentar lagi Hanan akan bawain Ibu menantu."

"Dari dulu sebentar lagi terus, bosan Ibu mendengarnya. Apa kamu mau Ibu meninggal tanpa sempat mengendong cucu," ucap Ibu dengan nada sedih.

Kalau sudah begini, aku memilih untuk tidak mendebat.

"Anak Ibu kan bukan cuma aku, Bu. Ada Syifa juga."

Kusebut nama adik perempuanku, kami hanya dua bersaudara.

"Syifa masih kecil, baru juga kuliah di tahun ke dua. Baru dua puluh tahun."

Jarakku dan adikku memang cukup jauh, sepuluh tahun lebih. Aku memiliki adik saat memasuki Sekolah Menengah Pertama.

"Tapi wanita yang Ibu akan jadikan menantu itu lebih muda lagi dari Syifa, Bu. Baru sembilan belas tahun. Baru mau dua puluh tahun. Dia lebih pantas jadi adikku daripada jadi istriku."

Keinginanku untuk tidak mendebat Ibu tiba-tiba menguap sudah.

"Husniah beda, Han. Dia dewasa di usianya. Lagipula gadis itu yatim piatu. Hidup sebatang kara, tidak ada yang menjaganya. Kasian dia, Han. Bundanya yang merupakan teman Ibu, meninggal seminggu yang lalu. Tidak ada yang menjaganya," terang Ibu panjang lebar.

"Apa semua teman ibu yang anaknya jadi yatim piatu harus aku nikahi?"

"Hanan!" bentak Ibu dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Mas Hanan, Mas!"

Lamunanku buyar mendengar panggilan lembut dari seorang wanita. Lita, wanita yang sudah aku nantikan kesiapannya menikah sejak dua tahun yang lalu itu sedang berdiri di depan mejaku dengan tas selempang tersangkut di bahunya.

"Nglamun aja, udah waktunya pulang. Bisa bareng gak? Aku lagi gak bawa kendaraan," ucap wanita itu sambil tersenyum.

"Bisa, ayo!" sahutku dengan bersemangat.

"Memangnya sudah siap pulang?"

"Sudah."

Aku memang sudah merapikan pekerjaanku sejak tadi, dan menunggu waktu pulang yang tinggal beberapa menit lagi malah membuatku larut dalam lamunan.

"Adikmu udah selesai kuliah, Ta?" tanyaku sambil fokus menyetir.

Kami sudah hampir setengah jalan untuk sampai ke rumahnya.

"Satu tahun lagi, Mas. Kenapa?" Perempuan manis dengan lesung pipi itu balik bertanya.

"Cuma mau tahu saja."

Dulu saat kami berbagi cerita tentang keluarga, wanita itu mengatakan akan siap menikah jika adik laki-lakinya sudah selesai kuliah. Kami memang cukup dekat karena sering pulang kerja bersama. Lita sering menumpang padaku, meskipun arah rumah kami tak sepenuhnya searah. Aku harus berbelok cukup jauh untuk mengantarkan wanita itu hingga sampai depan rumahnya. Tidak masalah bagiku, demi mengambil hatinya.

"Mungkin aku harus mulai mencari pacar yang siap menikah kali ya," ujar Lita sambil tertawa.

"Aku siap menjadi pacarmu dan suamimu, kalau perlu besok juga bisa," sahutku dalam hati.

Ah si@l, aku malah mengingat Husniah. Apa gadis culun itu akan membuatku kehilangan kesempatan bersama dengan wanita pujaan yang aku tunggu dari sejak bertahun-tahun lalu.

Aku menghentikan kendaraan roda empat milikku begitu sampai di depan rumah Lita. Rumah orang tuanya berada di kompleks perumahan. Wanita itu bilang, rumah ini dulu perumahan subsidi jadi luas tanahnya tidak terlalu luas. Namun rumah milik orang tua Lita dibuat menjadi dua lantai begitu cicilannya sudah lunas.

"Mau mampir gak, Mas?" tanya Lita sambil tersenyum.

Menampakkan lesung pipinya yang dalam. Membuatku semakin terpesona saja. Tidak biasanya wanita ini mengajakku mampir. Apa aku ikuti saja kemauannya.

"Ayo, Mas. Sekalian kenalan sama orang tuaku. Mereka suka bertanya siapa temanku yang sering memberi tumpangan padaku."

Ah sepertinya Lita mulai membuka diri. Tanpa berpikir lagi, aku turun dari mobil dan mengikuti wanita itu. Kapan lagi bisa kenalan sama orang tuanya, mungkin inilah saatnya aku pendekatan pada wanita pujaanku ini dan juga orang tuanya.

Gadis kurus di rumahku hanyalah sebuah pajangan, nanti akan aku pindahkan kalau aku menikah dengan Lita

🍁 🍁 🍁

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (26)
goodnovel comment avatar
Nur Hayati
kejam banget Lo jadi suami
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
kalau memang tidak suka harus tersakitikah
goodnovel comment avatar
Kasurip Surip
cuiup bagus ceritanya.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan Β Β Β End

    Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan Β Β Β Dua Ratus Tujuh

    Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan Β Β Β Dua Ratus Enam

    Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan Β Β Β Dua Ratus Lima

    Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan Β Β Β Dua Ratus Empat

    Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan Β Β Β Dua Ratus Tiga

    Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status