Share

Di Antara Dua Laki-laki

"Loh ... kamu tidak ke cafe, Ril?" tanya Dina–mamah Ariel.

Ariel tersenyum menatap mamahnya. Hari ini dia sedang tak ingin pergi ke cafe. Entah kenapa hari-harinya terasa sepi sejak beberapa minggu ini. Lebih tepatnya sejak Samuel tak lagi berkunjung ke cafenya, setelah memberikan janji manis.

"Ariel sedang malas, Mah! Lelah juga setiap hari ke cafe," terang Ariel.

Dina mengulas senyum mendengar jawaban dari putrinya. Ia cukup senang karena sekarang Ariel tak lagi murung seperti 5 tahun yang lalu. Putrinya itu juga lebih banyak memiliki teman saat ini, dari pada dulu.

"Bagaimana kalau kamu ikut Mamah?" ajak Dina.

"Ke mana?" sahut Ariel yang masih asik menikmati senja di sore ini. Seharian tadi dia hanya rebahan di atas ranjang sambil memikirkan sesuatu yang tidak penting.

"Acara pertunangan anaknya teman, Mamah!" terang Dina. Dia berharap jika putrinya bisa ikut bersamanya.

"Kamu mau ya ...?" imbuh Dina saat putrinya hanya diam saja.

"Siapa tahu nanti kamu bisa bertemu dengan pangeran tampan dan baik hati!" Goda Dina sambil menoel-noel pipi Ariel. Sudah lama sekali sejak Ariel bercerai, dia tak lagi melihat putrinya itu dekat dan menjalin kasih dengan seseorang.

Ariel mencebikkan bibirnya karena ucapan dari sang mamah. Dia tahu jika saat ini mamahnya sudah begitu mendambakan seorang menantu yang bisa mendampingi dirinya.

"Mah ...," seru Ariel.

"Iya, iya. Mamah tidak akan membahas tentang laki-laki lagi!" ucap Dina yang tahu jika Ariel paling malas kalau harus membahas tentang laki-laki.

"Jangan lupa ganti baju. Mamah tunggu di depan!" kata Dina ketika ia hendak keluar dari kamar Ariel.

Dina kembali mengintip Ariel ketika putrinya itu tak menjawab ucapannya.

"Iya, Mah. Ariel ganti baju!" ujar Ariel sambil memutar bola matanya jengah saat melihat sang mamah yang saat ini sedang mengintip.

***

Ariel menatap setiap desain gedung yang saat ini sedang dipijaknya. Mewan dan glamor. Entah sekaya apa teman mamahnya ini. Hanya untuk pesta pertunangan saja mereka menyewa serta menghias begitu mewah gedung ini.

"Sayang, ayo!" ajak Dina saat Ariel sibuk mengagumi gedung tempat pertunangan anak temannya.

"Mamah ke sana dulu, ya. Nanti Ariel menyusul!" ucap Ariel yang masih ingin mengitari gedung mewah ini.

"Baiklah, jangan lama-lama!" sahut Dina yang kemudian bergegas pergi menemui temannya.

Setelah kepergian mamahnya, Ariel terus melangkahkan kakinya. Tujuannya saat ini adalah balkon yang sejak tadi menggoda matanya. Jujur dia tak begitu nyaman berada di pesta seperti ini.

"Apa kamu lihat, Samuel terlihat jauh lebih tampan saat ini!"

Deg ....

Jantung Ariel seolah berhenti saat dua orang wanita yang melewatinya menyebut nama Samuel. Entah kenapa mendadak hatinya terasa nyeri.

"Bodoh .... Memangnya apa yang kamu harapkan dari seseorang yang baru kamu kenal, Ariel. Bukankah ini sudah biasa terjadi padamu!" umpat Ariel kepada dirinya sendiri.

"Astaga kenapa kamu turut turun sih!" Kesal Ariel sambil mengusap kasar air mata yang sudah merembes membasahi pipinya.

Ariel yang merasa dadanya semakin sesak, mencoba untuk mempercepat langkahnya agar segera sampai ke balkon. Ia butuh udara segar untuk mengembalikan kewarasannya saat ini. Namun, ketika ia berjalan terburu-buru, dia tak sengaja menabrak seseorang.

Tubuh Ariel mendadak kaku saat indra penciumannya, mencium aroma parfum yang begitu ia kenal. 5 tahun yang lalu, parfum dengan wangi ini adalah parfum pilihannya untuk sang mantan suami.

"Ariel ...."

Tubuh Ariel semakin kaku ketika mendengar suara itu. Suara yang kerap ia dengar baik di pagi hari maupun malam hari. Suara yang selalu menemaninya 5 tahun yang lalu.

"Kamu benar Ariel!"

Perlahan Ariel mulai mendongakkan kepalanya. Kini dia kembali melihat laki-laki yang hampir 5 tahun tak pernah dijumpainya lagi setelah sidang perceraian mereka.

"Sadam ...," lirih Ariel.

Dia begitu merutuki malam ini. Dari sekian banyak tempat kenapa laki-laki itu harus datang ke tempat yang sama dengannya.

"Astaga ... sudah lama sekali kita tidak berjumpa. Kamu semakin cantik saja," puji Sadam yang langsung memeluk tubuh Ariel tanpa dosa.

Ariel tersenyum getir melihat sikap Sadam yang seolah tak memiliki rasa empati kepadanya. 5 tahun yang lalu, laki-laki itu tega menggoreskan luka yang begitu mendalam baginya. Dan sekarang dia berlaga seolah tak bersalah sama sekali terhadapnya.

"Dam, tolong lepaskan pelukan kamu!" kata Ariel saat dia sudah mencoba mendorong tubuh Sadam, tapi laki-laki itu seolah tak mau melepaskan pelukannya.

"Aahh ... maaf ...," ucap Sadam dengan senyum sejuta wattnya.

Jika dulu Ariel akan terkesima dengan senyuman itu, kini dia tak lagi bisa tergoda. Luka dan kecewa yang dirasakannya masih terasa begitu sakit hingga saat ini. Laki-laki yang ada di depannya ini dengan begitu teganya pergi setelah mereka menikah. Sadam bagiakan ditelan bumi saat itu. Tak ada kabar atau apa pun juga dari laki-laki itu. Hingga pada suatu hari datanglah surat cerai yang dikirim oleh Sadam. Sakit, kecewa dan terluka tentu dirasakan oleh Ariel. Tak ada penjelasan apa pun kenapa tiba-tiba saja laki-laki itu menceraikan dan menjadikannya janda di usia yang masih muda.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Sadam dengan begitu santai.

Ariel tersenyum miris saat mendengar pertanyaan Sadam. "Menurutmu?" jawab Ariel dengan ketus.

Sadam menundukkan kepalanya. Dia tahu kenapa saat ini Ariel bersikap dingin kepadanya.

"Maaf atas kesalahan yang telah aku perbuat," ucap Sadam penuh penyesalan. Bukan keinginannya untuk meninggalkan Ariel saat ini. Namun, keadaanlah yang memaksanya untuk melakukan hal itu.

Tak ingin menjawab ucapan dari Sadam, Ariel memutuskan untuk berlalu meninggalkan mantan suaminya tersebut. Namun, baru beberapa langkah dia berjalan, ia merasakan jika tangannya saat ini tengah digenggam oleh seseorang.

"Lepas!"

Mata Ariel seketika membulat saat mendengar suara dari laki-laki yang beberapa minggu ini kerap wara-wiri di sekitarnya. Dia dibuat mengerjap beberapa kali saat Sadam dan juga Samuel ada di depannya. Ke dua laki-laki itu saling melemparkan tatapan sengit.

"Lepaskan tanganmu darinya!" ucap Samuel mengulangi perkataannya.

Sadam mengerenyit heran melihat laki-laki yang saat ini ada di depannya ini. Laki-laki itu terlihat begitu tak suka ketika dirinya menggandeng tangan Ariel.

"Apa kamu tidak mendengar apa yang aku katakan! Lepaskan tangannya sekarang juga!" pekik Samuel.

Ariel menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, menatap orang-orang yang saat ini sedang melihat ke arah mereka. Ucapan Samuel yang begitu melengking adalah alasan mengapa mereka kini menjadi pusat perhatian.

"Cukup, Samuel! Jangan membuatku tertawa dengan sikapmu saat ini!" ujar Ariel. Kepalanya cukup pusing saat ini, dan dia tak ingin menambah beban pikirannya.

"Ariel, kenapa kamu berkata seperti itu kepadaku. Apa aku telah melakukan kesalahan padamu?" tanya Samuel saat melihat kilatan kemarahan dari mata Ariel.

Ariel tersenyum sinis mendengar ucapan Samuel. "Kalian sama saja!" hardik Ariel. Matanya menatap Samuel dan Sadam secara bergantian.

"Penipu!" umpat Ariel yang kemudian bergegas pergi meninggalkan gedung mewah tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status