Home / Romansa / Pesona Om Bule / Cinta pada Pandangan Pertama

Share

Cinta pada Pandangan Pertama

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2023-11-13 12:44:46

Aku melompat-lompat kegirangan saat mendapat pesan dari HRD perusahaan. Akhirnya setelah dua hari menunggu keputusan, aku dinyatakan diterima bekerja sebagai staf administrasi di perusahaan tersebut. 

Aku segera menelepon Imel dan memberi tahu kabar bahagia ini kepadanya. Bukannya ikut bahagia, Imel malah mengejek.

"Duit lo mau dikemanain, sih, Mir? Ngapain capek-capek kerja? Lo bukannya tinggal minta aja sama nyokap lo, urusan beres." Imel ngakak.

"Gabut doang, Mel. Daripada gue tidur mulu di apartemen, mending kerja, kan?"

"Tukeran jiwa aja kita, Mir. Gue yang capek kerja maunya tidur di rumah doang gak bisa, lo malah gabutnya pengen kerja. Gak habis pikri gue."

"Lo bukannya ngedukung malah bikin gue kesel aja, Mel. Dah, ah, kalo gitu gue gak jadi ngajak lo makan di restoran."

"E-eh, tunggu, Mir. Ya, kalo tahu bakal ditraktir gue gak bakal ngomel kali. Sharelok!"

Aku mendengkus, lalu mematikan panggilan dan mengajak imel bertemu di kafe galaksi. Kafe itu sedang viral di dunia maya saat ini karena sangat instagramable.

"Punya waktu luang gak, Mir? Pengen ngobrol."

Ish! Padahal aku tidak pernah merespons, tapi Jo masih terus-terusan kirim pesan. Aku saja bosan, kenapa dia tidak?

"Jangan sering mengabaikan aku, nanti kamu jatuh cinta."

Aku sontak bergidik membaca pesan baru dari Jo. Amit-amit jangan sampai aku jatuh cinta sama dia. Kulempar ponsel ke kasur dan pergi mandi.

Usai mandi, aku meraih ponsel yang sepertinya sejak tadi berdering. Benar saja sudah ada lima belas panggilan tak terjawab dari Imel dan spam chat.

"Lo di manaaaa?"

"Woy, Mir! Jangan bilang lo lagi mandi!"

"Sialan, lo! Gue udah setengah jam di sini!"

Aku terkikik sendiri saat membaca pesan dari Imel. Salah sendiri dia langsung berangkat padahal aku saja belum mandi.

"OTW." Aku membalas pesan dari Imel padahal belum selesai berganti baju.

**

Aku ngomel-ngomel ke Imel karena dia tiba-tiba sudah pindah lokasi ke restoran jepang. Namun, tetap saja omelanku tidak ada apa-apanya dibanding ocehan Imel. 

Aku ngomong sedetik, dia balas ngomong sejam. Bener-bener berisik!

"Salah lo! Gue udah setengah jam di sana, udah pesen makanan juga. Eh lo lama banget, terpaksa gue yang bayar tu makanan!" omelnya sambil melahap sushi. 

"Seumur-umur gue hidup, baru tadi gue jajan pisang goreng sama kopi harga tiga ratus ribu!"

Kali ini aku langsung ketawa. Lalu, mengaku salah dan meminta maaf kepadanya.

"Lo bayangin! Gue yang tiap hari kudu irit, gak boleh sekali jajan lebih dari seratus ribu tiba-tiba jajan pisang goreng harga tiga ratus ribu. Gila gak, tuh?!"

"Anggep aja apes. Lagian buru-buru amat, deh. Gue belom mandi lo udah sampai aja. Harga ni sushi juga dua kali lipat dari harga pisang goreng yang lo beli."

Imel menghentikan kunyahannya seketika. Aku mengernyit saat melihat dia celingukan.

"Kenapa?" tanyaku. 

"Mending lo kasih mentahannya aja deh, Mir, daripada ditraktir di tempat begini. Gak tega gue nelen duit sejuta sehari doang. Bisa gue irit-iritin tu duit selama sebulan."

Aku ketawa lagi. Ada aja celotehan Imel yang bikin suasana jadi lebih hidup. Aku jadi berandai-andai jika dulu tak mengenal Imel pasti hidupku bakal kesepian terus. Ya meski kadang dia terlalu berisik, tapi duniaku benar-benar terasa berbeda saat mengenal imel.

Aku kembali terbayang masa-masa SMA dulu, saat aku memutuskan untuk berhenti home schooling. Aku pikir memilih teman akan sesimple saat kita membalikkan telapak tangan. Nyatanya tidak. 

Aku sering kali dibully karena irit bicara, jarang bergaul, dan hanya diam saat mereka membicarakan lawan jenis. Bahkan mereka menjauh sambil menyebarkan berita bahwa aku suka dengan sesama jenis hanya karena aku tidak punya pacar. Gila, kan?

Sejak saat itu aku menjadi lebih pendiam daripada sebelumnya. Aku lebih suka melakukan segalanya sendirian saja. Aku tak suka keramaian, aku akan sangat lelah jika kebanyakan bicara. 

Hanya Imel yang benar-benar mengerti seperti apa sifatku, bahkan aku yakin orang tuaku sendiri tak paham. Meskipun kadang Imel suka ngomel saat ocehannya tak kutanggapi, tapi itu memang sifatnya. Dan aku paham dengan itu.

Hanya kepada imel aku bisa menjadi diri sendiri. Aku tak segan menceritakan kekurangan diriku karena tak mau dia berekspektasi berlebihan terhadapku.

Kami mencoba saling memahami. Kadang dia begitu tersiksa saat kuajak hanya berdiam diri di dalam kamar seharian. Sebaliknya, aku juga kadang merasa tak nyaman kalau harus menemani dia duduk dalam keramaian. Walaupun begitu, kami selalu menyempatkan diri untuk we time dan bergantian menentukan pilihan.

"Keadaan ibu gimana?" tanyaku ketika Imel selesai dengan makanannya.

"Udah membaik. Kecapekan aja karena kerja dari subuh sampai malem. Gue udah ada rencana pulang, tapi nunggu gajian dulu."

Aku mengangguk sambil menyeruput capuchino yang mulai dingin. 

"Oh iya, Mel. Lo kasih nomer gue ke tetangga baru itu, ya?" tanyaku. Aku benar-benar penasaran darimana Jo mendapatkan nomorku.

"Tetangga baru? Maksud, lo ... Joshua?"

Aku mengangguk dengan malas.

"Enggak! Gue aja gak pernah ketemu sama dia. BTW, lo punya nomornya? Gue minta, dong!"

Aku pun menceritakan kepada Imel tentang Jo yang akhir-akhir ini begitu mengganggu hingga akhirnya Imel menggerutu.

"Belom juga jadian, udah ketikung aja gue sama lo!"

Aku mendelik. "Apa, sih?!"

"Dia tertarik sama lo, Mir. Masa lo gak sadar, sih?"

Aku tertawa sinis. "Tertarik? Gue ketemu dia aja gak pernah, ngobrol gak pernah, mana mungkin dia bisa tertarik."

"Lo mah gak peka! Bisa aja dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Ya, gak?"

"Gak! Cinta pada pandangan pertama cuma ada di sinetron."

Imel menabok lenganku dengan spontan. Sementara aku mengaduh, telunjuknya mengarah ke pintu masuk restoran. 

"Lihat, Mir!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Om Bule   Part 30

    "Morning, Dear!" "Morning, Miss!"Aku masih mengucek mata saat membuka pintu apartemen. Joshua dan Joseph sudah tampak rapi dengan kemeja dan ... kue di tangan mereka. "Happy birthday, Miss!" Aku menekuk lutut, menjajarkan tinggi badan dengan Joseph sambil tertawa."Tapi, hari ini Miss Mira nggak ulang tahun," kataku."Daddy bohong, ya!" Joseph langsung melotot pada daddy-nya, begitu juga denganku.Sementara laki-laki yang sedang dalam pusat perhatian itu malah tertawa."Prank!' katanya.Aku tertawa ketika melihat Joseph berlari mengejar Joshua. Kubawa dua potong kue tadi ke atas meja dan memotongnya. Kupanggil dua manusia kembar beda usia itu ke meja makan dan menikmati potongan kue red velvet dengan toping buah strawberry diatasnya.Aku selesai lebih dulu dan pergi mandi, berganti baju, dan juga berdandan. Dua laki-laki yang duduk di sofa menungguku itu tampak asyik dan saling bercanda. Setelah siap, aku pun menemui mereka."Are you ready?" tanyaku."Yes, i'am ready!" Joseph ber

  • Pesona Om Bule   Part 29

    "Feeling gue mafia sebenernya tu malah Bastian, deh, Mel.""Sepemikiran!""Tapi, dia cuci tangan. Membuat orang lain terlihat seperti tokoh jahat untuk menutupi kejahatannya.""Sepakat!""Kasihan, ya, Bianca."Kali ini Imel menjawab. "Gak sepakat buat yang ini. Kasihan dari mana? Salah dia sendiri, kok, mau-maunya.'"Dia terpaksa kali, Mel.""Terpaksa karena duitnya.""Bisa jadi.""Lo tahu nggak, Mel? Bianca bilang setelah menikah bakal pindah ke Singapore. Dia bakal tinggal di sana sama Bastian dan Joseph.""Baguslah. Kalo mereka beneran ke Singapore kayaknya gue nggak bakal jadi babunya Bianca lagi.""Kalo bener Bianca keguguran karena ide dari Bastian, gue harus cari cara biar hak asuh Joseph turun ke tangan Joshua secepatnya. Gue takut Joseph kenapa-kenapa.""Kan, udah gue bilang Pak Bastian tu nggak suka anak-anak. Istrinya aja yang punya satu anak langsung diselingkuhin, diceraiin.""Ngeri juga, ya."Aku dan imel menunggu operasi sambil makan kuaci. Mataku sudah hampir terpejam

  • Pesona Om Bule   Part 28

    Aku masih mematung di tempat karena tidak tahu harus berbuat apa. Kalau aku pulang sekarang, Joseph masih harus minum obat satu kali lagi. Aku takut Bianca tak peduli dan Joseph tidak minum obat malam ini. Sebaiknya aku tunggu saja jam minum obatnya kemudian pulang.Aku ikut duduk di sofa, sedikit berjarak dengan Bianca. Namun, bisa kulihat dengan jelas bahwa wajah Bianca pucat dan kelihatan gelisah. Apa yang terjadi dengannya?"Bu, wajah ibu pucat sekali. Apa ibu sakit?" tanyaku.Bianca hanya menggeleng, tapi tangan kirinya memegang perut. Aku membelalak. Jangan-jangan?"Bu, sebaiknya kita pergi ke dokter. Saya takut Bu Bianca kenapa-kenapa."Aku mencoba mendekat, tapi Bianca menepis tanganku. "Tolong ambilkan air hangat dan obat saya di mobil."Aku mengangguk dan bergerak cepat. Bertambah lagi beban di kepalaku. Bukan hanya Joseph, tapi Bianca juga sakit sekarang. Lantas apa yang harus aku lakukan?Bianca merebahkan tubuhnya di sofa, tangan kirinya masih menempel diatas perut dan m

  • Pesona Om Bule   Part 27

    Aku masih mengeratkan pelukan sambil menatap pada pintu. Entah apa yang mereka bicarakan diluar, aku sangat penasaran dengan keputusan yang akan mereka ambil. Tak terasa isak tangis Joseph sudah tak terdengar, saat kulihat ternyata dia tertidur di pelukanku. Mungkin dia terlalu lelah karena menangis cukup lama.Aku meraih ponsel dan menelepon Imel, berharap dia tidak sedang dalam perjalanan. Namun, sepertinya Imel memang belum sampai di kosan karena panggilanku tidak dijawab olehnya. Kulihat lagi undangan pernikahan Bastian dan Bianca yang Imel kirim beberapa hari yang lalu, acara akan diselenggarakan tepat satu bulan lagi, pantas saja Bianca tak begitu peduli dengan Joseph dan sibuk pulang-pergi.Apakah ini bisa menjadi bukti di persidangan nanti? Jika Bianca terbukti akan menikah lagi, apakah peluang Joshua mengambil alih hak asuh Joseph akan menjadi lebih banyak?Joshua masuk dengan wajah tegang, sementara Bianca entah kemana. Dia duduk di sofa sambil mengusap wajahnya. Pelan-pelan

  • Pesona Om Bule   Part 26

    Aku menepikan mobil di sebelah motor Imel. Dia masih nongkrong diatas motornya, tak ikut masuk ke dalam."Udah mau lahiran?" tanyaku yang langsung dijawab dengan toyoran kepala."Yakaliii udah mau lahiran. Periksa doang kali. Bener, kan, apa kata gue? Dia hamil.""Kok, bisa dia nyuruh lo yang nganter?""Lo gak tahu, ya, kalo gue tuh babu dia di kantor? Jabatan gue staf administrasi, tapi semenjak tu nenek lampir dateng ke kantor, gue kudu nurut sama semua perintah dia. Lo bayangin betapa gilanya gue tiap hari ngadepin dia? Makanya gue pengen resign aja.""Maksud gue kenapa nggak sama Bastian gitu?""Gue aja disuruh tutup mulut. Aneh, kan? Hamilnya nggak sama Bastian kali.""Hust!" Sontak aku menutup mulut Imel. Mataku membelalak saat melihat Bianca sudah keluar dari klinik. Aku sontak menutup kaca mobil dan menunduk agar dia tidak melihatku. "Langsung ke rumah Bastian aja, ya, Mel," kata Bianca."Siap, Bu," jawab Imel.Saat suara motor Imel mulai menjauh, aku pun menyalakan mesin dan

  • Pesona Om Bule   Part 25

    Aku menepikan mobil di sebelah motor Imel. Dia masih nongkrong diatas motornya, tak ikut masuk ke dalam."Udah mau lahiran?" tanyaku yang langsung dijawab dengan toyoran kepala."Yakaliii udah mau lahiran. Periksa doang kali. Bener, kan, apa kata gue? Dia hamil.""Kok, bisa dia nyuruh lo yang nganter?""Lo gak tahu, ya, kalo gue tuh babu dia di kantor? Jabatan gue staf administrasi, tapi semenjak tu nenek lampir dateng ke kantor, gue kudu nurut sama semua perintah dia. Lo bayangin betapa gilanya gue tiap hari ngadepin dia? Makanya gue pengen resign aja.""Maksud gue kenapa nggak sama Bastian gitu?""Gue aja disuruh tutup mulut. Aneh, kan? Hamilnya nggak sama Bastian kali.""Hust!" Sontak aku menutup mulut Imel. Mataku membelalak saat melihat Bianca sudah keluar dari klinik. Aku sontak menutup kaca mobil dan menunduk agar dia tidak melihatku. "Langsung ke rumah Bastian aja, ya, Mel," kata Bianca."Siap, Bu," jawab Imel.Saat suara motor Imel mulai menjauh, aku pun menyalakan mesin dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status