Share

Sahabat

"Dia selalu merasa layak dibahagiakan, tanpa peduli apakah orang di sekelilingnya bahagia atau tidak."

Jo menjeda sejenak, kemudian kembali bicara.

"Dia tidak peduli bagaimana prosesnya, tapi dia selalu ingin melihat hasilnya. Bahkan di usia orang tuanya yang sudah tidak lagi muda, dia tetap saja manja. Bukan dia yang berusaha membahagiakan orang tua, tapi orang tua harus selalu berkorban untuk dia."

Jo kembali diam saat pramusaji datang mengantarkan pesanan kami.

"Pacar kamu, ya?" tanyaku.

Jo menyeruput kuah sop iga yang masih mengepulkan asap itu sambil tertawa kecil.

"Kamu sendiri, sudah kenal dengan laki-laki seperti apa sebelumnya?"

Aku menggeleng. "Belum pernah."

Jo meletakkan sendok yang dipegangnya, kemudian menatapku intens.

"Really? Why? Apa karena seleramu tinggi?"

Aku hanya menarik ujung bibir dan mulai menyuap.

Kami makan dalam diam untuk beberapa saat hingga akhirnya ponsel Jo berbunyi. Dia sedikit menjauh saat menerima telepon yang entah dari siapa. Saat kembali ke meja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status