LOGINDua minggu sebelumya…
Bunyi kecupan bibir terdengar memenuhi ruangan kamar berwarna abu dengan lampu kristal menggantung diatas. Yoshimura merangkul erat leher wanita berpakaian kimono berwarna putih dengan corak bunga sakura di depannya dan memperdalam tautan bibir mereka. Saling memainkan lidah, mereka berlomba menarik satu sama lain. Wangi aroma vanilla menyeruak dari leher sang Geisha. Tangan kekar Yoshimura yang lain menarik pinggang ramping Geisha berbalut obi berwarna merah yang dipakainya. Yoshimura membawa wanita itu ke atas ranjang tanpa melepaskan permainan bibir mereka yang makin panas. “Tunggu Tuan….” Geisha melepas paksa bibir mereka. Jari mungilnya menahan dada bidang Yoshimura. Di bawah tubuh tegap Yoshimura dan cahaya lampu yang remang bibir merah Geisha terlihat bengkak karena pagutan mereka. “Ada apa?” Manik mata gelap Yoshimura menajam. “Apa kamu akan membawaku pergi? Aku sungguh tidak bisa—” Yoshimura menyambar cepat bibir merah Geisha, tidak peduli apa yang akan dikatakan olehnya. Yoshimura hanya ingin melumat bibir yang sedari tadi terus memanggilnya minta dikecup, dirasai dan dimainkan. Geisha membola karena ciuman Yoshimura yang semakin ganas dan dalam. Bibir dan lidahnya terus berkedut merasakan gigi rata Yoshimura bergantian memainkan indera pengecapnya. Geisha meremas kuat kain sprei silk berwarna pink jambu dan mulai terbuai. Ternyata benar yang dikatakan semua pemain wanita selama ini, pria berwajah tanpa cela dan hidung bak seluncurannya sangat ahli bermain bibir dan lidah. Geisha terhanyut dalam permainan Yoshimura, lupa kalau mereka sedang berakting. Nafas memburu Geisha menandakan dia masuk ke dalam dunia permainan bibir Yoshimura. Telapak tangan kekar Yoshimura menarik pelan kimono yang membungkus bahu sampai ke dada Geisha. Yoshimura pindah mencumbu lembut leher jenjang Geisha yang penuh dengan Oshiroi (bedak putih khas Geisha) dan terus turun hingga ke atas dada mulusnya. Geisha menggeliat di bawah kungkungan Yoshimura sembari menahan nafas dengan mata terpejam, tubuhnya bereaksi. Panas mulai menjalari saat lidah dan bibir Yoshimura bermain-main di atas dada, jantungnya seperti akan meledak. Oh ayolah … jangan sampai aku lepas kendali, batin Geisha menggigit kuat bibir. Dia tidak mau terhanyut dan lupa dengan keadaan disekitar mereka. Yoshimura semakin intens meninggalkan kecupan basah di atas dada Geisha yang menyembul di balik kimono. Yoshimura benar-benar seorang pemain profesional. Telapak tangan beruratnya menyapu paha putih Geisha yang tanpa sadar mendesah pelan. Ruang pribadi milik Geisha dibawah sana ikut berkedut. Jari mungil Geisha tanpa sadar berjalan masuk menelusuri rambut hitam Yoshimura yang tertata rapi, dia sedang menahan diri sekuat tenaga. Pikiran Geisha melayang merasakan serangan demi serangan yang dimainkan Yoshimura di tubuhnya. Pria itu tetap terlihat tenang namun fokus meninggalkan jejak. . “CUT!” Suara seorang pria yang mereka kenal menggema di dalam ruangan yang diset menyerupai kamar hotel. Sang Geisha sontak membuka mata, diikuti Kento yang beranjak dari atas tubuhnya. Tubuh tinggi tegap Kento tampak sempurna di bawah pencahayaan lampu ruangan set. Geisha buru-buru merapikan kimono yang tersingkap sembari mengembalikan kesadarannya. Seorang tim lalu menyodorkan tissue pada mereka. “Kerja bagus semuanya….” Sutradara mendekati Kento dan Aiko, pemeran Geisha. “Terima kasih Sutradara Kurosawa,” ucap Kento dan Aiko bersamaan sambil membungkuk. “Saya senang sekali syuting episode drama terakhir kita selesai dengan baik hari ini. Akting kalian sangat luar biasa tadi, saya sangat puas melihatnya,” puji Kurosawa menepuk pundak Kento. Kento dan Aiko tersenyum, bangga mendengar pujian sutradara. Untungnya mereka tidak perlu take sampai berapa kali untuk adegan intim mereka berdua. “Aktor dan aktris profesional memang beda, saya tidak salah memilih kalian berdua sebagai lawan main!” puji Kurosawa lagi dengan mata berbinar. “Terima kasih banyak Sutradara Kurosawa, saya juga senang bisa bekerja sama denganmu dan semua tim produksi drama Geisha e no Shinshina ai. Semoga kedepannya kita bisa bekerja sama lagi,” balas Kento memuji pria berumur lima puluh tahun di depannya. Aiko mengangguk setuju dengan ucapan Kento. Dia masih mengatur nafas, mencoba menenangkan diri setelah hanyut dalam adegan yang sebenarnya sudah biasa Aiko perankan. Tapi entah kenapa kali ini bermain bersama Kento, Aiko malah lepas kendali. “Oh ya, tim kita akan mengadakan makan malam bersama. Kalian berdua akan ikut, kan?” tanya Kurosawa menatap Kento dan Aiko bergantian. “Maaf Sutradara Kurosawa, saya tidak bisa ikut. Saya—” “Oh ya, ya. Saya tahu,” potong Kurosawa cepat. “Maaf, saya lupa kalau kamu tidak suka pergi makan malam tim setelah syuting episode terakhir,” sambungnya tertawa. Aiko melirik Kento yang tersenyum tipis, sorot matanya tampak dingin. Ternyata rumor yang beredar tentang Kento tidak suka ikut makan malam dengan tim setelah syuting episode drama terakhir selesai itu benar. Kalau tidak salah ada juga rumor lain yang mengatakan Kento akan menghilang beberapa bulan, dan tidak akan menerima pekerjaan apapun setelah dramanya selesai syuting. Jadi semua itu benar? Aiko menebak-nebak dalam hati. “Baiklah, sampai bertemu lagi Kento.” Kurosawa menepuk kembali pundak Kento dan berlalu dari dua artisnya. Kento menghembuskan nafas lega karena Kurosawa tidak banyak bertanya seperti sutradara-sutradara dramanya sebelumnya. Aiko melihat perubahan sorot mata Kento. “Kerja bagus Senior Kento,” puji Aiko terus memperhatikan lawan mainnya. “Kerja bagus juga Aiko.” Kento membungkuk sopan. “Jadi … rumor itu benar?” “Rumor?” bingung Kento. “Mm … rumor yang beredar tentang Kento senpai tidak pernah pergi makan malam tim setelah syuting episode terakhir itu benar?” selidik Aiko. Sorot mata Kento berubah lagi, tatapannya makin dingin dengan rahang yang mengeras. Kento diam tidak menanggapi ucapan Aiko. Baginya dia tidak perlu menjawab pertanyaan yang tidak penting. “Maaf Aiko, aku harus pergi lebih dulu. Sampai jumpa lagi.” Kento membungkuk dan berlalu meninggalkan Aiko yang mendadak kesal melihat sikap Kento. Kento rupanya sengaja menghindarinya, padahal selama empat bulan mereka syuting bersama, mereka berdua sangat dekat. Mereka bahkan berciuman sangat mesra seperti pasangan sungguhan di luar syuting. Kento juga sering mengirimkannya bunga dan ucapan-ucapan romantis layaknya orang berpacaran. Semua media ikut menggosipkan mereka karena Kento dan Aiko sering jalan-jalan atau makan malam berdua. Akhirnya Aiko mengerti sekarang, rumor Kento akan sangat manis pada lawan mainnya saat syuting drama berlangsung dan akan bersikap seperti orang asing saat syuting drama berakhir ternyata juga benar. Sial! Aktor penuh dengan rumor itu sengaja menjebaknya. Aiko kesal dalam hati merasa dipermainkan oleh Kento. “Kerja bagus Kento.” Seorang pria berkacamata menyambut Kento di dalam mobil Toyota Vellfire milik sang artis. Kento menganggukkan kepala dan masuk ke mobil, duduk disamping Direktur Agensinya. Direktur Omega memakai setelan jas rapi dengan sepatu pantofel mengkilap. “Di mana Roki?” tanya Kento melihat orang yang tidak dia kenal duduk di kursi kemudi. “Dia berhenti hari ini,” jawab direktur Omega singkat. Kento diam. Ini bukan pertama kalinya semua asistennya berhenti disaat dia menyelesaikan syuting dramanya. “Apa kamu tidak bisa mencari asisten yang lebih baik sekarang? Semua asisten yang kamu cari selama ini tidak ada satupun yang benar!” protes Kento muak. Direktur Omega tersenyum sinis mendengarnya. “Bukan salahku jika artis yang mereka urus terlalu banyak mau sepertimu!” cibirnya. Direktur Omega sudah lelah harus terus mencari asisten baru untuk salah satu artis pemberi keuntungan banyak di agensinya. Jika bukan karena Kento yang saat ini mulai dikenal hingga banyak kontrak kerja sama yang menumpuk untuk Kento, direktur Omega pasti tidak akan buang-buang waktu lagi padanya. “Aku sudah mendapatkan asisten baru untukmu.” Direktur Omega menyodorkan sebuah dokumen CV pada Kento. “Aku tidak mencari orang dalam lagi seperti sebelumnya. Asistenmu yang sekarang berasal dari luar, mungkin saja dia salah satu fans-mu dan akan sabar mengurusmu!” Kento melihat sekilas dokumen yang diberikan direktur Omega dan membaca nama asisten barunya. Asuki? Dari namanya Kento tahu asistennya kali ini adalah seorang perempuan. Kento lalu melemparkan dokumen itu ke kursi belakang. Direktur Omega memang terdengar perhatian memperlakukan Kento namun sebenarnya dia ingin menyinggung Kento. Hanya Kento saja artis dibawah naungan agensinya yang terlalu banyak menuntut. Direktur Omega sampai harus turun tangan langsung mengurusi semua hal tentang Kento dan membuat kepalanya pusing. Kento tahu selama ini bukan orang lainlah yang bermasalah namun dirinya sendiri yang bermasalah hingga mereka semua ikut terkena imbas yang disebabkan olehnya. “Aku sudah mengatur semua yang kamu perlukan di apartemenmu, Kento. Aku harap kali ini kamu bisa lebih cepat keluar dari sana. Ingat, semua kontrakmu bernilai ratusan dan milyaran dollar. Aku tidak mau rugi!”Asuki menelan kasar salivanya. Sudah sepuluh menit berlalu Kento masih membungkuk di depannya. Asuki tidak memberikan jawaban apa-apa atas permintaan maaf Kento. Sejujurnya dia memang tidak bisa memaafkan Kento. Tubuhnya bahkan masih bergetar mengingat kejadian itu, namun memikirkan pada saat kejadian Kento sedang dalam keadaan mabuk dan tidak sadarkan diri, Asuki tahu dia tidak bisa menyalahkan pria bertubuh tegap itu sepenuhnya. Seorang mantan idol Kento Yamaguchi sama sekali tidak terlihat seperti pria hidung belang yang suka mengambil keuntungan. Jika dia mau, Asuki rasa Kento bisa mencari wanita lain yang jauh lebih menarik darinya. Hati Asuki mulai tergelitik memandang Kento. Kento terus membungkuk, pria itu memang terlihat ingin meminta maaf dengan tulus padanya. Asuki pun membuang napas panjang menjernihkan pikirannya. “Sudahlah … aku memaafkanmu Tuan Kento.” Asuki akan menganggap dia sedang apes saja hari itu. Setidaknya keperawanannya yang dia jaga selama 21 tahun tidak
“Aaahh….” Kento meringis memegang kepalanya yang terasa berat, tubuhnya ngilu. Kento memijat pelan belakang kepalanya yang ikut berdenyut. Sepertinya aku minum terlalu banyak bir semalam, batinnya.Kento berusaha bangun dari tempat tidur, dia memaksa kaki panjangnya berjalan keluar dari kamar. Kento butuh air, lehernya terasa kering dan pekat. Dengan pandangan mata yang masih mengabur Kento menuju dapur, menuang air ke gelas kristal yang ada di meja dan meminumnya dalam beberapa kali tegukan besar. “Kamu sudah sadar?” Suara familiar menggema di telinga Kento yang masih pusing. Kento menggerutu dalam hati karena direktur agensinya datang tanpa pemberitahuan. Kento pun meletakkan gelas kasar, terhuyung ingin kembali ke kamar. “Kamu mau kemana, hah!?” Suara direktur Omega semakin keras menggema di telinga Kento. Langkahnya tertahan. “Ck, ada apa?!” kesal Kento.“Duduk di sini!” perintah direktur Omega yang sedang duduk di kursi sofa ruang tamu apartemen Kento. Kento mendengus makin
“Apa ini, lowongan pekerjaan?” Asuki melihat sebuah iklan yang tidak sengaja muncul di layar ponselnya. Setelah memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang kasir di sebuah gerai market hari ini, bak mendapatkan durian runtuh Asuki tersenyum gembira mendapati sebuah lowongan pekerjaan sebagai asisten dari Agensi Starlight, Co. “Tunggu, Agensi Starlight, Co? Jadi ini lowongan untuk menjadi asisten artis?” Senyum Asuki makin lebar.Agensi Starlight, Co dikenal sebagai salah satu agensi terbaik yang ada di Kota Tokyo. Bahkan semua aktor dan artis dibawah naungannya adalah artis-artis papan atas dan terkenal. Bayangan banyaknya angka pada gaji menjadi asisten artis di agensi Starlight, Co memenuhi kepala Asuki.“Lowongan hanya dibuka jam satu siang dan langsung wawancara….” Asuki berbinar membaca iklan diponselnya, dia melirik jam yang tertera di atas layar kemudian melihat lokasi tempat lowongan dibuka. Aku masih punya waktu, aku bisa ganti menaiki rute kereta lain menuju Ebi
Dua minggu sebelumya… Bunyi kecupan bibir terdengar memenuhi ruangan kamar berwarna abu dengan lampu kristal menggantung diatas. Yoshimura merangkul erat leher wanita berpakaian kimono berwarna putih dengan corak bunga sakura di depannya dan memperdalam tautan bibir mereka. Saling memainkan lidah, mereka berlomba menarik satu sama lain. Wangi aroma vanilla menyeruak dari leher sang Geisha. Tangan kekar Yoshimura yang lain menarik pinggang ramping Geisha berbalut obi berwarna merah yang dipakainya. Yoshimura membawa wanita itu ke atas ranjang tanpa melepaskan permainan bibir mereka yang makin panas.“Tunggu Tuan….” Geisha melepas paksa bibir mereka. Jari mungilnya menahan dada bidang Yoshimura. Di bawah tubuh tegap Yoshimura dan cahaya lampu yang remang bibir merah Geisha terlihat bengkak karena pagutan mereka. “Ada apa?” Manik mata gelap Yoshimura menajam.“Apa kamu akan membawaku pergi? Aku sungguh tidak bisa—” Yoshimura menyambar cepat bibir merah Geisha, tidak peduli apa yang
Hari baru, semangat baru, pekerjaan baru dan disinilah Asuki berada, di dalam kantor direktur Omega pemilik Agensi Starlight, Co. Asuki duduk manis menunggu direktur Omega yang kemarin memintanya datang ke kantor untuk sama-sama pergi ke apartemen Kento Yamaguchi.Memakai sepatu kets yang menurut Asuki lebih nyaman, kali ini Asuki berpakaian sedikit lebih rapi dari waktu Asuki datang melamar. Kemeja putihnya dipadupadankan dengan rok dibawah lutut bermotif garis-garis. Asuki juga menyemprotkan parfum wangi sakura ke leher dan lipatan sikunya agar hari ini dia bisa lebih percaya diri menemui sang mantan idola, yang kini berprofesi sebagai model dan aktor. “Kamu sudah lama menunggu Asisten Asuki?” Direktur Omega muncul dari balik pintu. Asuki membungkuk dan menyapa direktur Omega. “Selamat pagi Direktur Omega, saya belum terlalu lama menunggu.” Dipanggil asisten oleh direktur utama sekaligus pemilik agensi, Asuki tersenyum sumringah.Pria beruban itu duduk di kursi sofa berhadapan de







