Home / Romansa / Pesona Presdir Dingin / Bab 18 (D)(I)inte(R)o(G)(A)si

Share

Bab 18 (D)(I)inte(R)o(G)(A)si

last update Last Updated: 2025-09-12 20:08:17
“Di mana aku?”

Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, Alisa melayangkan sebuah pertanyaan.

“Hotel,” jawab Dirga singkat sembari menarik tangannya kembali dari wajah Alisa. “Dokter baru saja memeriksa keadaanmu.”

“Apa kata dokter?” balas Alisa cepat.

Dia merasa tegang dan refleks menarik turun lengan cardigannya yang tipis itu. Jangankan sang dokter, Alisa bahkan tidak membiarkan siapa pun untuk mengetahui luka dan lebam yang muncul di tubuhnya setelah dipukuli oleh bibinya sendiri.

Kemudian dia mengubah posisinya menjadi setengah duduk. Mata besarnya memancarkan kekhawatiran juga ketakutan. Dan itu … tertangkap jelas oleh manik hitam legam Dirga.

Pria itu akhirnya menjelaskan, “Dokter mengatakan kamu demam dan kelelahan.”

“Apa … dokter mengatakan sesuatu yang lain?” tanya Alisa memastikan dengan mata yang memicing ke arah Dirga.

Dia sengaja menatap lamat-lamat pria itu untuk mencari kejujuran. Namun, sayangnya air wajah yang Dirga tunjukkan tidak terbaca.

“Ya,”
catatanintrovert

Judulnya alayy maafkan, tapi gpp aku suka bab ini soalnya Dirganya mulai meresahkan wqwq

| 10
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
rifdanafisha
banyakin thor upnya.. kn uda lamaaaaaaaaa bgt g up wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 47 Bulan Madu?

    Erick langsung melayangkan tatapannya pada Dirga. Dari apa yang dia ketahui dari Larissa, mereka seumuran. Demikian, nada bicara Dirga terdengar santai. Dan, Erick juga bersikap tak kalah santai.“Apa?” sahutnya ringan. “Katakan saja jika itu bisa membuat Alisa senang.” Erick kemudian berpaling untuk menatap adik sepupunya.Wanita itu melemparinya senyum. Bagi Erick, melihat Alisa bahagia saja sudah menjadi kebahagiaannya.“Dirga,” panggil Alisa. Mata besarnya menyorot pria itu dan menggelengkan kepala seolah memberikan isyarat untuk mengurungkan niat dari hal yang ingin diucapkannya pada Erick.Diabaikannya tatapan melas Alisa. Alih-alih mengerti isyarat yang diberikan, Dirga tetap memilih bicara.“Menjadi pemandu untuk acara bulan maduku dan Alisa,” beritahu Dirga. Wajahnya terlihat tenang. “Kebetulan tempatnya tak jauh dari lokasi cabang hotel keluarga kalian.”“Kamu pasti tahu banyak tempat yang bagus untuk direkomendasikan.”Sesaat, hening. Alisa menahan diri untuk tak langsung b

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 46 Peran Pengganti Ayah dan Kakak

    Alisa tidak langsung menjawab. Dia tiba-tiba saja menyodorkan jari kelingkingnya ke hadapan Erick. “Kakak mau janji satu hal padaku?”Mata besarnya menatap Erick lekat-lekat. Suaranya terdengar berbisik pelan. “Aku akan berkata jujur, tapi jangan beritahu Dirga, ya.”Sudut bibir Erick terangkat ke atas, membentuk senyum simpul yang hangat. Tanpa membiarkan Alisa menunggu lama, dia pun segera mengangkat tangan dan menautkan jari kelingkingnya dengan Alisa.Bagi Erick, Alisa masih terlihat sama. Janji kelingking adalah ritual yang sering dilakukan Alisa saat masih anak-anak dan seiring bertambahnya usia, kebiasaan itu tidak hilang. Tak ada yang berubah dari Alisa, terkecuali status wanita itu yang kini sudah menikah dan menjadi istri orang.“Baiklah.”Usai janji itu dibuat, Alisa kembali menarik jari kelingkingnya. Duduknya menjadi lebih dekat. “Sejujurnya … Dirga baik,” ungkap Alisa dari dasar hatinya. Arus ingatannya terbuka pada momen pria itu mulai masuk ke dalam kehidupannya.“Dir

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 45 Pertanyaan Erick

    Alisa memutuskan turun ke bawah selagi Dirga membersihkan diri. Wanita itu menuruni anak tangga sambil memegangi kalung gioknya dengan senyum yang tak ingin dia sembunyikan.Kini, dia juga bersemangat karena melihat wajah Erick di bawah sana yang masih berbincang ringan bersama Larissa. Samar-samar, suara keduanya terdengar oleh Alisa.Langkahnya sudah semakin dekat.“Tante harap semuanya lekas membaik,” ujar Larissa dengan nada penuh empati.“Ya, semoga saja, Tante,” balas Erick singkat seraya menganggukkan kepalanya.Mendengar itu, Alisa sempat membatin, ‘Apa yang lekas membaik? Apa terjadi sesuatu dengan bibi dan Sabrina?’Alih-alih menghampiri keduanya, Alisa justru malah memperlambat langkah. Kepalanya sibuk menebak-nebak sampai pada akhirnya Erick menolehkan wajahnya ke arah Alisa. Pun, Larissa yang posisinya membelakangi Alisa ikut menolehkan wajah ke arah menantunya.“Alisa,” panggilnya. “Sini, Nak.”Mau tak mau, Alisa menghampiri keduanya. Senyumnya kembali terbit. Kepalanya

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 44 Selai Cokelat Sialan

    “Awh!”Sebuah ringisan lolos dari bibir kecil Alisa kala merasakan kulit lehernya digigit pelan oleh Dirga. Belum sempat mendorong pria itu untuk menjauh, Dirga ternyata lebih dulu menarik dirinya.Pria itu kembali menegakkan tubuh. Wajahnya terlihat tenang, malah dengan santainya Dirga membasahi bibir bawahnya seolah menikmati apa yang dia lakukan barusan.Seketika Alisa langsung mengangkat tangan untuk mengusap sisi leher kanannya yang masih terasa panas. Ada sorot tidak terima yang terpancar dari mata besarnya. Segera Alisa melayangkan protesan. “Dirga, apa maksud kamu barusan meng–”“Selai cokelat,” sela Dirga pendek.Bibir kecil Alisa terkatup. Mata besarnya mengerjap pelan. “Apa?” tanyanya tak yakin seraya mengernyitkan dahi.Jari telunjuk Dirga teracung, tepat menunjuk ke arah sisi leher yang disentuhnya tadi. “Ada selai cokelat di lehermu,” beritahunya.Kemudian bahu Dirga mengedik pelan. “Aku hanya bantu membersihkan.” Suaranya menyahut ringan seolah tindakannya bukan sesuatu

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 43 Serangan Mendadak

    Alisa nyaris menumpahkan gelas di tangannya kalau saja Dirga tidak sigap menahan pergelangan tangan wanita itu.“Kak Erick!” seru Alisa. Nada suaranya agak meninggi karena tak bisa menahan rasa senang yang dia rasakan.Dirga segera mengambil alih gelas begitu Alisa memutuskan untuk menghampiri kakak sepupu laki-lakinya itu.Di tempatnya, Larissa kebingungan. Dia menaikkan satu alisnya sambil menatap Dirga seolah meminta penjelasan. “Erick Gunawan?”“Ya, aku bertemu dengannya saat di depan,” beritahu Dirga.Sejujurnya, Dirga juga terkejut mendapati seorang pria turun dari mobil di pekarangan rumahnya. Beruntung Dirga mengenali wajah Erick dari foto keluarga Gunawan saat dia memberikan ultimatum terhadap Utari beberapa waktu lalu.“Dia ingin bertemu Alisa,” lanjutnya. Baru setelah itu, Dirga meneguk air minumnya sampai menyisakan setengah.Larissa menganggukkan kepalanya. Dia berbisik ke arah suaminya, “Itu anak pertamanya Utari, Pa. Kakak sepupunya Alisa, namanya Erick,” jelasnya pada

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 42 Sarapan

    “Ya ampun, kenapa kamu bangun sepagi ini?”“Pengantin baru seharusnya bangun lebih siang.”“Lho, tapi Dirga tidak ikut turun, Alisa?”Serentetan pertanyaan menghujani Alisa begitu ibu mertuanya melihatnya turun sendirian ke bawah.“Satu-satu, Ma.” Suaminya–Anton yang juga duduk di meja makan menegur lembut istrinya.Ketika tak sengaja bertukar pandangan, kedua sudut bibir Alisa menyunggingkan senyum. Yang dibalas Anton dengan anggukkan kepala.“Duduk, Nak,” titah Larissa seraya menunjuk kursi di depannya. Alisa menurut.Meja makan yang muat untuk enam orang itu sudah tersaji beberapa hidangan. Yang paling mencolok adalah nasi goreng dan roti dengan berbagai varian.Usai duduk di kursinya, Alisa baru menjawab pertanyaan Larissa. “Dirga pergi lari, Ma.”Saat terbangun dan tidak mendapati Dirga tidak ada di sebelahnya, Alisa mengira kalau pria itu tengah berada di kamar mandi. Sepuluh menit berlalu, tak ada tanda-tanda menunjukkan bahwa Dirga tengah di sana. Untuk memastikan Alisa pun se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status