Accueil / Romansa / Pesona Presdir Dingin / Bab 3 Bala Bantuan Meresahkan

Share

Bab 3 Bala Bantuan Meresahkan

last update Dernière mise à jour: 2025-06-02 11:30:34

Walau dirinya sempat ingin menangis, tapi Alisa berusaha tenang. Dia meraih botol anggur dan gelas wine sembari bertanya lirih, “H-hanya … hanya ini saja?”

Pelayan itu tersenyum. “Ya, Nona. Hanya ini saja yang Anda pesan.” Namun, sebelum Alisa bisa memaki sosok Sabrina lagi dalam hati, pelayan itu sedikit mendekat dan berbisik, “Gelas ini khusus pasangan Nona Alisa agar bisa tidur dengan nyenyak malam ini.”

Mata besar Alisa terbelalak. Pelayan itu tahu namanya. 

Dia pun membatin, ‘Ah! Ini pasti bala bantuan yang Sabrina kirimkan! Dan gelas ini … pasti maksudnya sudah diberikan obat tidur agar aku bisa kabur!’

Diam-diam Alisa menghela napas lega. Ternyata, sepupunya itu sungguh memenuhi janji untuk membantunya!

Dengan senyum cerah, Alisa berkata, “Terima kasih.” Kemudian, dia langsung membawa satu botol anggur dan dua gelas wine tersebut ke dalam kamar.

“Aku … memesan ini,” kata Alisa sambil meletakkan benda-benda yang dia bawa ke atas meja, lalu mulai menuangkan anggur ke dalam dua gelas, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Dirga. “Supaya suasananya lebih santai.”

Menepis kegugupannya, Alisa dengan cepat menuangkan wine ke dalam gelas, lalu menyodorkannya kepada Dirga.

“Silakan … Tuan Dirga.” Dalam hati, Alisa sebenarnya agak khawatir. ‘Pria ini tidak akan mati, ‘kan setelah minum itu?’ Namun, dia yakin Sabrina sudah mengatur semuanya dengan sempurna. 

Dirga menerima gelas itu. “Terima kasih,” gumamnya.

Namun, begitu Dirga ingin meminumnya, pria itu berhenti. Pandangannya teralihkan ke satu arah. 

“Sepertinya ponselmu bergetar.”

Mendengar hal itu, pandangan Alisa menoleh ke belakang, pada sebuah meja tempat ponselnya diletakkan. “Ah, tunggu sebentar.” Dia pun meletakkan gelasnya dan berjalan ke arah meja untuk meraih ponselnya.

Bisa jadi itu Sabrina.

Akan tetapi, saat Alisa mengecek layar, hanya ada notifikasi aplikasi. Tidak ada pesan masuk.

“Orang tuamu?” Suara Dirga terdengar bertanya, membuat Alisa menoleh, tepat saat pria itu meneguk wine-nya.

‘YES!’ batin Alisa memekik senang karena melihat target sudah mengeksekusi dirinya sendiri. Namun, cepat dia sadar dan kembali bersikap tenang sebelum menjawab, “Bukan, hanya notifikasi pesan saja.” 

Buru-buru Alisa mengalihkan topik, “Bagaimana rasanya?” tanyanya, merujuk pada wine yang baru diteguk Dirga.

“Lumayan.” Manik hitam pria itu bergeser dan menatap Alisa. “Cobalah.”

Alisa agak ragu, tapi kemudian dia berjalan mendekat. Dengan terpaksa, dia meraih wine miliknya lalu mencicipinya. 

“Hmm, memang enak,” ucapnya sembarang, walaupun seumur-umur Alisa tidak menyukai minuman beralkohol. 

Serius, rasanya lebih enak air putih.

Akan tetapi, entah kenapa kali ini ada rasa manis dari wine yang Alisa teguk.

Yah, mungkin saja rasa manis ini datang dari kenyataan kebebasan akan segera tiba untuknya. 

Ha ha ha!

“Begitukah?” tanya Dirga, dengan senyum penuh arti yang membuat Alisa memaki.

Sial, wajah itu memang tampan.

Bisa-bisanya Sabrina menolak pria setampan Dirga Disastra. Alisa berpikir, Dirga jauh lebih baik dibandingkan Leo Salvador yang saat ini menjadi pria yang sangat dielu-elukan Sabrina. Dari segi rupa dan … aura. Jujur saja, pria seperti Dirga terlihat mahal.

Alisa tidak mengatakan jika Leo adalah pria yang buruk. Leo perhatian, tapi dia cukup temperamen. Itu sebabnya Alisa pernah menolak Leo. Dulu dan sampai sekarang.

“Ya, anggur ini sangat enak dan—”

DEG!

Kalimat Alisa terpotong, tepat saat jantungnya berdebar keras satu kali. 

Alisa mengerutkan kening. Ada yang tidak beres.

Tubuhnya mulai terasa panas. Napasnya mulai terengah-engah.

Pandangan Alisa mulai membuyar. ‘Apa yang—’

“Sabrina.” Suara Dirga terdengar, rendah namun jelas. “Apa ada yang salah?”

Pandangan Alisa jatuh pada gelas di tangannya, lalu dia menatap gelas Dirga. 

Apa … apa mungkin Alisa salah mengambil gelas?! Kenapa rasanya efek obat menyerang dirinya?

Tapi tunggu … kenapa … kenapa efek obat ini membuatnya resah dan seakan ingin … disentuh!? Bukankah Sabrina memberikan obat tidur di salah satu gelas tadi? Kenapa jadi seperti … merasakan efek obat perangsang begini?!

“Mukamu merah. Kamu baik-baik saja?”

Ditanya seperti itu, Alisa mulai kesulitan menjawab. Pandangannya membuyar, dan keseimbangannya mulai limbung. Saat dia mulai jatuh, Dirga menangkapnya, ekspresi pria itu agak bingung dan khawatir dengan alis tertaut erat.

"Sabrina, kamu—"

Belum selesai Dirga bicara, Alisa mendaratkan ciuman di bibirnya, membungkam Dirga, dan membuat pria itu terbelalak.

Dirga berusaha mendorong Alisa menjauh, tapi wanita itu malah melingkarkan kedua lengannya di leher Dirga dan mendorongnya ke tempat tidur.

Duduk di atas tubuh pria itu yang sudah setengah telanjang, Alisa memohon dengan wajah memelas.

"Tolong ..." ucapnya lirih. "Tolong bantu aku ...."

Kentara, kesadaran Alisa sudah tidak lagi di tempatnya.

****

Keesokan paginya, Alisa terbangun karena cahaya matahari yang mendarat di wajahnya dari sela-sela tirai. Dia pun berbalik dan menarik selimut, sebelum kemudian memeluk dirinya sendiri dari dingin. 

Lalu, dia menyadari keanehan.

Kenapa tangan dan lengannya langsung bertemu dengan kulit perutnya?

Mata besar Alisa terbuka. Perlahan, pandangannya bergerak menatap ke bawah. Seketika napas Alisa tercekat.

Dia hanya mengenakan pakaian dalam!

Panik, Alisa langsung terduduk. Buru-buru dia menarik selimut untuk kembali menutupi tubuhnya. Dengan suara yang tersendat di tenggorokan, Alisa bertanya, “A–apa yang telah kulakukan?”

Maksudnya, bagaimana bisa dia tidur tanpa mengenakan pakaian? Sekalipun Alisa harus terjebak di gurun pasir dengan terik matahari yang tinggi dan kepanasan, dia yakin tidak akan pernah melepaskan pakaiannya.

Lagi pula pendingin di kamarnya tidak bermasalah–

Cepat, Alisa melihat sekeliling untuk memeriksa keadaan sekitar, dan seketika wajahnya memucat mendapati apa yang terjadi.

***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 9 Kesempatan Emas Alisa

    Dirga menjauhkan wajahnya. Namun, tetap membuat keduanya ada dalam jarak yang aman. Sudut bibirnya menyunggingkan senyum yang membuat Alisa kehilangan kata-kata untuk bersuara.Batinnya menjerit keras, ‘Kita berdua sama-sama sudah kehilangan kewarasan!’Pria di hadapannya berdeham lantas berkata, “Kita hanya belum saling mengenal. Tapi, aku tahu beberapa hal tentangmu … Alisa.”Mendengar itu, Alisa mengernyitkan dahi. Bukankah baru beberapa saat yang lalu Alisa mengaku tentang identitasnya?“M-memangnya apa yang kamu tahu?” tanya Alisa dengan suara yang sedikit gemetar.“Selain dari apa yang bibimu sampaikan, aku tahu tidak semua yang dia katakan itu benar.” Selagi menjawab, Dirga melonggarkan dasi yang dikenakannya. Tapi, tak sedikitpun mengalihkan tatapan tajamnya dari Alisa.Di tempatnya, Alisa semakin kuat meremat sisi gaunnya. Kedua tangannya sudah berkeringat bercampur debar yang dia rasakan di dada, menunggu ucapan Dirga berikutnya.“Setelah orang tua angkatmu wafat, bibimu mem

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 8 Pilihan atau Ancaman?

    Pernyataan Dirga membuat semua orang terkejut, khususnya Utari yang kini melayangkan protes, “Menikahi Alisa dan bukan Sabrina, Nak Dirga?!” Dirga menganggukkan kepala. “Ya, aku akan menikahi Alisa.” Selagi mengatakan itu, dia menoleh untuk menatap Alisa yang wajahnya sudah memucat. Sudut bibir Dirga terangkat, membentuk senyuman yang tak bisa diartikan. “Aku … jatuh cinta sejak pertama kali melihatnya.” Mendengarnya, Alisa menatap Dirga dengan tatapan horror. Jatuh cinta dengan sikap gila yang dirinya perlihatkan di malam itu?! Batin Alisa meringis, ‘Itu jelas-jelas tidak mungkin!’ Selain Utari, Sabrina pun tidak kalah kesal. Muncul penyesalan karena sudah melewatkan kesempatan emas yang seharusnya menjadi miliknya. Alih-alih senang karena perjodohannya batal, dia merasa kesal sebab Dirga malah memilih ingin menikahi Alisa dan bukan dirinya. Rasanya seperti dikalahkan. Ada ketidakrelaan. Dibandingkan Alisa yang tampak biasa, Sabrina merasa dirinya dua kali lipat lebih baik dari s

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 7 Mengakui Kesalahpahaman

    “O-ohh? Dia bukan Sabrina?” Larissa mengerjapkan mata, merasa kaget dan canggung sendiri. Utari langsung mendaratkan tangannya di pundak Sabrina. “Ini Sabrina Gunawan, putriku,” jelasnya dengan senyum terpaksa akibat rasa tersinggung dalam hati. Saat diberitahu, Larissa langsung menatap Sabrina yang asli, agak meringis saat melihat wanita itu tampak mencolok dengan rambut cokelat terangnya yang bergelombang, kentara dicat. Bahkan make-up Sabrina kentara cukup tebal. Walau demikian, Larissa tetap melontarkan senyum keibuannya. “Oh, maaf sekali Sabrina! Tante salah mengenali!” Dia menambahkan, “Rambutmu cantik sekali loh!” Larissa memberikan pujian di akhir ucapannya. Sabrina balas tersenyum, agak kecut. “Terima kasih, Tante.” “Mana Dirga, Larissa?” Utari dengan cepat mengalihkan topik. Saat itu, Alisa saling menekuk jari-jari kakinya. Suara dalam batinnya berbisik, ‘Aku harap dia berhalangan hadir!’ “Ahh, Dirga tadi—” “Maaf, aku terlambat.” Suara berat milik seorang pria mengu

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 6 Tamat Riwayatku!

    Mustahil!Melanjutkan perjodohan setelah apa yang terjadi semalam?! Apa Dirga Disastra benar-benar sudah kehilangan kewarasannya?! Terlepas sedihnya Alisa dengan kenyataan kesuciannya direnggut begitu saja oleh seorang pria asing, tapi dia masih sangat bingung bagaimana Dirga berujung ingin menikahi dirinya. Bukankah dia seharusnya terlihat seperti seorang wanita murahan yang bersedia tidur dengan sembarang pria!? Jadi, kenapa pria yang berstatus pewaris itu malah melanjutkan perjodohan?!“Aku tidak bisa melanjutkan perjodohan ini, Ma!”Belum habis rasa keterkejutan Alisa, celetukan Sabrina membuatnya kembali sadar.Mendengar itu, Utari langsung melerai pelukan dengan Sabrina. Matanya tampak menyala-nyala. “Berani kamu menolak perjodohan ini, Sabrina?!”Air wajah Utari yang semula memancarkan kebahagiaan berubah menjadi keruh dalam sekejap. Susah-payah dia menggunakan koneksi dari kelompok arisannya untuk menggaet calon besan kaya, tapi putrinya malah menyia-nyiakan niat baiknya?!Se

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 5 Sepupu adalah Maut

    Pertanyaan Alisa membuat alis Sabrina terangkat tinggi, tapi senyum yang terlukis di bibir wanita cantik itu tidak menghilang. “Kenapa memangnya? Apa ada masalah?”Kali ini, emosi Alisa jadi tidak tertahan. “Apa ada masalah?” ulangnya. “Jelas ada masalah! Aku tidak pulang semalaman! Apa kamu tidak bingung atau khawatir sedikit pun alasannya apa?!” Alisa mengepalkan tangan dan membuang muka, merasa malu dengan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, hatinya menginginkan jawaban, jadi dia kembali menatap Sabrina dan bertanya, “Intinya, aku curiga obat yang kamu berikan ke pelayan untuk Dirga bukanlah obat tidur!”Di saat ini, ekspresi Sabrinalah yang berubah kaget. “Obat tidur?” ulangnya, sebelum kemudian … sudut bibirnya terangkat dan ekspresinya berubah menjadi agak mengejek. “Memangnya kapan aku pernah bilang ‘bala bantuan’ yang kukirimkan padamu adalah obat tidur?”DEG!Tubuh Alisa bergetar, ketakutan menyelimuti hatinya. “Jadi … kalau bukan obat tidur, obat yang kamu berikan adalah—”

  • Pesona Presdir Dingin   Bab 4 Gara-Gara Obat Sialan!

    Ranjang yang berantakan, pakaiannya berserakan, dan dirinya yang hanya mengenakan pakaian dalam. Dan paling penting, ini bukan kamarnya! Dia masih di hotel!Tiba-tiba arus ingatan mengalir ke dalam benak Alisa. Dia meminum satu gelas anggur, lalu seketika tubuhnya terasa aneh, dan perlahan kesadarannya membuyar, hingga berikutnya … Alisa mencium Dirga! Tidak hanya itu, Alisa bahkan mendorong pria itu ke tempat tidur dan– dan–!"AAHHH!" Alisa berteriak selagi membenamkan wajahnya ke bantal. Dia memaki-maki kebodohan dirinya, “Bodoh bodoh bodoh! Di mana letak kewarasanmu, Alisa?!”Apa segelas wine bisa merenggut kewarasannya dalam hanya beberapa detik? Alisa jadi mempertanyakan, sebenarnya obat apa yang Sabrina berikan?!“Aku … aku harus segera pulang! Aku harus segera menemui Sabrina dan menanyakan kebenaran atas obat itu!” putusnya di sela benak yang berkecamuk.Dia sudah tidak pulang semalaman dan pastinya bibinya akan menyadari ada yang salah dengannya. Kalau sang bibi–yang menggan

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status