Share

6. Karena Aku Wanita

Penulis: Y Airy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-04 03:10:06

"Aku sudah berusaha keras, memberikan yang terbaik untuk Mahesvara Group. Tapi kenapa Kakek malah meminta Arfeen untuk kembali?” ia bermonolog pada ruang hampa.

Saat ini ia tengah menumpahkan amarahnya pada samsak yang tergantung di depannya. Di sebuah ruangan fitnes pribadi di kediaman Mahesvara. Pukulannya kian kencang hingga membuat samsak itu lepas dan terlempar ke tembok. Nafasnya terengah oleh amarah.

“Aku yang lebih berhak, kenapa hanya karena aku wanita ... Kenapa Kek?”

Lyra merasa ini tak adil untuknya, selama beberapa tahun terakhir ia telah mencoba mengembangkan Mahesvara Group. Ia pikir ia akan diakui bahwa dirinya layak oleh sang kakek.

Namun sekarang kakeknya justru meminta Arfeen untuk kembali, kenapa penerus kekuasaan harus lelaki?

Tak mudah baginya membuktikan diri bahwa ia layak, akan tetapi tetap saja di mata sang kakek dirinya yang seorang wanita tak sebanding dengan Arfeen.

Di parkiran kampus ....

“Kau mau langsung absen?” tanya Nathan.

“Aku sudah resign!” aku Arfeen dengan wajah datar.

Nathan melongo, “Resign? Berhenti? Kau jangan becanda!”

“Aku serius, Nat. Aku sudah berhenti dari pasukan orange, Larena minta aku berhenti!” ia menjawab dengan jujur.

“Dia pasti malu dengan pekerjaanmu itu, dan sekarang kau mau kerja apa?”

“Belum tahu.”

Nathan menelan ludah dengan pahit. Ia tahu sekarang Arfeen memang sudah tak menanggung Amara. Namun bukan berarti harus jadi pengangguran kan?

“Tapi, Feen. Jika kau menganggur, sudah pasti makin dihina oleh mertua dong!”

“Mungkin aku bisa antar jemput Larena saja?”

Nathan menggeleng dengan jawaban temannya yang tampak tenang saja. Padahal video pernikahan yang dicap sebagai pernikahan terburuk itu viral di media sosial, karena video itu Arfeen kian dirundung oleh teman-teman kampusnya.

Bahkan mungkin Arfeen akan dituding sebagai pemuas tante-tante seperti yang dikatakan oleh Devon dan teman-temannya.

Arfeen bisa saja dipecat dari kampus.

Ting!

Satu notifikasi di handphonenya membuat Arfeen memungut benda itu dari saku celana lalu mmebacanya

“Tuan Muda, Tuan Besar ingin bertemu dengan Anda. Bisakah Anda datang ke kediaman Mahesvara?” Itu adalah isi pesan dari Liam Kane.

“Kenapa, istrimu minta jemput?” tanya Nathan.

“Iya nih, aku duluan ya!” saut Arfeen yang langsung tancap gas.

Ia langsung menuju kediaman Mahesvara, rumah megah itu tak berubah rupanya. Masih sama seperti dulu. Sang Kakek memang tak suka jika barang-barangnya disentuh atau dipindahkan.

“Adik!” Lyra menghampiri saat melihat Arfeen di ruang tamu.

“Kak Lyra.”

“Senang akhirnya kau bisa kembali!” Lyra memeluk Arfeen untuk beberapa detik.

“Aku pikir kau ada di kantor!” saut Arfeen.

“Tidak ada meeting penting hari ini, lagi pula sebentar lagi aku akan kembali ke posisi semula.” Ia berjalan ke sofa dan mendudukkan diri.

“Bagaimana dengan Tantra?” Arfeen ikut duduk.

“Apa yang bisa diharapkan dari anak pemberontak itu? Dia hanya bisa cari masalah saja!”

“Lalu Kakek?”

“Ada di kamarnya!” jawabnya sedikit ketus. Arfeen bisa merasakan hal itu, pasti kakaknya saat ini sedang kesal terhadap kakek mereka yang tiba-tiba memintanya pulang.

“Aku mau ke kamar Kakek!” pamit Arfeen melenggang.

Kedua mata Lyra mengikuti hingga Arfeen menghilang di balik pintu. Radika terbaring di ranjang besarnya. Begitu melihat Arfeen, ia pun hendak bangkit namun seluruh tubuhnya terasa sakit. Akhirnya ia kembali merebah.

“Arfeen!”

Arfeen mendekat, berdiri tak jauh darinya. Masih ada rasa kecewa di dalam hati atas insiden 6 tahun lalu. Di mana sang Kakek lebih memilih percaya dengan fitna tak masuk akal itu ketimbang dirinya.

“Kakek senang kau bersedia kembali ke keluarga Mahesvara!” ungkap Radika dengan senyum tipis.

“Ada apa, Kek? Bukannya rumah ini sudah tenang dengan tiadanya aku?”

“Jangan berkata seperti itu. Kakek tahu telah melakukan kesalahan dengan lebih mempercayai orang lain. Bagaimana pun kau cucuku, di dalam tubuhmu mengalir darahku!”

“Aku kembali hanya demi Amara, sayangnya dia tetap tak bisa diselamatkan. Namun aku tak bisa mengingkari janji, Kakek membantu biaya operasi Amara dan sebagai gantinya aku kembali!” Arfeen berbicara dengan lugas.

“Kakek menemukan orang yang sudah mensabotase mobil papamu, sayangnya orang itu juga mati mengenaskan sebelum Kakek sempat interogasi. Tapi dia sempat keceplosan berkata merasa bersalah karena rupanya kau yang menjadi tumbal!”

Arfeen mengangguk. “Orang dalam!”

“Kakek sangat menyesal, apa yang kau alami selama 6 tahun ... Kakek berharap bisa menebusnya!” ungkap Radika penuh sesal. Wajah tuanya tampak layu.

Menatap wajah pria tua itu, Arfeen bisa merasakan ketulusan di sana. Tak sepatutnya ia masih marah, selama ini pria tua itu sudah bersedia menerima dirinya di kediaman Mahesvara. Memberinya kemewahan dan hak sebagai ahli waris. Bukankah harusnya ia berterima kasih?

Arfeen mendudukkan diri di tepian kasur. “Lupakan itu, Kek. Enam tahun di dunia luar tak sebanding dengan apa yang Kakek berikan padaku selama ini. Mungkin aku memang marah, tapi tak sedikit pun ada rasa benci atau pun dendam. Aku harusnya berterima kasih karena Kakek bersedia menerimaku di sini.”

Radika mengembangkan senyum. “Kau cucuku, bahkan kau selalu mengingatkanku sewaktu muda. Aku tak punya alasan untuk menolakmu, Nak!”

“Bagaimana kondisi Kakek sekarang?”

“Ya ... seperti inilah nasib pria tua.”

Mereka pun tertawa bersama untuk beberapa saat.

“Besok, kau sudah bisa pergi ke kantor. Liam sudah mengurus semuanya, dan beberapa organisasi bawah tanah ... sepertinya mereka sangat merindukanmu!” ungkap Radika yang kini tampak lebih tenang dan lega.

“Bagaimana dengan Lyra?”

“Lyra akan kembali menjadi Vice Presiden, itu tak akan jadi masalah baginya. Dia wanita!”

Di balik tembok di sisi pintu yang tak terlalu rapat tertutup, Lyra mengepalkan tinju dengan geram.

‘Wanita! Karena aku wanita?’ jerit hatinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 237 : Tamat

    Arfeen terpaku menatap sosok di depannya itu. "Bella! Apa yang kau lakukan di sini?" "Menyelamatkanmu dari para gadis itu, apalagi?" jawab wanita itu dengan senyum hangat. "Aku masih bisa mengatasi mereka sendiri!" "Oya, lalu kenapa kau lari?" "Aem!" Arfeen kebingungan untuk menjawab. "Ayolah, Arfeen. Kau memang seorang Casanova, tapi kau benci dikerubungi para gadis. Seharusnya kau menempatkan pengawalan ketat untuk mengantisipasi. Di acara seperti ini sudah pasti jati dirimu akan terbongkar!" Arfeen menghela nafas panjang. "Terima kasih, tapi aku harus pergi!" ia hendak melangkah namun Bella kembali menyandarkan tubuhnya menggunakan telunjuk. "Kau mau aku berteriak bahwa kau sedang melecehkan aku?" Arfeen menyimpulkan senyum miring. "Kau mengancamku?" "Aku hanya ... argh!" kalimat Bella belum berlanjut karena Arfeen sudah lebih dulu membalik tubuh wanita itu yang kini justru dirinya yang bersandar tembok dengan tangan Arfeen di lehernya. "Dengar Bella, sudah aku katakan

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 236

    "Rena, apa kau tega pada Kakek?" seru Ferano yang mencoba membujuk cucunya. Dua orang polisi sudah memegangi lengannya kanan dan kiri. "Larena, Papa sudah tua. Tega sekali kalian lalukan itu?" seru Arland tak terima. "Kami masih keluargamu!""Keluarga!" desis Arfeen dengan kecut, "Keluarga tidak menumbalkan anggota keluarganya sendiri."Arland menatap tajam kepada Arfeen. "Ini pasti ulahmu kan?" ia hendak menyerang nalun lekas digentikan oleh anak buah Arfeen. Kedua tangannya dicengkeram dan langsung diborgol ke belakang. "Lepaskan aku!"Buk!Satu tinju mendarat di wajah Arland. Nyaris semua anggota keluarga Jayendra sudah ditahan. "Arfeen!""Lancang kau hanya menyebutkan nama saja, panggil Tuan Zagan!" seru Gray. Mereka semua membeliak, Tuan Zagan?Jadi Arfeen ... Arfeen adalah Tuan Muda Mahesvara? Kenapa Lyra tak pernah memberitahu? "Tuan Muda, kami tidak melakukan kesalahan apa pun padamu. Tolong ampuni kami!" pinta Radika. Arfeen mengeraskan rahang. "Korban kecelakaan Papa

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 235

    "Ahk, jangan terlalu kencang. Itu menyakitiku!"Seketika kedua mata Larena mendelik, ia melepas peluknya dna menatap wajah di bawahnya. Mata pemuda itu sudah membuka, tengah menatapnya. "Kau ... kau sudah siuman?" beonya. Arfeen mengulum senyum. "Jadi ... pesonaku begitu mengagumkan ya, sampai kau jatuh cinta berkali-kali?" celetuknya memainkan satu alis. "Sejak kapan kau sadar?" tanya Larena mencubit perut Arfeen. "Argh ... sakit, Wife. Sakit, aku masih sakit kenapa kau menganiaya aku?" protesnya mengelus bekas cubitan sang istri. Larena menatap wajah di depannya masih dengan tatapan tak percaya. "Sejak kapan kau sadar? Kau sengaja ingin membuatku takut? Hah?" air mata langsung mengalir deras di pipinya. Arfeen menyentuh pipi sang istri, mengusap cairan hangat itu dengan ibu jarinya. "Maaf!" ucapnya lirih. Larena pun langsung merebahkan diri ke pelukannya."Kenapa kau lakukan itu?" isaknya, "Aku pikir ... kau akan benar-benar meninggalkan aku ... jangan seperti itu lagi ...

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 234

    "Keluarga Adipradana?" seru Vano. "Kau dan Arfeen?""Iya, Tuan. Saya dan Presdir sama-sama mimiliki darah kleuarga Adipradana. Presdir ... adalah cucu dari Jenderal Wira Adipradana!"Vano menghela nafas dalam. Pantas saja Arfeen berbeda dari semua keluarga Mahesvara yang lainnya. Anak itu jelas memiliki jiwa seorang pemimpin. Ternyata di dalam darahnya mengalir darah orang hebat. Larena sangat beruntung bisa menikahi dengannya. "Golongan darah Anda sama dengan pasien?" tanya si dokter. "Iya, Dok. Anda bisa mengambil sebanyak yang dibutuhkan!" jawabnya dengan iklas. "Mari ikut saya!"Jordi tetap harus melakukan mengecekan terlebih dahulu, setelah cocok baru transfusi bisa dilakukan. Beruntung Arfeen hanya membutuhkan dua kantung darah, sehingga masih bisa mengambil dari tubuh Jordi. Di luar ruangan, Larena masih menangis. Bahkan tangisnya kian pilu. Arfeen rela mengorbankan nyawa demi dirinya, pemuda itu membuktikan kata-kata yang rela mati demi dirinya. Sementara ia ... apa yang

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 233

    "Arfeen!" suara Larena bergetar. Ia menggengam erat tangan pemuda itu yang terasa sangat dingin. Biasanya tangan Arfeen sangat hangat! Sekarang, ia benar-benar takut jika pemuda itu akan pergi untuk selamanya. Larena meletakan telapak tangan itu ke pipinya yang basah oleh cairan hangat yang tak bisa ia bendung. Berharap tangan dingin itu akan menghangat, nyatanya justru kian dingin. Ia bahkan menggosok telapak tangan Arfeen dengan kedua tangannya lalu kembali menempelkan pada pipinya. Tapi tetap tak berhasil. Dokter sedang mencoba menghentikan pendarahan di luka Arfeen. Peluru yang mengenainya berkaliber cukup besar, itu mengakibatkan darah terus mengalir keluar meski posisi Arfeen terngkurap. Tapi tak mungkin melakukan tindakan untuk mengeluarkan pelurunya di dalam helikopter. Sang dokter tak ingin mengambil resiko. Larena sungguh tak tega melihat kondisi punggung pemuda itu, tangisnya semakin menjadi. Berkali-kali ia mengecupi telapak tangan Arfeen yang ia genggam. Bahkan keti

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 232

    "Larena!"Larena menghentikan langkah dua meter di hadapan Arfeen. Arfeen langsung berhambur memeluk wanita itu, Larena sama sekali tak memberikan respon apa pun. wanita itu hanya mematung, membiarkan sang suami memeluk tubuhnya. Karena mungkin saja itu akan menjadi pelukan terakhir mereka. Jujur saja Larena merasa merindukan pelukan itu. Ketika berada di dalam pelukan Arfeen ia merasa sangat tenang. Tapi ia hanya memikirkan bayi yang ada dalam kandungannya. Lyra bilang jika bayi itu lahir laki-laki maka itu akan menjadi ancaman, maka wanita itu akan datang untuk menghabisi putranya. Untuk itu ia harus menjauh dari Arfeen. Lagipula apa yang dilakukan lelaki itu juga banyak membuatnya kecewa. "Kau baik-baik saja kan? Lyra tidak menyakitimu?"Larena hanya menggeleng. Arfeen tampak sangat bahagia lalu memeluknya sekali lagi namun kali ini Larena menolak pelukannya. Hal itu membuat Arfeen terpaku. "Ada apa?""Aku ingin kita tetap berpisah!" pinta Larena. "Berpisah? Sayang!""Jang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status