Home / Romansa / Pesona Suami Wasiatku / 1. Undangan Aneh dari Keluarga

Share

Pesona Suami Wasiatku
Pesona Suami Wasiatku
Author: Suci Komala

1. Undangan Aneh dari Keluarga

Author: Suci Komala
last update Last Updated: 2025-10-21 18:43:40

"Mei Lin! Cepat bangun!"

Suara Lin Xiu Lan --ibu Mei Lin, menggema dari ruang tamu seperti alarm hidup.

Mei Lin menggeliat malas di tempat tidur. Matanya terbuka perlahan.

"Cepat! Hari ini penting!" teriak ibunya lagi.

"Bu, ini hari Minggu! Penting apanya? Dunia nggak akan kiamat kalau aku bangun jam sembilan!"

Namun, begitu Lin Xiu Lan menyerbu masuk lengkap dengan dress bermotif bunga dan ekspresi 'ini serius', Mei Lin tahu ... tidak ada jalan keluar. Walaupun demikian, Mei Lin memilih menutup mata kembali.

"Kau harus ikut ke jamuan keluarga Zhang hari ini. Jangan banyak alasan!"

Mei Lin membuka mata setengah. "Keluarga Zhang? Siapa itu? Kita punya hubungan keluarga sama mereka?"

"Bukan punya, tapi pernah!" Sang ibu memasang wajah misterius yang membuat Mei Lin sedikit curiga.

"Nenekmu dulu bersahabat dengan ibunya Madam Zhang. Dan hari ini … mereka mengundang kita ke makan siang keluarga."

"Makan siang?" Mei Lin duduk setengah sadar.

"Kenapa Ibu terlihat tegang, sih? Itu cuma makan siang, bukan wawancara kerja," lanjut Mei Lin.

"Kau tak tahu. Ini bukan sembarang makan siang. Mereka keluarga konglomerat, Mei. Lihat bajumu!"

Mei Lin menunduk memerhatikan piyamanya yang warna kuning dengan gambar bebek lucu.

Ia terkekeh-kekeh.

"Menurutku imut, Bu."

"Imut tidak bisa membuatmu kaya!"

Ibunya menarik selimut, menyeret Mei Lin menuju lemari.

"Cepat mandi dan pakai gaun biru muda yang Ibu belikan dua bulan lalu, yang belum pernah kau pakai karena katanya terlalu 'dewasa'."

Mei Lin menghela napas.

"Ya ampun! Seperti mau dijodohkan aja …" gumamnya pelan.

Sang ibu terdiam sejenak, lalu tersenyum samar. Ia merasa putrinya memiliki insting yang kuat.

"Kau tidak akan tahu kalau belum datang."

---

Dua jam kemudian, mobil tua peninggalan ayah Mei Lin berhenti di depan rumah utama keluarga Zhang. Tidak cocok disebut rumah, karena mirip istana. Mei Lin melongo.

"Bu, jujur aja. Ini makan siang atau ...?"

"Diam! Nanti kau tahu sendiri."

Lin Xiu Lan tersenyum aneh.

Kedatangan mereka disambut pelayan dengan ramah. Saat masuk ke ruang makan besar yang dipenuhi perabot antik dan aroma teh melati, pandangan Mei Lin langsung berhenti pada satu sosok pria di ujung meja.

Pria itu duduk tegak, bersetelan kemeja abu-abu muda, wajahnya dingin, tetapi luar biasa tampan. Mata tajamnya menatap layar tablet, sama sekali tak memedulikan sekitar.

"Demi apa …" bisik Mei Lin pelan, lalu memiringkan kepalanya. "Dia kayak keluar dari drama Korea. Tidak, tidak! Aku tidak boleh berkedip. Aku takut ketika aku berkedip dia akan berubah jadi kakek tua!"

"Dia Zhang Yichen," ucap ibunya pelan. "Anak laki-laki Madam Zhang. CEO Zhang Group."

"CEO?" Mei Lin hampir tersedak ludahnya. "Ibu bercanda, kan? Orang sekeren itu mau makan siang sama kita?"

"Selamat datang, dan silakan duduk!" Fang Qiu Hua atau dikenal dengan sebutan Madam Zhang menyambut.

Mei Lin mencubit lengan ibunya. "Bu, ini bukan mim--"

"Diam, dan duduk sopan!"

Mei Lin duduk di seberang, berusaha menahan diri agar tidak menatap pria itu terus, tetapi gagal total. Zhang Yichen menoleh sekilas, tatapannya singkat, tetapi cukup membuat jantung Mei Lin berlari maraton.

"Apa kau baik-baik saja, Nona Lin?" suara baritonnya rendah, tenang, dan dingin.

"Ba-baik," jawab Mei Lin cepat, hampir gagap. "Aku cuma … kagum dengan arsitektur ruang makan ini. Sangat … simetris."

Suasana hening beberapa detik, lalu Madam Zhang tersenyum hangat.

"Nenekmu pasti akan senang melihat kalian berdua akhirnya bertemu."

Mei Lin menatap bingung. "Maksudnya?"

Madam Zhang menatap ke arah Zhang Haoren --suaminya, lalu tersenyum samar.

"Bukan cuma jamuan, Mei Lin. Ini soal wasiat ibu kami," tutur Haoren.

"Wasiat?" Mei Lin mengulang, napasnya tercekat.

Di saat itu juga, Yichen menatap langsung ke arahnya untuk pertama kalinya, dingin tapi tegas.

"Tampaknya, Nona Mei Lin … kau akan menjadi bagian dari keluarga kami."

Suara pria itu tenang, tapi cukup untuk membuat Mei Lin terpaku, bibirnya setengah terbuka.

"Tunggu …. Maksudmu, bagian keluarga … kayak … keluarga menantu gitu?"

Tidak ada yang menjawab. Hanya ada tatapan lembut dari Madam Zhang dan wajah kaku Zhang Yichen.

Sementara ibu Mei Lin tersenyum lebar, bahkan terlalu lebar.

"Selamat, Nak Mei. Sepertinya nenekmu memang punya selera bagus."

"Apa--APA?!"

Suara Mei Lin menggema di ruang makan megah itu. Dan begitulah, hidupnya yang biasa saja berubah total hanya karena makan siang. Bahkan, mie instan di dapurnya pun belum sempat dimasak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Suami Wasiatku   15. Hari Libur dan Pertanyaan Keluarga

    Minggu pagi di kota Haicheng terpantau cerah. Untuk pertama kalinya setelah seminggu penuh jadwal kantor dan rapat gila-gilaan, Mei Lin akhirnya bisa tidur tanpa alarm.Namun ternyata ... Ting! Ting!Suara notifikasi.Tangannya meraba mencari keberadaan ponselnya. Matanya setengah terbuka saat melihat satu nama yang tertera. "Ibu? Ada apa, sih?" gerutunya. "Hari ini makan siang di rumah keluarga Zhang. Ingat ya, ditunggu!" Isi pesannya. Mei Lin menggeliat sambil menguap dengan kedua mata yang ia coba buka 100%."Oh, tidak! Liburanku berubah jadi pertemuan politik."Mei Lin bergegas bangun dan memberitahu Zhang Yichen agar turut bersiap. ---Beberapa jam kemudian, mobil hitam Zhang Yichen berhenti di depan rumah utama keluarga Zhang. Nampak pula mobil milik ibu Mei Lin. Mei Lin yang mengenakan dress pastel sederhana tampak anggun, tetapi wajahnya jelas tegang."Kenapa kau kelihatan seperti mau ikut ujian nasional?" tanya Zhang Yichen dengan dahi berkerut. "Karena orang tuaku dan

  • Pesona Suami Wasiatku   14. Antara Laporan, Latte, dan Kesucian Bibir

    Pagi itu Mei Lin dan Zhang Yichen berangkat ke kantor bersama. Agar karyawan tidak curiga, Mei Lin memilih turun di tikungan jalan. "Kau yakin?" tanya Zhang Yichen. Mei Lin menatap suaminya. "Sejujurnya, sih, malas. Aku udah cantik, udah rapi, dan wangi harus kembali berkeringat karena jalan kaki!""Kalau begitu tidak usah turun. Kita lan--""Eh, tidak, tidak!" Mei Lin mengibaskan tangan cepat. "Aku turun saja! Aku tidak mau ada rumor aneh di kantor!"Mei Lin bersiap membuka pintu. Sebelum turun, ia memastikan jika tidak ada karyawan Zhang Grup di sekitar. "Oke, aman!" cicitnya yakin. Mei Lin turun, mobil Zhang Yichen pun melanjutkan perjalanan. Gadis itu hanya bisa menarik napas panjang, pasrah.Sepuluh menit. Mei Lin sudah tiba di lobi dan bergegas menuju lantai 31.Keluar dari lift, Mei Lin disuguhkan dengan aktivitas seperti biasanya. Ada yang baru datang, ada yang membersihkan meja kerja, dan suara printer yang seolah-olah memberi ketukan semangat. "Selamat pagi dunia! Pasti

  • Pesona Suami Wasiatku   13. Setelah Kantor, Masakan Bencana

    Langit Haicheng mulai gelap. Lampu-lampu kota memantul di jendela besar rumah Zhang Yichen. Suara mesin mobil berhenti di garasi, dan beberapa detik kemudian ... "Aku pulang!"Teriakan ceria itu menggema sebelum pintu rumah benar-benar terbuka. Mei Lin muncul dengan rambut sedikit acak, membawa dua tas belanja di tangan, wajah penuh semangat yang sangat tidak cocok dengan ekspresi suaminya yang baru pulang kerja.Zhang Yichen berdiri di bibir pintu, jas masih rapi, dasi belum sempat dilepas. Pria itu sempat berpikir jika Mei Lin meminta izin pulang lebih awal dan minta diantar sopir untuk pulang ke asrama. Nyatanya ... "Kenapa kau tampak seperti baru menaklukkan dunia?""Karena aku beli bahan masakan untuk makan malam!"Mei Lin tersenyum lebar. Bahkan gigi putihnya yang berjejer rapi mampu menyilaukan mata. "Kau … masak?""Tentu saja!""Apakah aku harus memanggil ambulans dulu?""Zhang Yichen! Aku ini bukan ancaman nasional, tahu!"---Dapur rumah kini penuh aroma yang ... sulit d

  • Pesona Suami Wasiatku   12. Sekretaris Baru, Masalah Baru

    Pagi di lantai 31 terasa lebih sibuk dari biasanya. Karyawan berlalu-lalang dengan langkah cepat, semua fokus. Kecuali satu orang yang masih berjuang hidup dengan printer."Astaga, kenapa ini kertasnya nyangkut terus?! Aku cuma mau cetak jadwal meeting, bukan bikin drama!"Mei Lin berjongkok di depan mesin printer seperti sedang menghadapi monster kuno.Sementara di ruangan kaca besar tak jauh dari situ, Zhang Yichen memperhatikan diam-diam dari balik kaca bening kantornya.Ekspresinya tetap datar, tetapi dagunya sedikit bertumpu di tangan.Chen, berdiri di sampingnya dengan raut muka antara kasihan dan bingung."Tuan Zhang … apa saya perlu bantu Nona Mei?""Tidak perlu. Biarkan dia beradaptasi.""Tapi dia sudah … menatap printer itu selama sepuluh menit.""Artinya dia berusaha.""Atau hampir menyerah," gumam Chen pelan.Tak lama, printer berbunyi klik!Dan ... BLAM!Tumpukan kertas menyembur keluar, berserakan ke lantai seperti hujan salju putih."YA AMPUN! AKU MENANG! Tapi … kenapa

  • Pesona Suami Wasiatku   11. Sekretaris Bos Dingin

    Hari Rabu pagi di Zhang Group. Kantor masih sibuk seperti biasa. Karyawan berlarian dengan berkas, printer meraung, dan Mei Lin ... masih kebingungan karena panggilan mendadak ke lantai 31. "Tuan Zhang ingin kau ke ruangannya sekarang," kata asisten Han Wei. "Hah? Aku'kan di marketing? Aku bahkan belum selesai input data!" "Perintah langsung." "Dia nggak bilang aku bikin kesalahan, kan?" "Tidak, tapi nada suaranya ... serius." "Oh Tuhan, aku mau dipecat tiga hari setelah magang." --- Sesampainya di lantai 31, lantai paling dingin dan mencekam di seluruh gedung. Mei Lin melangkah dengan hati-hati. Ruang kerja Zhang Yichen luas, bersih, dan terlalu sunyi. Pria itu duduk di balik meja besar dengan setelan hitam sempurna, wajah fokus pada layar laptop. "Tuan Zhang?" panggil Mei Lin pelan. "Masuk!" "Aku … dipanggil?" "Duduk!" Mei Lin duduk perlahan, menatap pria itu dengan gugup. Setiap detik terasa seperti wawancara masuk neraka. "Kau tahu kenapa aku memanggilmu?" tanya

  • Pesona Suami Wasiatku   10. Antara Bos dan Istri

    Hari kedua magang.Divisi marketing, lantai 30.Mei Lin sudah duduk manis dan bersiap menunggu arahan. Ia bersumpah, tidak ada hal yang lebih menegangkan dari bekerja di perusahaan suaminya sendiri, kecuali harus berpura-pura tidak mengenalnya di depan 300 karyawan lain."Oke, Mei Lin. Kau cuma karyawan magang. Kau bukan istrinya. Jangan manggil dia 'Sayang'. Jangan manggil dia 'Suami'. Jangan tatap terlalu lama. Jangan ...,”"Nona Mei?""YA?! Eh, maksudku, ya, Pak!"Pria yang berdiri di hadapannya bukan Zhang Yichen, melainkan Han Wei --manajer muda divisi marketing, 27 tahun, berwajah ramah dan senyum menular."Kau tegang banget, ya. Santai aja, ini cuma kerja, bukan audisi Miss Universe," katanya sambil tertawa kecil.Mei Lin menatapnya, masih kikuk. "Maaf, aku cuma ... ehm ... grogi. Ini pertama kalinya aku magang di perusahaan besar.""Kalau begitu, anggap saja ini latihan. Aku pembimbing magangmu mulai hari ini.""Kau yang akan membimbingku?""Ya, kenapa?""Nggak, nggak apa-ap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status