Home / Romansa / Pesona Suami Wasiatku / 2. Wasiat Yang Mengikat

Share

2. Wasiat Yang Mengikat

Author: Suci Komala
last update Last Updated: 2025-10-21 18:54:24

Suasana ruang makan keluarga Zhang mendadak kaku. Tak ada satu pun yang bicara, bahkan bunyi sendok pun lenyap setelah kata ‘wasiat’ keluar dari bibir Madam Zhang.”

Mei Lin memandang sekeliling dengan tatapan bingung, mencoba mencari tanda-tanda kalau itu cuma lelucon keluarga kaya yang aneh. Akan tetapi, ekspresi semua orang terlalu serius.

"Ehm … maaf," ucap Mei Lin ragu, suaranya pelan, tetapi terdengar jelas. "Tadi Nyonya bilang … wasiat? Maksudnya wasiat yang kayak … 'harta warisan'? Karena kalau itu, aku bisa bantu baca, kok, aku suka drama keluarga."

"Bukan tentang harta, Mei Lin," potong Madam Zhang lembut, tetapi tajam. "Ini tentang janji lama antara dua keluarga."

Janji lama?

Mei Lin memandang ibunya dengan dahi berkerut. "Bu, kita pernah janji apa ke mereka? Jangan bilang dulu utang--"

"Astaga, bukan!" Lin Xiu Lan cepat menepuk tangan putrinya. "Dulu nenekmu dan ibu Madam Zhang membuat perjanjian kecil, kalau anak atau cucu mereka seumuran, akan dijodohkan."

Mei Lin memaksa tersenyum. "Itu pasti gurauan, kan?"

"Sayangnya, dalam dokumen wasiat, janji itu tidak tertulis sebagai gurauan." Suara bariton itu terdengar dari ujung meja. Zhang Yichen meletakkan sendoknya perlahan, lalu menatap langsung ke arah Mei Lin. Tatapan itu … dingin, tetapi juga entah kenapa, dalam.

Mei Lin membeku. "Tunggu … maksudnya … ini bukan bercanda?"

"Bukan!" Zhang Yichen bersandar di kursinya, nada suaranya datar, profesional, seperti sedang bicara soal laporan keuangan, bukan masa depan hidup seseorang.

"Wasiat nenek menyatakan, untuk menjaga hubungan dua keluarga, pernikahan simbolis harus dilaksanakan antara cucu keluarga Zhang dan cucu keluarga Lin," lanjutnya.

"Dan kebetulan," tambah Madam Zhang dengan senyum lembut, "kau satu-satunya cucu keluarga Lin yang belum menikah."

Mei Lin menatap ibunya dengan ekspresi antara syok dan ingin kabur.

"Bu ... mereka bercanda, kan?"

Ibunya hanya menatap ke bawah, tersenyum kikuk. "Nak … kau tahu sendiri, nenekmu orangnya keras kepala bahkan setelah meninggal."

"Keras kepala?" Mei Lin hampir menjerit. "Dia bahkan dari alam sana masih bisa mengatur pernikahanku?"

"Mei Lin!" tegur ibunya pelan, menatapnya seolah meminta diam.

Zhang Yichen menatap Mei Lin tanpa ekspresi. "Jika kau tidak setuju, aku juga tidak akan memaksa. Tapi keluargaku berharap kita menghormati wasiat terakhir itu."

Mei Lin menatap pria itu lama.

Ia tahu harusnya marah, menolak, atau kabur sekalian. Akan tetapi, matanya malah terpaku pada wajah Zhang Yichen. Dingin, tetapi memikat seperti pahatan marmer hidup.

"Jadi …" kata Mei Lin pelan, mencoba menetralkan nada suaranya. "Kalau aku setuju … kau bakal jadi suamiku?"

Zhang Yichen mengerjap pelan. "Secara hukum, ya."

"Dan kalau aku menolak?"

"Kau akan membuat dua keluarga besar kehilangan kehormatan."

Mei Lin membuka mulutnya, menutupnya lagi. Lalu dengan nada lirih ia bergumam, “Antara kehilangan kehormatan keluarga atau kehilangan kebebasan pribadi … kenapa dua-duanya terdengar seperti akhir dunia?"

Madam Zhang tertawa kecil, lembut, tetapi penuh makna. "Kau lucu, Mei Lin. Nenekmu juga suka bicara seperti itu."

Zhang Yichen menatap Mei Lin sekilas, lalu berdiri. "Baiklah. Aku tidak ingin menekan siapa pun. Tapi kalau memang ini keputusan keluarga, kita bisa membicarakan tanggalnya nanti."

"Tanggalnya?" Mei Lin langsung refleks berdiri. "Kau serius banget, sih! Aku bahkan belum sempat stalking I*******m-mu!"

Semua orang di meja terdiam sejenak. Sedangkan ibu Mei Lin menutup wajah, malu setengah mati.

"Anakku memang suka bicara tanpa filter."

Zhang Yichen menatap Mei Lin sekali lagi, kali ini dengan senyum sangat tipis, nyaris tidak terlihat. "Tak perlu repot stalking. Aku tidak punya I*******m."

"Tentu saja." Mei Lin mendesah panjang. "Pria sesempurna kau pasti terlalu sibuk untuk sosial media."

Dan di momen itu, untuk pertama kalinya, Zhang Yichen benar-benar menatap Mei Lin lama. Ada sesuatu di matanya, bukan hanya kebekuan, tetapi juga rasa ingin tahu yang samar.

"Kau benar-benar berbeda,” kata Zhang Yichen, pelan.

"Maksudmu?"

"Aku tidak tahu … tapi aku rasa … hidupku akan sedikit lebih berisik mulai sekarang."

Mei Lin menatap pria itu bingung. "Eh? Berisik? Ini belum mulai aja udah dibilang berisik?!"

Sayangnya Zhang Yichen sudah berjalan pergi, meninggalkan ruangan dengan langkah tenang dan wajah dingin. Mei Lin hanya bisa berdiri di sana, menatap punggung pria itu dengan campuran kagum dan frustasi.

"Dia tampan, kaya, tapi nyebelin banget," gumamnya pelan. "Ya Tuhan, jangan bilang aku benar-benar bakal nikah sama dia …."

Sementara itu, di luar ruangan, Zhang Yichen berhenti sejenak dan menatap ke arah langit biru di luar jendela.

Untuk alasan yang bahkan ia sendiri tidak mengerti, senyum tipis itu muncul lagi di bibirnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Suami Wasiatku   103. Sekasur Tapi Masih Drama

    Kamar utama di rumah Zhang Yichen terasa berbeda malam itu. Lampunya redup, aroma lembut lavender memenuhi udara, dan di sudut ruangan kini berdiri sebuah lemari kaca raksasa yang belum ada kemarin.Mei Lin berdiri di depan lemari itu, melongo seperti turis di butik mewah."Ini … semua buat aku?"Yichen berdiri di belakangnya, tangan di saku, wajahnya tenang seperti biasa."Setelah kejadian lemari kamarmu penuh boneka bebek, aku pikir kau butuh ruang baru untuk baju yang lebih masuk akal."Mei Lin berbalik cepat. "Hei! Boneka bebek itu warisan emosional!""Emosi siapa? Anak TK?"Mei Lin mendengus, tetapi matanya tetap berbinar menatap isi lemari.Gaun-gaun cantik berjejer rapi, sepatu hak tinggi disusun dengan sempurna, bahkan ada satu rak berisi tas-tas mahal."Ya ampun, ini kayak mimpi! Ada baju buat tiap suasana hati!" Mei menarik satu gaun dan memeluknya. "Tuan Zhang, kau beli ini semua?"Zhang Yichen menatapnya sekilas. "Aku punya asisten personal shopper. Tapi, ya, aku yang meny

  • Pesona Suami Wasiatku   102. Eksperimen Istri Sempurna

    Hari pertama setelah berita besar itu reda, suasana rumah Zhang Yichen terasa damai. Tidak ada wartawan di depan pagar, tidak ada panggilan media, hanya keheningan dan aroma roti panggang dari dapur.Zhang Yichen melangkah keluar dari kamar dengan setelan santai. Ia menuruni anak tangga dengan hidung mengendus bau aroma dari arah dapur. Zhang Yichen langsung berhenti di ambang pintu. Pemandangan di depannya membuatnya terpaku.Mei Lin berdiri di dapur dengan celemek bergambar bebek kuning.Rambutnya dikuncir tinggi, wajahnya serius, ada noda tepung di pipi."Selamat pagi, Tuan Zhang," sapa Mei Lin dengan nada lembut yang mencurigakan. "Aku sudah menyiapkan sarapan."Zhang Yichen menyipitkan mata. "Kau siapa dan di mana istriku yang asli?"Mei Lin mendengus. "Aku sedang berevolusi, Zhang Yichen! Mulai hari ini, aku akan jadi istri rumah tangga sejati!""Hmm .... Dan ide ini muncul dari mana?""Dari artikel online," jawab Mei Lin bangga. "Katanya, istri ideal itu bangun pagi, masak, da

  • Pesona Suami Wasiatku   101. Reaksi Dunia

    Tiga hari setelah wisuda, nama Mei Lin Zhang menjadi trending topik di seluruh Haicheng. Bukan karena prestasinya, tetapi karena satu video berdurasi dua menit dimana momen saat CEO Zhang Group dengan elegan mengumumkan, "Inilah istriku, Mei Lin Zhang."Berita itu menyebar lebih cepat dari rumor diskon toko mewah. Judul-judul artikel bermunculan. "CEO DINGIN TERNYATA SUDAH BERKELUARGA!""CINTA KANTOR ALA ZHANG GROUP: DARI MAGANG JADI ISTRI!""MAHASISWI TENGIL TAKLUKKAN BOS TERDINGIN DI HAICHENG!"Mei Lin hanya bisa menatap layar ponselnya dengan ekspresi antara malu dan frustasi."Judul terakhir itu keterlaluan banget" gumamnya.Dari seberang meja sarapan, Zhang Yichen hanya membaca koran dengan ekspresi tenang. "Menurutku cukup akurat.""Akurat kepala kau!" Mei menunjuk layar ponsel. "Kau tahu gak, sekarang semua orang memanggil aku Bu Bos!""Lebih baik itu daripada 'Bu Dosen'," balas Zhang Yichen santai.Sarapan sudah selesai. Masih ada sisa waktu u tuk bersantai. Keduanya pundak

  • Pesona Suami Wasiatku   100. Hari Wisuda dan Rahasia yang Terungkap

    Esok harinya. Haicheng Business Academy sudah dipenuhi para mahasiswa dengan toga hitam dan wajah bahagia.Di antara lautan toga itu, Mei Lin berdiri menatap panggung besar yang sudah dihias bunga putih dan pita emas. Tangannya sedikit gemetar saat memegang map ijazah kosong, simbol perjuangan panjang selama bertahun-tahun.Qian Qian datang menghampiri, wajahnya cerah. "Akhirnya, ya! Kita lulus!"Mei Lin menghela napas panjang. "Aku masih belum percaya kalau dosenku gak akan nyari-nyari kesalahan bab empat lagi."Qian Qian menepuk bahunya. "Santai! Hari ini cuma ada dua hal yang perlu kau pikirkan, yaitu senyum di kamera dan jangan tersandung di panggung.""Terima kasih atas tekanan tambahannya," ucap Mei Lin, memaksakan tersenyum. ---Sementara itu, di barisan tamu undangan, barisan keluarga Zhang tampak duduk rapi. Madam Zhang terlihat anggun dengan gaun pastel, sementara di sampingnya, Zhang Hairen, sang Komisaris besar Zhang Group, duduk tegak dan berwibawa.Ia jarang menunjukka

  • Pesona Suami Wasiatku   99. Menunggu Hari Wisuda

    Langit pagi di Haicheng berwarna biru, nyaris tanpa awan.Di balkon rumah Zhang Yichen, Mei Lin sibuk menjemur toga hitamnya yang baru tiba semalam."Kenapa sih warnanya harus hitam? Rasanya kayak mau ke sidang lagi, bukan perayaan," gerutunya sambil memegang toga.Zhang Yichen yang duduk di kursi balkon menatap koran sambil menyeruput kopi. "Itu simbol formalitas, bukan duka.""Ya, tapi tetap saja bikin mood turun. Kalau aku boleh pilih, warnanya pink aja. Biar lebih cerah dan penuh cinta."Zhang Yichen menurunkan korannya pelan. "Toga bukan piyama, Mei Lin."Mei mendengus. "Kau selalu anti-romantis, ya?""Tidak juga. Aku hanya realistis," jawab Zhang Yichen santai. Mei Lin menoleh sambil berkacak pinggang. "Realistis itu kalau bicara bisnis, bukan wisuda!"Sesaat kemudian, bel rumah berbunyi. Mei Lin yang masih berkacak pinggang di balkon langsung bertanya-tanya. "Siapa pagi-pagi begini?"Mei Lin segera turun. Ketika pintu dibuka, dua sosok familiar muncul bersamaan. Ibu Mei Lin d

  • Pesona Suami Wasiatku   98. Hadiah Kelulusan Paling Chaos

    Rumah Zhang Yichen malam itu terasa hangat dan tenang. Lampu ruang makan menyala lembut, aroma sup ayam buatan Mei Lin memenuhi udara."Ahhh …" Mei Lin meregangkan bahu dengan puas. "Akhirnya, setelah berbulan-bulan bergelut dengan skripsi, aku bisa masak tanpa dihantui dosen pembimbing."Zhang Yichen yang duduk di meja makan menatapnya dengan senyum kecil. "Kau tahu, ada istilah baru yang cocok untukmu."Mei Lin menatap curiga. "Apa?""Chef akademik," jawab Zhang Yichen datar. "Masak sambil teori."Mei Lin mendengus. "Kau ini gak bisa puji orang secara normal, ya?""Bisa," katanya sambil menatap sup di hadapannya. "Rasanya … lebih baik dari waktu terakhir kau coba masak."Mei Lin menaikkan alis. "Yang waktu dapur nyaris kebakar itu?""Ya," jawabnya tenang. "Kemajuan besar."Tepat saat suasana mulai hangat, suara bel pintu terdengar.Ting! Tong!Mei Lin dan Zhang Yichen saling berpandangan."Siapa?" tanya Mei Lin pelan."Tidak tahu," jawab Zhang Yichen dengan nada waspada. Entah kenap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status