Home / Romansa / Pesona Suami Wasiatku / 9. Magang Yang Tak Disangka

Share

9. Magang Yang Tak Disangka

Author: Suci Komala
last update Last Updated: 2025-10-29 11:31:37

Hari Senin pagi.

Langit Haicheng mendung, tetapi semangat Mei Lin?

Cerah sekali … sebelum ia sadar siapa bosnya.

"Hari pertama magang. Harus kelihatan profesional, elegan, dan tidak konyol."

Ia berdiri di depan kaca, merapikan rambut, menatap refleksinya sambil mencoba tersenyum serius.

"Aku siap. Aku kuat. Aku--"

Notifikasi ponsel berbunyi.

Satu pesan masuk dari nomor yang baru tersimpan semalam:

"Jangan terlambat. – ZY."

Mei Lin langsung pucat. "Oh Tuhan ... aku lupa dia CEO-ku!"

---

Pukul delapan lewat lima.

Lobby Zhang Group terlihat seperti museum modern. Lantai marmer putih, dinding kaca tinggi, dan karyawan bersetelan rapi berjalan cepat. Mei Lin berdiri di depan resepsionis, memeluk map seperti pelampung hidup.

"Selamat pagi. Saya Mei Lin, peserta magang baru di departemen marketing."

"Oh, baik. Silakan tunggu sebentar, Nona Mei. Saya hubungi asisten direktur HR."

Sambil menunggu, Mei Lin mencoba menenangkan diri. Akan tetapi, setiap kali melihat logo besar "Zhang Group" di dinding, jantungnya semakin berdebar.

"Tenang, Mei Lin. Nggak ada yang tahu kau istrinya bos. Rahasia aman. Selama kau nggak keceplosan ...."

Tentu saja ia tak lupa untuk tidak memakai cincin pernikahan. Benda bulat kecil berupa ring itu ia simpan baik-baik di kamar asrama.

"Nona Mei?" suara pria di belakangnya memotong pikiran.

Mei Lin menoleh dan hampir menjatuhkan map. Di sana, berdiri sosok tinggi bersetelan hitam. Wajah tenangnya, mata tajamnya, ekspresi datarnya ...

Zhang Yichen.

Suaminya.

Bos besar.

Dan kini, atasannya.

"Su --Tuan Zhang!" serunya, hampir terpeleset menyebut suami.

"Pagi," ucap Yichen datar. "Ikut saya ke ruang rapat."

Semua karyawan di sekitar langsung menatap. Ada yang berbisik, ada yang melirik iri.

"Wah, magang baru langsung dibawa bos besar."

"Pasti punya koneksi."

"Cantik banget sih, pantes."

Mei Lin hanya bisa tersenyum kaku sambil mengikuti Zhang Yichen di belakang. Dalam hati, ia menjerit, "Ya ampun, ini bukan koneksi, ini pernikahan yang salah waktu!"

---

Ruang rapat lantai 29.

Zhang Yichen duduk di ujung meja, membuka laptopnya. Sementara Mei Lin duduk di sisi jauh, berusaha kelihatan profesional.

"Kau bisa mulai dari minggu ini di divisi pemasaran digital," kata Zhang Yichen tanpa menatap.

"Baik, Tuan Zhang."

"Dan tolong jaga sikap di kantor."

"Tentu."

"Termasuk berhenti menatapku seperti mau menyerang."

"Aku nggak menatap!" protes Mei Lin, buru-buru menunduk.

"Sekarang iya."

"Aku cuma ... kagum pada aura kepemimpinanmu."

Zhang Yichen menatapnya datar. "Kalimat itu terdengar palsu."

"Kalau aku jujur bilang kau tampan, nanti dikira flirting."

Zhang Yichen menutup laptop, lalu bersandar. "Kau datang untuk bekerja, bukan untuk membuat kantor berisik."

"Berisik tanda kehidupan, Tuan Zhang."

"Kau sudah ulangi kalimat itu tiga kali sejak menikah."

"Itu branding pribadiku."

Hening.

Lalu senyum tipis muncul di wajah Zhang Yichen. Senyum yang hanya ia tahu arti pastinya.

"Kau tahu," katanya pelan, "aku mulai curiga kalau kantor akan lebih ... ramai sejak kau datang."

"Ramai artinya produktif."

"Ramai juga bisa berarti kacau."

"Kau tahu nggak, Tuan Zhang?Kadang aku pikir aku adalah ujian kesabaran hidupmu."

"Dan aku rasa ... kau benar."

Mei Lin memutar bola matanya sambil tersenyum kecil. "Senang mendengarnya."

Akhirnya Zhang Yichen meminta Chen --asisten pribadinya, untuk memanggil manager HRD agar melakukan orientasi perusahaan sekaligus office tour.

---

Beberapa jam kemudian, di kantin kantor.

Mei Lin mencoba menyatu dengan karyawan lain. Akan tetapi, bisikan-bisikan tetap muncul.

"Magang baru itu, kenapa kayak deket banget sama bos?"

"Aku lihat tadi masuk lift bareng Zhang Yichen!"

"Astaga, jangan bilang dia punya hubungan spesial ...."

Mei Lin langsung batuk kecil dan berdiri. "Permisi, aku ... tiba-tiba haus banget."

Mei Lin melangkah cepat ke arah lorong dan menabrak seseorang. Dan tentu saja seseorang itu adalah Zhang Yichen. Cangkir kopinya hampir tumpah, tetapi ia menahannya dengan refleks.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya singkat.

"Ya ... aku cuma kabur dari gosip."

"Kau memang selalu menarik perhatian, Mei Lin."

"Salahku punya aura bintang, Tuan Zhang."

Zhang Yichen menatapnya, lalu menunduk sedikit. "Berhati-hatilah. Dunia kerja tidak sebaik dunia kampus."

"Tenang aja. Aku punya pelindung ...," Mei Lin menggantung ucapannya, hampir keceplosan.

"Pelindung profesional maksudku!" ralat Mei Lin.

Zhang Yichen menahan senyum. "Bagus. Karena pelindung pribadimu sedang berusaha tidak memihak siapa pun."

"Pelindung pribadiku siapa, ya?"

"Aku."

Suasana hening beberapa detik.

Mata mereka bertemu. Dan tiba-tiba, Mei Lin merasa seluruh kantor jadi terlalu terang.

"Tuan Zhang ..." suaranya nyaris berbisik.

"Hm?"

"Kau sadar nggak ... cara kau bilang 'aku' tadi terlalu menenangkan?"

Zhang Yichen tersenyum samar. "Itu bukan maksudku."

"Tapi efeknya tetap sama."

Mei Lin berdeham cepat, lalu berjalan menjauh sebelum wajahnya benar-benar merah.

Zhang Yichen menatap punggung gadis yang panik itu, lalu bergumam pelan, nyaris seperti bicara pada diri sendiri.

"Aku mulai terbiasa ... dengan keberisikannya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Suami Wasiatku   15. Hari Libur dan Pertanyaan Keluarga

    Minggu pagi di kota Haicheng terpantau cerah. Untuk pertama kalinya setelah seminggu penuh jadwal kantor dan rapat gila-gilaan, Mei Lin akhirnya bisa tidur tanpa alarm.Namun ternyata ... Ting! Ting!Suara notifikasi.Tangannya meraba mencari keberadaan ponselnya. Matanya setengah terbuka saat melihat satu nama yang tertera. "Ibu? Ada apa, sih?" gerutunya. "Hari ini makan siang di rumah keluarga Zhang. Ingat ya, ditunggu!" Isi pesannya. Mei Lin menggeliat sambil menguap dengan kedua mata yang ia coba buka 100%."Oh, tidak! Liburanku berubah jadi pertemuan politik."Mei Lin bergegas bangun dan memberitahu Zhang Yichen agar turut bersiap. ---Beberapa jam kemudian, mobil hitam Zhang Yichen berhenti di depan rumah utama keluarga Zhang. Nampak pula mobil milik ibu Mei Lin. Mei Lin yang mengenakan dress pastel sederhana tampak anggun, tetapi wajahnya jelas tegang."Kenapa kau kelihatan seperti mau ikut ujian nasional?" tanya Zhang Yichen dengan dahi berkerut. "Karena orang tuaku dan

  • Pesona Suami Wasiatku   14. Antara Laporan, Latte, dan Kesucian Bibir

    Pagi itu Mei Lin dan Zhang Yichen berangkat ke kantor bersama. Agar karyawan tidak curiga, Mei Lin memilih turun di tikungan jalan. "Kau yakin?" tanya Zhang Yichen. Mei Lin menatap suaminya. "Sejujurnya, sih, malas. Aku udah cantik, udah rapi, dan wangi harus kembali berkeringat karena jalan kaki!""Kalau begitu tidak usah turun. Kita lan--""Eh, tidak, tidak!" Mei Lin mengibaskan tangan cepat. "Aku turun saja! Aku tidak mau ada rumor aneh di kantor!"Mei Lin bersiap membuka pintu. Sebelum turun, ia memastikan jika tidak ada karyawan Zhang Grup di sekitar. "Oke, aman!" cicitnya yakin. Mei Lin turun, mobil Zhang Yichen pun melanjutkan perjalanan. Gadis itu hanya bisa menarik napas panjang, pasrah.Sepuluh menit. Mei Lin sudah tiba di lobi dan bergegas menuju lantai 31.Keluar dari lift, Mei Lin disuguhkan dengan aktivitas seperti biasanya. Ada yang baru datang, ada yang membersihkan meja kerja, dan suara printer yang seolah-olah memberi ketukan semangat. "Selamat pagi dunia! Pasti

  • Pesona Suami Wasiatku   13. Setelah Kantor, Masakan Bencana

    Langit Haicheng mulai gelap. Lampu-lampu kota memantul di jendela besar rumah Zhang Yichen. Suara mesin mobil berhenti di garasi, dan beberapa detik kemudian ... "Aku pulang!"Teriakan ceria itu menggema sebelum pintu rumah benar-benar terbuka. Mei Lin muncul dengan rambut sedikit acak, membawa dua tas belanja di tangan, wajah penuh semangat yang sangat tidak cocok dengan ekspresi suaminya yang baru pulang kerja.Zhang Yichen berdiri di bibir pintu, jas masih rapi, dasi belum sempat dilepas. Pria itu sempat berpikir jika Mei Lin meminta izin pulang lebih awal dan minta diantar sopir untuk pulang ke asrama. Nyatanya ... "Kenapa kau tampak seperti baru menaklukkan dunia?""Karena aku beli bahan masakan untuk makan malam!"Mei Lin tersenyum lebar. Bahkan gigi putihnya yang berjejer rapi mampu menyilaukan mata. "Kau … masak?""Tentu saja!""Apakah aku harus memanggil ambulans dulu?""Zhang Yichen! Aku ini bukan ancaman nasional, tahu!"---Dapur rumah kini penuh aroma yang ... sulit d

  • Pesona Suami Wasiatku   12. Sekretaris Baru, Masalah Baru

    Pagi di lantai 31 terasa lebih sibuk dari biasanya. Karyawan berlalu-lalang dengan langkah cepat, semua fokus. Kecuali satu orang yang masih berjuang hidup dengan printer."Astaga, kenapa ini kertasnya nyangkut terus?! Aku cuma mau cetak jadwal meeting, bukan bikin drama!"Mei Lin berjongkok di depan mesin printer seperti sedang menghadapi monster kuno.Sementara di ruangan kaca besar tak jauh dari situ, Zhang Yichen memperhatikan diam-diam dari balik kaca bening kantornya.Ekspresinya tetap datar, tetapi dagunya sedikit bertumpu di tangan.Chen, berdiri di sampingnya dengan raut muka antara kasihan dan bingung."Tuan Zhang … apa saya perlu bantu Nona Mei?""Tidak perlu. Biarkan dia beradaptasi.""Tapi dia sudah … menatap printer itu selama sepuluh menit.""Artinya dia berusaha.""Atau hampir menyerah," gumam Chen pelan.Tak lama, printer berbunyi klik!Dan ... BLAM!Tumpukan kertas menyembur keluar, berserakan ke lantai seperti hujan salju putih."YA AMPUN! AKU MENANG! Tapi … kenapa

  • Pesona Suami Wasiatku   11. Sekretaris Bos Dingin

    Hari Rabu pagi di Zhang Group. Kantor masih sibuk seperti biasa. Karyawan berlarian dengan berkas, printer meraung, dan Mei Lin ... masih kebingungan karena panggilan mendadak ke lantai 31. "Tuan Zhang ingin kau ke ruangannya sekarang," kata asisten Han Wei. "Hah? Aku'kan di marketing? Aku bahkan belum selesai input data!" "Perintah langsung." "Dia nggak bilang aku bikin kesalahan, kan?" "Tidak, tapi nada suaranya ... serius." "Oh Tuhan, aku mau dipecat tiga hari setelah magang." --- Sesampainya di lantai 31, lantai paling dingin dan mencekam di seluruh gedung. Mei Lin melangkah dengan hati-hati. Ruang kerja Zhang Yichen luas, bersih, dan terlalu sunyi. Pria itu duduk di balik meja besar dengan setelan hitam sempurna, wajah fokus pada layar laptop. "Tuan Zhang?" panggil Mei Lin pelan. "Masuk!" "Aku … dipanggil?" "Duduk!" Mei Lin duduk perlahan, menatap pria itu dengan gugup. Setiap detik terasa seperti wawancara masuk neraka. "Kau tahu kenapa aku memanggilmu?" tanya

  • Pesona Suami Wasiatku   10. Antara Bos dan Istri

    Hari kedua magang.Divisi marketing, lantai 30.Mei Lin sudah duduk manis dan bersiap menunggu arahan. Ia bersumpah, tidak ada hal yang lebih menegangkan dari bekerja di perusahaan suaminya sendiri, kecuali harus berpura-pura tidak mengenalnya di depan 300 karyawan lain."Oke, Mei Lin. Kau cuma karyawan magang. Kau bukan istrinya. Jangan manggil dia 'Sayang'. Jangan manggil dia 'Suami'. Jangan tatap terlalu lama. Jangan ...,”"Nona Mei?""YA?! Eh, maksudku, ya, Pak!"Pria yang berdiri di hadapannya bukan Zhang Yichen, melainkan Han Wei --manajer muda divisi marketing, 27 tahun, berwajah ramah dan senyum menular."Kau tegang banget, ya. Santai aja, ini cuma kerja, bukan audisi Miss Universe," katanya sambil tertawa kecil.Mei Lin menatapnya, masih kikuk. "Maaf, aku cuma ... ehm ... grogi. Ini pertama kalinya aku magang di perusahaan besar.""Kalau begitu, anggap saja ini latihan. Aku pembimbing magangmu mulai hari ini.""Kau yang akan membimbingku?""Ya, kenapa?""Nggak, nggak apa-ap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status