Share

Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar
Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar
Penulis: GREYWIND

1. Mas, Jangan!

‘’Valerie sayang. Bawa kemari minumannya, Nak.’’ 

Pekikan dari ruang tamu terdengar jelas sampai ke dapur. Valerie gesit mengangkat nampan berisi lima gelas air jeruk dingin dan membawanya ke depan. Minuman-minuman itu untuk tamu-tamu orang tuanya yang datang melamar sang kakak— Vania. 

Seulas senyum terpatri bersama tangan yang sibuk menata gelas di meja. Dan Valerie langsung mendapatkan pujian atas sikap baiknya dari keluarga besan.

Setelah kembali ke dapur, Valerie langsung naik ke lantai dua untuk membereskan tempat tidur di kamar tamu. Keluarga besan akan menginap karena besok akan diadakan pertunangan dan juga penentuan hari pernikahan.

Berkutat dengan sapu, pel lantai dan ember berisi air selama kurang lebih lima belas menit, akhirnya pekerjaan itu selesai. Valerie masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

Merebahkan tubuh di kasur dan menutupinya dengan selimut. Dan tak lupa mematikan lampu. 

Masih dalam keadaan setengah terlelap, Valerie mendengar suara gagang pintu yang digerakkan dari luar. Meski begitu, Valerie kesulitan membuka mata karena ia benar-benar tengah mengantuk. 

Ia berpikir bahwa itu adalah keluarganya yang selalu mengecek kamarnya setiap malam. 

Namun, merasakan kehadiran seseorang yang sudah berdiri di samping ranjang refleks membuatnya terbangun.

Itu bukan ayah, kakak ataupun ibunya yang ia pikir sedang melakukan patroli seperti biasa. Ia mengenali siluet itu. Kenapa Leo bisa ada di sini? Untuk apa calon kakak iparnya berada di kamarnya? 

Valerie ingin berteriak. Tapi kesadaran yang masih belum sepenuhnya pulih membuat Valerie kesulitan membuka suara. 

Jantung Valerie berdetak cepat saat dalam sepersekian detik Leo sudah bergabung bersamanya di tempat tidur. Menanggalkan pakaiannya.

‘’Mas, jangan!’’ Teriakan Valerie terputus dengan bekapan Leo pada mulutnya. 

Leo seperti tak memiliki hati, bahkan semakin buas melakukan kekejian itu meski Valerie terus memberontak tiada henti.

Saat itu, Valerie merasakan harga dirinya sebagai seorang Mahendra lenyap tak bersisa. Perlawanannya selama satu jam telah berakhir sia-sia. Air mata Valerie jatuh berderai— menyadari perih tak tertahankan berasal dari robeknya kehormatan yang susah payah ia jaga. Dan isakan itu sama sekali tak mempengaruhi Leo untuk berhenti dan malah melanjutkannya lagi, lagi dan lagi.

Valerie memejamkan mata, berharap bahwa semua yang terjadi hanyalah sebuah mimpi. Tapi sayang, rasa sakit di selangkangannya menyadarkan Valerie bahwa hal terkutuk itu benar-benar terjadi.

***

Keesokannya…

Alarm ponsel membuat seorang pria yang tidur dengan bertelanjang dada terusik. 

Perlahan Leo membuka kelopak mata dengan tubuh pegal dan sakit di beberapa titik.

Pandangannya tertuju pada celana pendek yang sedang ia pakai. Leo tersenyum sebentar, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. 

Ketika tengah bercermin, Leo menyadari ada yang salah dengan warna bahan ini. Vania membenci warna pink. 

Leo kembali memutar memori tadi malam. Perjalanan jauh membuat Leo letih dan kedinginan. Karena itulah, setelah semua orang masuk ke dalam kamar— Leo mengirim pesan pada calon istrinya bahwa ia menginginkan kehangatan. Bak gayung bersambut, Vania pun mengiyakan. 

Meski sudah sering melakukannya di hotel, Leo berpikir tak ada salahnya jika ia melakukannya di rumah. Toh sebentar lagi mereka akan bertukar cincin dan menikah. Jika ketahuan pun keduanya akan langsung dikawinkan.

Setelah meneguk alkohol untuk mendapatkan keberanian— diam-diam ia keluar dari kamar tamu, mencari ruangan yang Vania katakan sebelah kanan dari tangga. Dengan hati-hati Leo memutar gagang pintu, masuk dengan cepat kemudian menutupnya. 

Dan hal pertama yang menyambutnya adalah kegelapan. Namun cahaya dari jendela sangat membantu Leo untuk menemukan wanita yang tengah tertidur di bawah selimut.

‘’Sayang.’’

Nafsu yang sudah di ubun-ubun dan keinginan untuk segera menggauli membuat Leo tak memperhatikan siapa wanita yang sedang tertidur itu. 

Baginya—wanita yang tidur dengan tirai jendela yang dibiasakan terbuka adalah ciri seorang Vania. Karena itulah Leo yakin bahwa ia tak salah masuk kamar. 

Besok mereka akan bertukar cincin dan menentukan tanggal pernikahan. Leo merasa tak ada salahnya jika ia melakukan ini sekali lagi sebelum dipingit.

Leo langsung menarik selimut dan membuka pakaian Vania. 

Tapi tetap saja, Leo tetaplah Leo. Ia merasa khawatir dan tak nyaman jika berhubungan terlalu lama lalu ketahuan keluarga karena Vania tak setenang biasanya. 

Akhirnya Leo sembarangan mengambil celana yang tercecer di lantai. Tak disangka ia malah salah mengambil celana yang bukan miliknya. Itulah alasan mengapa ia tertawa tadi.

Leo segera membersihkan diri dengan ingatan menyenangkan. Untuk sejenak Leo kembali merasakan tubuhnya terasa sakit. Tapi ia tak menghiraukan dan memilih untuk melanjutkan. 

Ia memakai kemeja batik lalu turun dari kamar. Dilihatnya seluruh keluarga dan kerabat dekat telah berkumpul di ruang tamu. Vania terlihat cantik dengan kebaya berwarna biru.

Dengan bibir pucat dan mata yang membengkak, Valerie mendapati Leo tengah menuruni tangga. Ia pun buru-buru mengambil cincin yang akan digunakan untuk mengikat kedua mempelai.

Pertunangan berjalan dengan lancar dan juga meriah. Seluruh keluarga berbahagia dan mengambil gambar sebagai kenang-kenangan.

Dan satu bulan dari sekarang adalah waktu yang ditetapkan untuk Leo dan Vania menikah. Leo akan berada di luar kota untuk menjalankan bisnis batu bara keluarganya sampai hari h tiba. Setelah itu ia akan datang lagi untuk membawa Vania pindah. 

Benak Leo diselimuti haru. Namun perasaan itu tiba-tiba saja buyar saat Vania mengatakan sesuatu.

‘’Mama… aku enggak mau warna pink pokoknya. Aku mau pake gaun warna biru aja pas nikah nanti. Mama kan tau aku ga suka warna merah muda. Bahkan aku ga punya satupun pakaian dengan warna itu.’’

Leo bagai tersambar petir di siang bolong. Bintik-bintik keringat mulai membasahi dahi. Udara yang sejuk tiba-tiba terasa panas baginya. Pikirannya berkecamuk. Jadi celana tidur itu punya siapa? 

Leo kesulitan menelan ludah. Dengan  rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Leo melihat ponselnya lagi. Penunjuk arahnya sudah benar. Tapi di sebelah kanan itu ada dua kamar. Dan ia yakin tak melakukan kesalahan sampai akhirnya ia tersadar ruangan siapa yang sebenarnya ia masuki. Leo tanpa sengaja melihat calon adik iparnya menyeka air mata seraya masuk ke kamar yang tadi malam ia kunjungi. 

‘’Valerie?’’

Leo memijit kening dengan wajah tertunduk. Menarik napas berkali-kali. Pantas saja tadi malam ia merasa ada yang berbeda dengan Vania sampai-sampai tubuhnya sakit karena harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk membuat kekasihnya diam.

Sayang, kok lama? Ketiduran ya? Padahal aku udah pakai gaun tidur yang kamu suka.

Leo menyingkir dari keramaian. Menyembunyikan kepalan tangan di dalam saku seraya berperang besar dengan akal sehat dan pikirannya yang kusut. Pesan Vania yang tak terbaca di jam dua pagi sukses membuat otak Leo panas dan kemungkinan akan segera pecah. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status