Home / Fantasi / Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia / 4. Kembali menjadi target

Share

4. Kembali menjadi target

Author: Donat Mblondo
last update Last Updated: 2024-01-22 11:32:20

"Besok siang. Rumah makan akan buka jam satu siang sampai jam sembilan malam. Tante akan mengurusnya untukmu."

Matahari pun mulai meninggi hingga hingga sedikit condong ke barat. Ambar masih termenung di dalam kamar, memikirkan cara bagaimana ia harus menghadapai Junaedi selanjutnya. Perubahan sikap suaminya yang tak terduga, membuat wanita itu terus mendengus hingga beberapa kali.

"Aaargh! Bisa-bisanya aku memikirkan pria itu!" umpat Ambar mengacak-acak kepalanya..

Tiba-tiba, terbesit dalam pikirannya suatu ide. Ambar pun keluar kamar mencari sosok pria itu. Dia menjumpai suaminya sedang duduk serius di ruang tengah, membaca sebuah majalah maskan tradisional di tangannya. Junaedi melirik sesaat, tapi kemudian dia kembali asik dengan majalah di hadapanya.

Ambar perlahan mendekat dan duduk di sisinya. Junaedi masih terdiam tak terucap sepatah kata pun.

"Kakak-kakakku bilang, mereka akan datang untuk makan malam!" ucap Ambar tiba-tiba.

Seketika itu, Junaedi menutup majalah yang sedang dibacanya. Kemudian dia berkata, "kalau begitu, nanti malam aku akan mengajak Tante Susi dan kakek buyut keluar untuk jalan-jalan. Kamu bisa memasak sendiri untuk makan malam mereka, kan."

"Apa-apaan kamu ini!" Ambar mengangkat tubuhnya dan berbicara dengan suara meninggi. Tanpa sadar, dia mulai terbawa emosi. "Beginikah caramu menghadapi keluargaku? Di mana sopan santunmu!"

"Sopan santun? Ckck." Junaedi pun berdiri menegakkan badannya tak mau kalah. "Bukankah kamu sendiri yang mengundang mereka ke rumah untuk mempermalukanku? Mempermalukan suamimu yang hanya seorang pengangguran! Oh, atau mungkin kamu sudah mendapat kabar, bahwa aku akan bekerja menjadi pelayan di salah satu restoran yang dikelola Tante Susi. Jadi, kamu segaja mengundang mereka untuk menertawakanku?"

Dugaan Junaedi benar-benar tepat sasaran membuat Ambar tercengang kehabisan kata-kata. Junaedi melempar buku majalah yang dipegangnya ke meja, lalu dia pergi karena merasa muak dengan wanita itu.

Wanita itu tampak mangut-mangut mendengus kesal. Segera dia mengabarkan kepada keluarganya, betapa malang dirinya akan sikap sang suami yang telah berubah.

Setelah tiba sore hari menjelang petang, Ambar berhadapan kembali dengan Junaedi di kamar mereka. Pria itu sedang bersiap-siap memakai sweter merah maron, dengan baju dalaman kemeja putih dan celana abu-abu sneakers putih.

"Kakak-kakakku tidak jadi makan malam bersama di rumah kita," celetuk Ambar meraih lengan Junaedi, berharap ia akan membatalkan rencananya untuk pergi.

"Terserah! Itu adalah urusanmu. Mereka datang atau tidak, itu tidak akan merubah rencanaku untuk pergi!" balas Junaedi. Lelaki itu menepis tangan Ambar, lalu pergi meninggalkan kamar dengan sikap dingin, sedingin es di kutub utara.

Jleb!

Sangat menusuk di hati Ambar. "Sialan!" umpatnya mengepal kuat kedua tangannya.

Ketika Junaedi sedang berjalan menuju kamar tamu untuk menemui Susi dan Sutejo, dia melihat Jamelah yang berniat ke dapur untuk mencuci piring.

"Hey, Jamelah!" serunya memanggil gadis itu.

"Ya, Pak?" Gadis itu datang menghadap.

"Aku ada pekerjaan tambahan untukmu!"

"Pekerjaan tambahan? Mengawasi istri Anda?" ujar gadis itu menduga.

"Benar!"

"Baiklah! Tapi Anda harus memberiku bonus dengan tiga porsi batagor di restoran Blok M. Saya akan mengawasi Nyonya Ambar sampai terbit matahari esok, bagaimana?"

"Tiga porsi batagor? Apa kamu kelaparan?" tanya Junaedi melihat porsi makan gadis itu cukup wow.

"Saya tidak lapar, Pak Juned. Hanya saja, batagor di tempat itu adalah favorit saya."

Tempat yang ditunjukan Jamelah adalah salah satu restoran besar bintang lima milik mediang Chef Bambang Sutejo, ayah kandung Junaedi yang sudah meninggal. Sekarang, lima restoran milik Bambang Sutejo, diambil alih oleh adiknya, Susi Sutejo, dan lima restoran lagi dikelola oleh Ambar Wijaya (istri Junaedi). Hal ini, karena anak laki-laki satu-satunya, yaitu Junaedi Sutejo tidak bisa diandalkan.

Namun, Susi sangat sibuk menjadi asisten konglomerat nomor satu, Sri Ningsih Madmirdja Direktur Perusahaan Gaje. Sehingga, dia memberi kesempatan kepada sepupu-sepupunya yang masih menganggur, untuk mengelola restoran-restoran tersebut. Termasuk restoran yang terletak di blok M.

Restoran yang dimaksud itu bernama R.M. BaKul, atau kepanjangan dari Rumah Makan Batagor Kulit. Menu spesial di sana adalah batagor kulit ayam dengan tiga macam toping yaitu, bumbu kacang, bumbu kecap, dan bumbu saus. Ketiga toping ini, tentunya bukan toping biasa. Sedikit aroma daun jeruk semerbak, ditambah rasa gurih bawang merah goreng, dan taburan irisan mentimun dadu, membuat batagor semakin nikmat. Inilah salah satu hal yang menjadikan para pengunjung ketagihan. Sebagai pelengkap, di sana juga tersedia lontong, nasi putih, nasi goreng telor, nasi kuning ayam, lalapan, kerupuk, wedang teh lemon hangat, es teh lemon, dan air mineral.

"Oh, Baiklah! Awasi mulai detik ini! Aku akan pergi ke restoran Blok M untuk makan malam. Setelah pulang nanti, aku akan membawakanmu tiga porsi batagor." Junaedi memberikan secarik kertas berisikan nomor teleponnya.

Jamelah pun menerima secarik kertas itu sebagai tanda setuju.

"Ehem!" Susi datang menyandarkan bahu sebelah kiri ke tembok. "Jadi pergi?"

"Jadi, Tante! Aku panggil kakek dulu." Junaedi beranjak pergi ke kamar tamu yang tinggal beberapa langkah lagi untuk memanggil sang kakek.

Setelah semua siap, mereka bertiga pergi mencari udara segar. Junaedi mengendarai mobil yang Susi bawa dari Jakarta, dan mereka meluncur ke Rumah Makan BaKul perempatan blok M.

Junaedi benar-benar penasaran dengan cita rasa makanan di sana. Rumah makan tersebut, kabarnya merupakan rumah makan terlaris dari kelima restoran yang di ambil alih oleh Susi. Rumah makan ini, dikelola oleh sorang gadis bernama Marina.

Marina juga termasuk keponakan Susi. Umurnya tiga tahun lebih muda dari Junaedi. Gadis itu tergolong yang paling rajin dari cicit-cicit Sutejo yang lain.

"Tante Susi! Kenapa tidak ada kabar kalau mau datang?" sambut Marina tergesa-gesa tampak sangat kerepotan. "Kalau Tante kabar-kabar dulu kan, saya bisa sisakan satu tempat."

Terlihat semua meja penuh dengan pelanggan. Tempat ini memang tidak pernah sepi. Marina sebagai manager yang ramah dan tegas bisa mengatur semua pegawainya dengan baik.

"Eh, nggak ada meja kosong ya .... kalau begitu, kami makan di bangku luar saja." Maksud Susi adalah bangku memanjang yang terletak di bawah pohon mangga samping parkiran motor.

"Jangan, Tante. Di luar dingin. Nanti Kakek masuk angin. Di ruangan saya saja tidak apa. Nanti saya ambilkan dua kursi lagi," ujar Marina begitu simpati kepada sang kakek.

"Nggak perlu repot-repot. Ruanganmu buat Kakek saja. Tante sama Junaedi agak kepanasan."

"Oh, ya sudah kalau begitu. Ngomong-ngomong, mau makan versi apa, Tante?"

"Samain aja tiga lontong batagor kuah kacang sama minum air putih!" jawab Susi.

"Siap, Tante!" Marina berbalik segera menyiapkan sajian.

Saat mereka sedang menunggu, tiba-tiba ponsel Junaedi bergetar.

Drrrrt!

Tampak di layar ponsel, nomor tak dikenal sedang menelpon.

"Siapa?" Tanya Susi.

Junaedi meninggikan kedua bahunya sembari menggelengkan kepala. Kemudian, dia mengangkat telepon tersebut.

"Halo, Pak Juned! Ini saya, Jamelah. Kakak-kakak Nyonya Ambar sudah datang, Pak."

Heh, akhirnya mereka tetap datang juga! Batin Junaedi. Tidak tau apa yang akan mereka lakukan di rumahnya. Tiba-tiba, muncul firasat buruk menjelajahi pikiran Junaedi.

"Pak Juned, Anda harus berhati-hati. Sepertinya, Nyonya Ambar dan saudara-saudaranya berencana ingin membunuh Anda," lanjut Jamelah seakan-akan itu adalah suatu jawaban dari firasat buruknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   50. Kemenangan

    "Ikut dengan kami, atau kami akan membunuh wanita ini!" ucap salah satu dari mereka yang membius Jamelah.Junaedi menggertak. "Sedikit saja kalian berani melukainya, aku akan membunuh kalian!""Hahaha!" Dua pria berpakaian serba hitam itu tertawa. "Pahami situasimu!" ujar salah satu dari mereka sembari mendorong kasar Junaedi. Mereka menuntunnya ke sebuah mobil Jeep hijau tua dengan tangan terikat. Mobil itu melaju cepat menuju ke sebuah tempat asing yang jarang sekali dijarah oleh orang-orang. Yaitu hutan kapuk. Tempat yang terkenal sangat angker, sehingga tidak ada seorang pun yang berani memasukinya di malam hari.Ternyata di dalam hutan tersebut terdapat rumah tua yang cukup megah. Pria berpakaian hitam itu menyeret Junaedi dari mobil memasuki rumah tua tersebut."Rumah ini ..." sekilas, Junaedi mengingat, bahwa rumah itu adalah tempat di mana ia pertama kali terbangun dari kematian, di sebuah peti kayu yang gelap dan pengap.Nyut ...Tiba-tiba timbul rasa nyeri di dada mengingat

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   49. Menjelang pagi

    Babak keempat pun usai dan lima peserta tereliminasi. Sisa lima peserta, yaitu Junaedi, Marsodi, Ade Wijaya, dan dua peserta lainnya. Setelah penyelidiakn, dua orang peserta yang lainnya itu terbukti melakukan kecurangan sehingga harus diiskualifikasi.Kecurangan mereka salah satunya adalah menuangkan tepung kanji pada adonan Marina saat babak kedua berlalngsung. Dan pada babak ketiga, menyembunyikan bahan utama kompetisi yaitu jengkol, dan hanya menyisakan jengkol-jengkol yang berlubang dan terdapat banyak ulat.Kini, pertandingan dengan sisa tiga peserta akan menjadi pertandingan terakhir di babak kelima sekaligus menentukan juara di antara mereka. Hal ini dikarenakan untuk menyingkat waktu. Sang direktur telah memahami situasi sekitar, dia menduga bahwa pertandingan kali ini akan terjadi kekacauan besar.Setelah sarapan, Junaedi dan Jamelah berniat pergi ke taman asrama untuk menikmati suasana udara yang sejuk. Namun, secara kebetulan, mereka menjumpai Marsodi dan istrinya yang tam

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   48. Babak keempat

    Salah satu pekerja di asrama yang bertanggung jawab dalam urusan alat-alat perdapuran, termasuk kompor dan gas. Baru saja membeli beberapa gas elpiji 3 kg untuk stok darurat di kantin.Namun tanpa disadari, ternyata gas-gas tersebut bocor. Bau asap gas menggempul menusuk hidung. Beberapa orang, segera mengecek gas gas tersebut dan membawanya ke tempat terbuka.Di tengah gemuruh kesibukan itu, Junaedi tanpa sengajaelihat ekspresi Ade Wijaya menampakkan senyum seringai seolah-olah, dia mengetahui sesuatu. Tiba-tiba ...Booom!Seseorang sengaja menggunakan percikan api untuk memicu ledakan gas, sehingga terjadilah ledakan demi ledakan. Tiga gas bocor yang masih tersisa dalam aula, meledak seketika membuat lima orang pekerja tewas, tiga orang luka parah, dan tujuh orang luka ringan.Tukijo selaku pemilik asrama telah mendapat informasi dari orang yang selalu mengawasi di balik layar CCTV, Teguh. Bahwasanya pelaku yang menimbulkan percikan api ikut tewas terkena ledakan tabung gas."Jelas-j

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   47. tabung gas

    "Jamelah!" Mata Junaedi membulat menatap gadis itu. Seketika suasana menjadi hening.Kemudian, Junaedi tersenyum simpul. "Saya dengan senang hati menikah dengan puteri Anda, Pak Tukijo! Anda bisa langsung merundingkan tanggal pernikahan kami, mumpung di sini ada tante saya sebagai wali.""Ehem. Apa kamu sudah benar-benar yakin? Saya pikir, kamu sempat ragu beberapa hari lalu," kata Tukijo."Tentu saja, saya sangat yakin.""Sekarang, dia bukan lagi gadis normal. Melainkan gadis cacat yang akan terus berada di atas kursi roda. Dan juga, dia sangat manja. Itu mungkin akan membebanimu!" ujar istri Tukijo ikut bersuara."Tidak masalah. Saya memiliki keahlian. Saya akan menyembuhkan kakinya. Dan dalam waktu tiga hari, saya menjamin putri Anda akan berjalan normal kembali," jawab Junaedi santai, tapi meyakinkan."Pffft!" Gadis yang berada di kursi roda itu tertawa.Tukijo berdiri dan menepuk pundak lelaki di hadapannya. "Haha. Kita akan mengadakan pesta usai kompetisi babak ketiga! Jadi, mul

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   46. Terungkap

    Pada malam hari ketika Junaedi tertidur pulas, dia bermimpi bertemu dengan roh si pemilik tubuh. Seolah-olah, roh itu tahu segala hal yang terjadi pada dirinya."Kau pasti tahu apa yang sedang kualami, kan?" ujar Junaedi padanya."Tentu saja! Itu sebabnya aku datang menemuimu.""Huh! Jadi, apa pendapatmu?""Menjauh dari keluarga direktur!""Apa! Itu ide yang bodoh!" Junaedi sedikit melangkah lebih dekat dengan roh pemilik tubuh. Ia menepuk-nepuk dadanya seraya berkata, "kau tau? Mereka adalah aset penting yang saat ini tersedia membantu dengan sukarela untuk bisa memecahkan masalah tentang ayahmu! Kau menyuruhku untuk menjauh? Itu ide yang sangat-sangat bodoh!""Keluarga direktur memiliki banyak sekali musuh. Aku mempertimbangkan itu. Aku khawatir, itu malah akan menjadikanmu mendapat banyak masalah jika kau bergabung dengan mereka.""Ckck. Itu bukan masalah besar, selama mereka bisa melatihku. Aku lihat, mereka adalah orang-orang yang sangat bisa diandalkan!" kata Junaedi.Sang pemili

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   45. Penyajian

    Waktu 50 menit pun berlalu. Penyajian dilakukan dengan cepat dan semua peserta benar-benar siap dengan hasil masakannya. Satu per satu, mereka dipanggil oleh juri, hingga datanglah giliran Ade Wijaya.Lelaki itu maju ke depan dengan percaya diri akan kemampuannya. Dia menyediakan sepiring urap teri kerupuk udang dengan bumbu urap tampak merah menggiurkan.Beberapa saat kemudian, kini gilirang Junaedi. Dia datang dengan membawa sepiring urap, tiga buah tempe bacem dan sepotong ikan asin. Selain tampilannya yang sangat menarik dan menggugah selera, tentu saja salah satu keunggulan dari masakan Junaedi yaitu tanpa bumbu penyedap instan apapun."Liar biasa! Ini adalah perpaduan rasa yang sempurna," ujar sang juri."Aku sudah mencoba beberapa masakannya. Daya pikat asli dari bumbu-bumbu yang ia racik adalah yang terbaik," kata Tukijo yang juga merupakan sebagai juri.Setelah usai mencicip masakan mereka, para juri kembali mengumpulkan mereka untuk berbaris di aula. Jumlah peserta yang tadi

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   44. Kompetisi dimulai

    Satu jam sebelum kompetisi. Para peserta berbaris tertib saling berhadapan. Kebetulan, Marina berhadapan dengan Marsodi, sedangkan Junaedi berhadapan dengan Ade Wijaya. Mata mereka saling menatap sengit memancarkan kebencian.Babak pertama dimulai. Tantangan pertama yaitu membuat kreasi urap. Para peserta harus mengambil bahan-bahan terlebih dahulu di Market Aula dengan kurun waktu 15 menit.Market Aula adalah pasar khusus dalam asrama, yang disediakan oleh direktur untuk kepentingan suatu acara. Baik acara kompetisi, maupun acara lainnya.Junaedi memilih sayuran tauge, kangkung, kacang panjang, bunga combrang, dan pepaya muda untuk urap. Dia juga mengambil tempe dan ikan asin, serta kelapa parut dan berbagai macam bumbu-bumbu yang diperlukan.Waktu pengambilan bahan pun selesai. Langkah selanjutnya adalah meracik dan memasak. Para juri memberi waktu 50 menit. Kemudian, untuk penyajian 10 menit.Acara ini, disiarkan secara langsung pada saluran televisi bernama TVGaje, jam tujuh pagi.

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   43. Rencana perjodohan

    Gadis itu menoleh. Wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup kain tebal yang melingkar di lehernya."Malam," sahutnya dengan suara sedikit serak."Hari sudah larut malam. Apakah ada sesuatu yang Anda butuhkan?" tanya Junaedi mencoba mendekatkan diri."Tidak ada. Hanya saja, aku terbangun kerena mendengar suara gaduh di sekitar sini!""Beberapa orang telah membereskannya. Saya pikir, keamanan di sini memang benar-benar terjamin.""Tidak perlu terlalu formal denganku. Aku bukan orang terhormat." Gadis itu mendorong kursi rodanya membelakangi Junaedi dan beranjak pergi.Junaedi mendekati gadis itu dan menawarkan diri untuk membantunya. "Ke mana kamu akan pergi?" tanya lelaki itu sembari memegang belakang kursi roda."Ruang isolasi lantai dua!" jawabnya singkat."Baiklah, Nona!" Junaedi pun mengantarkan gadis itu ke sana.Sepanjang kaki melangkah, mereka hanya terdiam tanpa sepatah kata pun. Suasana sangat canggung membuat Junaedi bingung, bagaimana ia harus memulai percakapan.Sesamp

  • Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia   42. Mimpi

    "Maafkan saya, Pak. Saya sendiri, merasa ada sesuatu ingatan yang hilang. Saya pernah dibunuh seseorang dan mengalami mati suri," ujar Junaedi memelankan suara, karena di sampingnya ada Marina."Oh! Astaga." Tukijo tampak terkejut. Matanya membulat dengan ekspresi bengong sesaat. Dia mulai mengerti, bahwa pemuda di hadapannya ini mungkin akan mengalami hal yang sama dengan ayahnya. "Huh!" Pria itu mendesah. Mengingat bahwa ia pernah menjalin hubungan baik dengan Bambang Sutejo, ia tidak bisa mengabaikan hal ini."Saya telah menyiapkan kamar asrama yang strategis untuk Anda. Beristirahatlah dengan tenang! Saya akan menjamin keamanan kalian berdua. Anda bisa menghubungi saya, jika ada keperluan," kata Tukijo. "Terima kasih, Pak! Tapi, saya rasa, tidakkah ini terlalu berlebihan, sampai Anda sendiri yang turun tangan hingga menjamin keamanan kami? Ah, maaf, bukanya saya menolak, tapi, perlakuan Anda terhadap saya, akan menimbulkan kesalahpahaman terhadap peserta lain," balas Junaedi."In

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status