Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 252. Pegunungan Abadi

Share

252. Pegunungan Abadi

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-06-12 16:20:16
Setelah meninggalkan kehangatan yang tersisa dari Desa Langit, Kevin dan Valkyrie melangkah ke dalam wilayah yang seolah tercabut dari dunia manusia—Pegunungan Abadi. Tak ada jejak kehidupan. Tak ada suara burung, desir angin, atau detak waktu. Yang ada hanyalah kesunyian yang mencekam dan suhu yang merosot drastis seperti disedot dari dalam tanah itu sendiri.

Udara di sana bukan sekadar dingin. Ia tajam. Setiap tarikan napas serasa mengiris paru-paru, menyusup ke tulang seperti jarum beku. Kabut kelabu menari di antara batu-batu runcing dan akar pohon tua yang mencuat seperti tangan makhluk mati yang tak bisa kembali tidur. Kabut itu bukan sembarang kabut—ia memiliki nyawa, dan yang lebih menakutkan … ia punya kehendak.

Gunung-gunung yang menjulang di sekitar mereka tampak seperti taring raksasa kuno, hitam dan kaku, seolah mengawasi dari zaman yang tak pernah tercatat dalam kitab sejarah manusia. Hutan di lerengnya begitu sunyi hingga suara langkah kaki mereka terdengar seperti dentu
Zhu Phi

Bab pertama hari ini ... Selamat beraktivitas. Bab Utama : 1/2. Bab Bonus Gems : 0/3. Bab Extra Author : 0/12 Belum sempat Author rilis ... mohon maaf.

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   516. Serangan Akhir Tak Terduga

    Tyraz berdiri tegak di tengah kepulan debu dan sisa kilatan listrik, dadanya naik-turun berat. Darah emas yang memancar dari luka di punggungnya mengalir deras, membasahi kain mantel yang sudah terkoyak. Setiap tetesnya jatuh ke tanah dengan suara aneh—seperti tetesan logam cair yang membakar batu.Namun alih-alih mengerang, ia justru tertawa.Tawa itu bukan suara manusia. Lebih mirip deru batu raksasa yang runtuh dari tebing, menghantam lembah, memantulkan gema yang membuat udara ikut bergetar.“Hebat…” katanya, suaranya berat seperti gong besar yang dipukul sekali. “Sama hebatnya… dengan harapan terakhir yang pernah kubunuh.”Kevin menyipitkan mata, merasakan setiap kata itu menusuk lebih dalam daripada seribu pedang. Tapi ia tetap berdiri, walau napasnya tersengal dan darah mulai membasahi pinggir bibirnya.Tyraz menarik napas panjang. Gerakannya lambat, tapi di balik itu ada tekanan kekuatan yang membuat tanah di sekitarnya retak. Ia mengangkat kedua tangannya ke arah langit. Awan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   515. Melawan Tyraz - III

    Bola itu meledak, memuntahkan badai petir ke segala arah, mengoyak cincin Divine Tempest seperti kertas tipis. Getaran ledakannya mengguncang langit, menciptakan awan asap kelabu pekat yang naik menembus atmosfer spiritual.Angin bertiup liar. Batu-batu terangkat lalu runtuh. Aroma ozon bercampur abu dan darah menyengat seperti logam panas.Di tengah kabut kelabu itu, hanya satu hal yang terlihat—Bayangan pedang yang sangat tajam.Melesat cepat. Lebih cepat dari tatapan mata.Pedang itu menembus kabut, terjun langsung ke arah dada Tyraz seperti sambaran malaikat pemberontak.BRAKKKK!!Tyraz terpaku di tempat. Dadanya terguncang. Untuk pertama kalinya, tubuh sang Grand Master bergerak bukan karena kehendaknya, tapi karena guncangan yang berhasil menembus perisai surgawi-nya.Ia menatap ke bawah.Pakaian emasnya terbelah.Darah tipis mengalir dari luka kecil di dada kirinya. Tak dalam, tapi cukup untuk membungkam langit.Matanya kembali menatap Kevin, yang kini berdiri dengan nafas ber

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   514. Melawan Tyraz - II

    Topan energi menggila di atas reruntuhan dunia. Langit tak lagi sebiru langit; ia menjadi pusaran petir surgawi, membentuk taring-taring cahaya yang saling menyambar, mengiris udara dengan gemuruh yang memekakkan.Di pusat segala kekacauan itu, dua makhluk berdiri—seolah dunia hanya menyediakan ruang bagi mereka berdua.Kevin Drakenis. Tubuhnya diselimuti kabut petir ungu dan biru tua, seolah-olah aura dua dimensi telah saling bersilang di dalam dirinya. Setiap helaan napasnya memunculkan percikan, dan tanah di bawah kakinya meleleh perlahan, tak sanggup menahan tekanan qi yang mengalir deras dari pori-porinya.Di hadapannya, berdiri Tyraz, sang Grand Master dari Sekte Petir Langit. Sosok agung yang tubuhnya memantulkan kilau emas dari dalam, matanya seperti retakan bintang kuno yang menyala dalam kemarahan abadi. Jubahnya tak berkibar, sebab angin pun takut menyentuhnya.Keduanya diam. Namun angin berdesir kencang menerpa keduanya.Kevin menggigit batang rokok hitam yang menggantung

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   513. Melawan Tyraz

    Ledakan pertama tidak datang dari tanah terlarang. Tapi dari langit.Petir surgawi sebesar menara jagal melesat turun, menghantam tanah tempat Kevin berdiri. Suaranya memekakkan telinga, membelah udara seperti sabetan dewa murka. Tapi tepat sebelum dentuman itu menyentuh kulitnya, tubuh Kevin sudah menghilang—hanya menyisakan bayangan hitam yang mengepul seperti kabut asap.Ia bergerak seperti bayangan yang dibebaskan dari tubuh.Dalam satu tarikan napas, Kevin sudah berada di belakang Tyraz. Kakinya menendang bahu sang Grand Master dengan kekuatan penuh, menciptakan ledakan kecil di titik kontak. Namun tubuh Tyraz hanya bergeser sedikit, tak lebih dari sehelai daun tersentuh angin.“Lambat,” ucap Tyraz datar, suaranya tak lebih keras dari gumaman, tapi cukup untuk membuat udara di sekitarnya bergetar.Lalu—petir surgawi meledak dari tubuh Tyraz.Gelombang energi membentuk bola raksasa yang meluas seperti matahari mini, menyapu segala yang hidup dalam radius lima puluh meter. Tanah mel

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   512. Grand Master Tyraz

    Langit di atas Kota Surgawi bukan lagi kubah damai tempat para kultivator bermeditasi atau para tetua bersidang dengan tenang. Malam itu, langit menghitam, lalu berubah menjadi pusaran badai keunguan yang mengamuk liar—berputar-putar seperti murka langit yang kehilangan kendali. Kilat menyambar tanpa pola, memecah udara dengan letupan mengerikan, seperti taring naga yang menggigit dunia.Tanah di bawahnya pun tak kalah murka. Tanah Terlarang, yang dulunya sunyi dan penuh aura leluhur, kini bergetar hebat. Getaran itu bukan karena gempa—melainkan akibat dari pertarungan sebelumnya, pertarungan yang mengguncang dimensi spiritual.Dan di pusat kehancuran itu, berdiri satu sosok.Kevin Drakenis.Tubuhnya compang-camping, berdarah. Jubah hitamnya robek seperti kulit ular setelah bertempur dengan takdir. Dari pelipisnya mengalir darah hangat yang perlahan menetes ke batu, menyatu dengan merah dari tubuh-tubuh lain yang telah tumbang. Di sekelilingnya, Lima Petir Iblis terbujur kaku, tak bern

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   511. Menghancurkan Lima Petir Iblis

    Tapi belum sempat Kevin bernapas, Mordrek muncul dan menyerap seluruh petir Kevin ke tubuhnya. Rune di tubuh pria itu menyala gila."Terima kasih atas kekuatanmu, Drakenis. Sekarang rasakan balasannya."Kevin terhempas puluhan meter saat tembakan balik petir menghantamnya. Separuh jubahnya hangus, kulit dadanya mengelupas.Namun, ia tertawa."Heh... gila juga kamu... Tapi aku lebih gila."Darah menetes dari pelipis Kevin Drakenis, mengalir perlahan menuruni garis rahangnya, menyusup ke sudut bibir, lalu jatuh membasahi kerah jubahnya yang koyak. Hembusan angin membawa aroma besi yang pekat, bercampur dengan asap tipis yang berasal dari luka bakar di tubuhnya. Di antara gempuran badai petir yang mulai mereda dan puing-puing medan perang yang berserakan, ia berdiri tegak—gontai namun tak terkalahkan.Tangannya yang satu menggenggam erat Pedang Naga Petir yang kini bergetar pelan, seolah ikut menahan amarah tuannya. Tangan lainnya, meski bergetar karena nyeri dan kelelahan, menyelip ke ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status