Masuk"Cuman ini yang bisa aku lacak." Mereka sedang berkumpul di meja makan saat Raka turun sambil menyerahkan tumpukan kertas yang dia jepit diatas papan dada.
Zee pikir berkas pekerjaan ilegal keluarga Theodora yang tidak diketahui oleh Tedi akan banyak. Nyatanya kurang dari lima puluh lembar. Sungguh tidak bisa diharapkan untuk langsung dipakai melawan kekuasaan Tedi. "Apa... Enggak sesuai ekspetasi Kak Zee?" Raka mulai bergabung menyantap makan malam miliknya. "Aku jamin! Ini paling akurat. Kak Zee mau cari dimanapun enggak akan seakurat yang aku temukan ini." Lanjutnya lagi disela-sela mengunyah. "Kenapa bisa begtu?" "Karena Tuan sudah menghapus dan mengganti sebagian besar kepemilikan Tuan Besar menjadi miliknya. Tidak ada yang tersisa untuk Tuan Muda akuisisi." Raka menggelengkan kepala hampir tidak percaya dengan yang ditemukannya. "Wah... Aku pikir selama ini Tuan memang anak kandung dari Tuan besar." "Maksud kamu?" Tanya Zee pada Genta yang mulai memperhatikan Raka. Sepertinya mereka berdua tidak tahu cerita lengkap tentang keluarga inti Theodora. "Sepertinya kalau aku yang ngomong, kalian enggak akan percaya. Gimana kalau Kak Eva aja?" Usul Raka sambil menyendokkan nasi ke mulutnya lagi. Seperti kebiasaan semua mata langsung tertuju pada Eva. "Tuan adalah menantu Tuan Besar. Sama seperti kalian. Dia adalah anak yang diselamatkan dari peperangan antar anggota mafia." "Apa Kakek hanya memiliki Ibu sebagai keturunannya?" "Nyonya merupakan anak bungsu keluarga Theodora. Sebelumnya Tuan besar memiliki empat putra dan satu putri." Eva yang sudah tahu langsung mengambil remote smart tv disana. "Semua putranya sudah mati dibantai habis. Tersisa hanya Nyonya, karena beliau terlebih dahulu dipindahkan ke negara ini sejak umur sepuluh tahun bersama istri Tuan Besar." Layar tv itu sekarang sudah menunjukan bagan dari keluarga Theodora. "Sebelum menjadi menantu, Tuan adalah tangan kanan Tuan Besar. Beliau sangat menyayanginya." Tentunya dalam hal ini Tedi adalah sebagai tangan kanan Gio dalam mengelola bisnis legalnya. "Jadi ketika Nyonya memberitahu keinginannya untuk menikah dengan Tuan. Tuan Besar tidak terlalu mempermasalahkannya." Sekarang pointer menuju pada foto keturunan sah keluarga Theodora. "Anthea Theodora, adalah putri kandung mereka?" Zee memang belum melakukan riset mendalam tentang hubungan Thea dengan keluarga Theodora. Dia cukup berpuas diri saat mengetahui bahwa dirinya dan Thea tidak memiliki hubungan darah. "Betul Tuan Muda. Nyonya hampir tidak bisa memiliki keturunan, karena ada kangker dalam rahimnya." Zee terlihat lelah. Terlalu banyak informasi yang dia serap hari ini. Kepalanya juga mulai pusing. "Tapi Nona membawa keberuntungan. Nona bisa sehat hingga saat dilahirkan. Maka dari itu setelah operasi sesar. Rahim Nyonya ikut diangkat." Genta langsung menyadari perubahan raut wajah Zee, dia mulai khawatir. Sesungguhnya Zee masih dalam masa pemulihan. Tapi dia ngotot ingin segera bertindak. "Sebaiknya Tuan Muda istirahat dan jangan lupa untuk minum obat." "Ide bagus Genta. Kalau begitu aku pergi ke kamar dulu." Malah Raka yang bersemangat dan dia orang paling pertama yang meninggalkan ruang makan. *** Dari dalam lemari Zee masih bisa melihat situasi ruang kamar. Para pria bersenjata itu datang dan membombardirkan peluru ke segala arah. Zee ingin teriak tapi suaranya tidak keluar sama sekali. Hanya keringat dingin yang terus membasahi pelipis kepalanya. Salah satu dari mereka mencoba mendekati lemari tempat Zee bersembunyi. Tidak! Zee harus tetap bersembunyi disini sesuai perintah Mommy. "Tuan Muda!" Panggilan Eva membuat Zee terbangun. 'Hah! Aku memimpikannya lagi?' Rasa takut itu dan keringat dingin yang membasahi wajahnya semua nyata. Zee menyeka keringat itu dan mengambil segelas air yang berada diatas nakas. "Anda tidak apa-apa?" Eva langsung mendekat ke tepi tempat tidur Zee. "Kak Zee berteriak cukup kencang." Raka menunjukan raut cemasnya. "Kami semua jadi khawatir. Apa yang Tuan Muda rasakan. Ada yang tidak aku ketahui?" Genta mulai memeriksa denyut nadi dan jantung Zee secepat dokter profesional. Zee juga tidak pernah menanyakan apakah Eva dan juga Genta memang memiliki sertifikat lulusan kedokteran atau mereka terbiasa terlatih menghadapi situasi macam ini. Situasi apapun yang dialami keluarga Theodora dan tidak boleh diketahui publik. "Awalnya aku pikir itu hanya mimpi buruk." Zee memutuskan untuk menceritakan apa yang selalu mengganggunya. "Lalu mimpi itu, terasa sangat jelas. Seperti aku terus mengulang kejadian dan kengerian itu." "Ini akibat kepala Tuan Muda sering terbentur saat dalam pelatihan. Memori yang sudah lama hilang bisa muncul secara perlahan-lahan." Jelas Genta. "Apa itu mengganggu anda? Jika iya, saya akan meminta resep penenang untuk anda." Saran Eva. "Untuk sementara tidak perlu. Maaf jika nanti aku tetap mengganggu kalian dengan teriakanku pada tengah malam." "Bukan mengganggu sih Kak Zee. Kita yang khawatir kalau Kak Zee kurang istirahat bisa mempengaruhi pemulihan." Benar apa yang dituturkan Raka. Zee melirik nakas yang tidak jauh dari tempat tidurku. Hampir semua permukaan tertutupi oleh botol obat yang berjejer. Zee sudah lelah meminum mereka. "Apa mau saya buatkan janji dengan psikiater?" Genta mulai mengecek ponselnya. "Tidak, untuk saat ini aku malah ingin mengurangi interaksi dengan orang-orang selain kalian." "Aku tidak tahu bagaimana reaksi Ayah, kalau tahu aku masih hidup." Semuanya terdiam, setuju dengan apa yang Zee ucapkan. "Sebaiknya kalian kembali ke kamar masing-masing." Mereka pun langsung mengikuti saran dari Zee, terlebih agar Zee juga segera kembali beristirahat."Bagaskara.""Hm! Kakek merasa kurang setuju dengan keluarga itu, selain karena Tedi terlalu banyak memiliki kerja sama dengan mereka aku tidak yakin semua itu kerja sama bisnis biasa. Pasti mereka mempunyai rencana yang tidak ketahui.""Aku juga berpikir demikian, apalagi beberapa kali mendapati Thea seperti diabaikan oleh suaminya.""Zee, cari tahu semua kabar terbaru serta keadaan rumah tangga Thea, biarkan Raka melakukan semuanya. Aku memberikan otoritas penuh, jika dia membutuhkan sesuatu segera fasilitasi dengan kualitas yang terbaik." Zee sudah memantapkan diri agar tidak bertindak sembrono lagi, menuruti kehendak kakeknya. Namun perasaannya pada Thea memang tidak pernah padam mendengar hal ini saja sudah membuat Zee sangat senang. Hatinya yang sempat kosong kini kembali membara dan terbakar menjadi semangat "Jika dia tidak bahagia dengan pernikahannya, kamu harus kembali membawa Thea. Kita berdua masih sanggup memberikan bahkan lebih dari sanggup untuk memenuhi kebutuhan Thea
"Jangan dibukan Kek, besok saja kita berbicaranya. Aku melihat Kakek sudah sadar saja sangat senang dan cukup puas. Pelan-pelan saja aku masih bisa menunggu." Zee menahan Georgio yang hendak melepaskan selang oksigen yang menutup mulut dan hidungnya. Georgio juga menurut saja apa yang dikatakan Zee saat melihat Eva mengangguk menyetujui apa yang disarankan oleh Zee. Sebagai gantinya Georgio mengelus rambut Zee kemudian turun ke wajahnya, sudah berapa tahun dia tidak bertemu dengan salah satu cucu kesayangannya ini. "Kakek maafkan. Aku yang salah, enggak tahu diri dan wajib dihukum oleh keluarga Theodora. Kalian sudah melimpahkan harta dan kebahagian yang sangat banyak padaku. Aku dengan disengaja merusak masa depan yang sudah cerah dan jelas berada dalam genggamanku." Jika Georgio tidak menepuk-nepuk punggung tangan Zee untuk berhenti, mungkin Zee seharian akan menyalahkan dirinya didepan Georgio. "Aku sudah menyadari kesalahanku dan aku sedang melakukan perbaikan untuk kedepannya dem
"Semuanya berjalan dengan baik." Itu kalimat pertama saat Eva bertemu dengan Rafli di teras rumah. Eva mengangguk dan setelahnya Rafli memilih untuk meninggalkan orang-orang yang menyambut kedatangan mereka. Beberapa anggota lain yang tidak suka melihat kelakuan Rafli dan hendak mencegahnya pergi begitu saja, namun Eva memberi isyarat untuk membiarkan Rafli. Fokus mereka sekarang harus tertuju pada Zee yang sedang mengelurkan Georgio dibantu dengan anggota yang lainnya. Genta dan Eva segera cekatan membawa Georgio kedalam kamar yang sudah disiapkan dan si sulap tidak kalah dengan kamar rawat kelas VVIP . Segala macam peralatan yang dibutuhkan sudah ada disana. Zee tidak menganggu lagi dan memilih menunggu dengan jarak saat Eva dan Genta yang sedang melakukan pemeriksaan terhadap Georgio, mengecek detak jantung, pupil mata serta mulai memasangkan alat-alat itu pada tubuh Georgio. Barulah setelah semua selesai Eva dan Genta mendekat pada Zee untuk melaporkan kondisi Georgio. "Apa kondi
Keberadaan Zee saat ini sangat berbahaya. Karena sudah ada pihak yang berani memata-matai mereka. Cepat atau lambat Tedi akan segera mengetahui bahwa Zee masih hidup. Mereka putuskan untuk segera membereskan misi kali ini. Rencananya, Raka akan berpura-pura menjadi pasien, dan berbaur dengan antrian pasien di ruang tunggu. Itu lebih memudahkan dirinya memantau pergerakan kami dan juga cctv sekitar. "Kamera CCTV lorong A dan E sudah aku aturkan. Rafli kamu bisa bergerak sekarang." ucap Raka dalam interkom yang mereka pasang masing-masing sebagai tanda komunikasi. "Baik, aku mengerti." Kemudian Rafli mulai bergerak, sebelumnya sudah memantau bahwa tidak sembarangan dokter yang bisa masuk kedalam ruangan itu. Langkah pertama, dia akan menyamar menjadi cleaning service dengan menggunakan hal tersebut dia bisa memasuki akses ruang ganti dan mencuri ID Card dokter yang ditargetkan dan Raka membantu dengan melihat jadwal dokter tersebut sebelumnya. Misi sudah di mulai setengah jam yang lal
Mereka akhirnya tertidur di gang sempit itu semalaman. Orang yang pertama bangun sepertinya Raka, sebab ketika Zee membuka mata, dia melihatnya sudah berkutat dengan laptop dan ponsel. Sementara Rafli masih tidur lelap di kursi pengemudi. Mungkin dia lelah mengemudi semalaman. Zee kebingungan tidak bisa keluar dari mobil saja, karena gang ini benar-benar pas dengan body mobil. Sangat sulit untuk membuka pintunya saja barang sedikit. Sekarang yang bisa dilakukan Zee hanya menunggu Rafli bangun. Tidak mau juga dirinya membangunkan Rafli secara paksa juga. Zee mencoba mengecek takut kalau Eva tidak mendapatkan perkembangan kabar dari misi ini. Namun ponselnya yang ternyata mati kehabisan batreai. Gerak-gerik Zee membuat fokus Raka menjadi buyar, dia bisa melihat Zee mulai tidak nyaman berada di kursi belakang lewat kaca spion tengah. “Tuan muda sudah bangun?” Suara Raka membuat Rafli jadi terbangun. Dia merenggangkan tubuhnya sejenak untuk kemudian ikut menengok kearah belakang. “Po
"Bisa jadi, karena kalian berdua mengintai rumah itu. Mungkin kalian juga enggak sadar sedang diperhatikan juga." "Sikap kami masih terlihat wajar dan kami rasa enggak terlalu lama berada disana." "Tetap saja, mereka bukan keluarga konglomerat biasa, sehingga pergerakan sekecil apapun bisa menjadi perhatian mereka.” Zee teridam, dalam hati membenarkan dari penjelasan dari Raka dan merenungkan sikap gegabahnya. Apa yang ditakutkan dan peringatan Rafli yang dianggap sepele oleh Zee menuai hasil yang sangat cepat. Rafli sempat melihat kearah Zee namun tidak merespon apapun. Dia cukup puas tuan mudanya akan belajar dari kesalahan. Risiko dari masalah ini masih bisa diatasi.“Itu sudah berlalu, sekarang kita harus pergi dari hotel ini. Keberadaan kita sudah ketahuan pihak luar. Tidak menutup kemungkinan keluarga Theodora juga lambat laun akan tahu.” Raka dan Zee saling menatap, menit berikutnya mereka berpencar langsung mengemasi barang bawaan masing-masing. 10 menit kemudian, mereka be




![MY CEO [Hate And Love]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)


