Share

Bab 6. Akibat Dari Mengganggu Istriku

"P-pak Danu?" Alana terkejut, tak menyangka jika seseorang yang memiliki jabatan seperti Danu malah membantunya.

"Siapa kamu? Berani sekali membuat keributan disini!" bentak Danu yang melampiaskan semua amarahnya pada Robi.

Robi sejak tadi hanya melongo, ia bingung harus mengatakan apa karena tahu jika seseorang yang bernama Danu adalah asisten dari orang nomor satu di Astira Corp. Hingga terpikir olehnya sebuah ide untuk mengkambing hitamkan Alana.

"Saya tidak membuat keributan apa pun, Pak! Tapi perempuan inilah yang berusaha menggoda saya. Demi wajah perusahaan, saya pun berusaha menolaknya baik-baik, tapi dia tetap memaksa. Maka terjadilah keributan kecil tadi," terang Robi berusaha meyakinkan Danu dengan kebohongannya.

"Bohong! Saya sama sekali tak pernah menggodanya!" sanggah Alana, tak terima.

"Saya memiliki saksi, Pak!" sahut Robi.

"Benar, Pak Danu. Perempuan ini yang menggoda Pak Robi terlebih dahulu," bela salah seorang bawahan Robi.

"Saya juga melihat jika perempuan itu yang berusaha menempel pada rekan saya, Robi," ucap salah seorang teman Robi.

Merasa telah di kambing hitamkan, air mata Alana menetes dengan sendirinya. Padahal ia sudah berusaha untuk menahannya. Namun, berada di posisi terpojokan dan seorang diri bukanlah hal mudah bagi Alana yang hanya berstatus seorang calon karyawan.

Sedang di sisi lain, Evan yang sedang mengintip Alana pun sudah dipenuhi dengan amarah. Ia mengepalkan tangan sekuat tenaga, hingga menyisakan bekas kuku di telapak tangannya.

Sudah tak tahan lagi, Evan pun menelepon Danu.

Dengan perasaan gelisah dan ketakutan, Danu pun segera mengangkatnya.

"H-halo, P-pak!" Danu terbata-bata.

"Panggil Robi ke ruanganku, sekarang!" bentak Evan, yang dari suaranya saja sudah terdengar betap marahnya dia.

"B-baik, Pak!" sahut Danu.

Danu kemudian menghirup napas sejenak, ia berusaha menenangkan diri agar emosinya tak memuncak.

"Direktur memintamu untuk datang ke ruangannya sekarang juga. Kau tahu kan ruanganya? Aku akan mengurus perempuan ini dulu," ucap Danu pada Robi.

"Baik, saya tahu ruangannya, Pak. Terima kasih karena sudah mempercayai saya," ucap Robi penuh percaya diri.

Robi yang merasa menang pun kemudian berjalan melewati Alana sambil berbisik. "Makanya, jangan main-main denganku."

Saat Robi sudah tak terlihat, Danu meminta Alana untuk duduk sebentar di sofa yang berada di lobi.

"Tenang saja, saya tahu semuanya, kok," ucap Danu, berusaha menenangkan Alana agar istri bosnya itu tak murung sampai rumah.

"Terima kasih, Pak. Saya pikir, tak ada yang akan membela saya," sahut Alana mengusap air mata.

Danu gelisah, ia ketakutan sendiri saat melihat air mata Alana.

"I-itu, jangan menangis! Besok kan sudah mulai bekerja. Bagaimana kalau kamu menyiapkan keperluan kerja saja?" bujuk Danu, "ini ada uang yang memang khusus disediakan untuk keperluan karyawan, pakailah untuk keperluan bekerja besok," Danu memberikan sebuah amplop coklat.

"Terima kasih, atas bantuannya, Pak! Kalau begitu, saya pamit dulu," ucap Alana yang tak tahu jika uang itu hanyalah akal-akalan Danu untuk membuatnya berhenti menangis.

Alana pun keluar dari gedung dengan senyum ceria. Danu pun kini merasa lega.

Disisi lain, Evan yang sedang mengintip pun buru-buru kembali ke ruangannya. Kepalanya panas, dadanya sesak. Ia sudah tak sabar ingin memberi pelajaran pada Robi.

Saat Evan sampai di ruangannya, tak berselang lama Robi pun datang dengan rekan dan anak buahnya.

"Permisi... saya Robi, manager dari cabang Astira Corp. Pak Danu mengatakan jika Direktur meminta saya kemari," ucap Robi sambil mengetuk pintu.

"Ya… kalian semua, masuklah! " jawab Evan, ketus.

"Terima kasih, Direktur!" Robi merasa bangga.

Robi membuka pintu perlahan dan kemudian masuk. Evan sengaja duduk membelakangi arah pintu karena ingin memberi kejutan pada orang yang sudah membuat emosinya meledak-ledak.

"Kamu tahu kenapa aku memanggilmu kemari?" Evan masih berusaha menahan emosinya.

"Mungkin Direktur ingin berterima kasih karena saya telah bekerja keras membangkitkan kantor cabang." Lagi-lagi Robi percaya diri.

"Salah! Alasannya, karena kamu telah mengganggu istriku!" Evan memutar kursinya, kini mereka berdua pun saling bertatapan.

"K-kamu! Apa yang kamu lakukan disini? Kamu pasti sedang melakukan trik dan berusaha menyamar untuk menjatuhkanku, kan!" bentak Robi.

Sejak awal Robi memang tak pernah bertemu dengan atasannya tersebut. Sedangkan rekannya yang saat ini turut masuk, sangat tahu, jika pria yang kini berada di hadapan mereka adalah Evanders Lucio, Presiden Direktur dari Astira Corp.

"Robi, kamu sangat bodoh! Dia itu memang Pak Evanders. Kamu benar-benar sudah menggali kuburanmu sendiri," bisik teman Robi.

Mendengar penjelasan temannya itu, Robi menjadi gelisah dan cemas. Ia masih tak mengerti, mengapa suami miskin Alana ternyata adalah seorang Presiden Direktur.

"Masih belum percaya jika aku adalah laki-laki miskin yang waktu itu menghajarmu?"

"I-itu… " Robi langsung berlutut di depan Evan. "Tolong maafkan saya! Saya tidak tahu kalau Alana adalah istri dari Direktur." Robi memohon dengan wajah memelas, berharap jika Direkturnya itu mau memaafkan.

Di tengah keadaan tegang, Danu pun masuk ruangan. Ia sedikit kasihan melihat Robi harus sampai berlutut seperti itu. Namun, salahnya sendiri, berani-beraninya mengganggu perempuan yang sangat dicintai bosnya itu.

"Danu… periksa dokumen ini!" perintah Evan.

"Baik, Pak!"

Danu pun mengambil dokumen yang Evan taruh di meja. Ia mulai membacanya satu persatu.

Mendengar ucapan Danu, Robi dan rekannya menjadi gelisah,

"Ini… apa Anda yakin akan melakukannya?" tanya Danu, terkejut setengah mati.

Komen (12)
goodnovel comment avatar
Kiara
seru... bakal lanjut baca terus
goodnovel comment avatar
Suma
bagus ceritanya bikin kita terharu
goodnovel comment avatar
Sabar Rahayu
ferry ferry good 
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status