Rachel menatap Daniel dengan tatapan tidak mengerti dari apa yang baru saja Daniel katakan.“Bawa pergi? Kamu mau ke mana?” Tanya Rachel. Daniel melepaskan pelukkannya dan memegang kedua tangan Rachel dengan erat.“Aku sudah mendapatkan rumah baru untuk Ibu Maria dan adik-adik. Kami akan tinggal di sana mulai malam ini,” jelas Daniel dan mengejutkan Rachel. Ada tatapan haru dan senang sekaligus khawatir.“Tapi, bagaimana bisa? Apa kau mendapatkan pekerjaan yang bagus? Sampai memberikan tempat tinggal?”“Ya begitulah, aku tidak akan merepotkanmu dan orang tuamu lagi. Terimakasih karena sudah mau menampung kami semua,” ucap Daniel.Maria yang ada di sana tak sengaja mendengar ucapan Daniel.“Daniel apa yang kau katakan itu semua benar?” Tanya Maria dan berjalan menghampiri Daniel.“Itu benar Bu, kita akan tinggal di rumah yang baru. Adik-adik juga akan mulai sekolah lagi,” ucap Daniel dan memeluk Maria dengan erat. Maria pun membalas pelukkan Daniel dan tersenyum bahagia.“Syukurlah.
Seorang suster masuk ke dalam ruang rawat Daniel dan memberitahu tentang hasil pemeriksaan yang sudah selesai. Daniel mengikuti langkah suster itu untuk menemui sang dokter. Di ruangan dokter ada Jonathan yang sudah datang sejak tadi. Daniel pun duduk di samping Jonathan untuk mendengarkan penjelasan dokter. “Baik ini adalah hasil dari pemeriksaan kesehatan keseluruhannya, untuk tes MRI otak syukurnya semua terlihat baik dan tidak ada gangguan apa pun. Kondisi dari tes kesehatan jantung, ginjal dan hati serta paru-paru juga bagus. Daniel tidak merokok ya?” Tanya dokter. “Ya, Aku tidak punya uang untuk dibakar,” ucap Daniel dan membuat sang dokter tersenyum. “Itu bagus, meski pun nanti ada uang yang bisa dibakar sebaiknya menghindari rokok. Karena itu sangat berbahaya untuk kesehatan di masa yang akan datang. Hanya saja Daniel ini mengalami tekanan darah yang rendah. Gula dalam darahnya pun di bawah angka aman meski pun tidak parah masih bisa diobati dengan obat dan makanan yang
Jonathan terkejut mendengar ucapan Daniel. Ia sudah mengira Daniel akan mencarinya di saat sudah terdesak. Tapi ia tak berpikir akan secepat ini.“Apa … kau serius?”“Kau anggap aku sedang bercanda?”“Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak ingin jika suatu hari nanti kau mengurungkan kembali ucapanmu dan berpikir untuk berhenti.”“Aku tidak bisa berhenti, sekali pun aku mau. Aku sudah tidak punya jalan untuk kembali. Jadi, apa yang kau ucapkan semuanya benar?” Tanya Daniel.Jonathan mengambil sebuah berkas dari dalam tasnya dan memberikannya pada Daniel.“Aku sudah memeriksa semuanya, kapan kau bertemu dengan Ibu panti asuhanmu bahkan foto pertama kau ditemukan. Sama persis dengan foto yang ditinggalkan mendiang ibu kandungmu. Meksi pun begitu, kami harus membuktikan dengan satu kali tes DNA,” ucap Jonathan dan membuat Daniel terkejut.“Jadi, maksudmu kalau aku menjalani tes DNA itu, dan ternyata tidak cocok. Kau akan membuangku begitu saja? Wah apaan ini, kau pikir aku mudah dipermain
Daniel bekerja di sebuah gedung yang sedang di bangun. Ia beruntung karena mendapatkan pekerjaan sebagai buruh tukang bangunan meski dibayar harian. Sepanjang hari Daniel bekerja untuk bisa menghasilkan uang yang tidak seberapa itu. Di saat jam istirahat, Daniel yang tidak memiliki uang hanya meminum air putih yang disediakan di sana. Sementara yang lain memakan bekal mereka masing-masing. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri Daniel dan memberikan sepotong roti. "Makanlah, kau bisa sakit jika hanya minum air putih saja," ucap pria yang sudah berumur setengah abad itu. "Tidak usah, terimakasih," tolak Daniel merasa tidak enak. Pria itu menarik tangan Daniel dan menaruh rotinya di dalam tangan Daniel. "Jangan menolak, jika kau sakit pekerjaan yang lain semakin berat dan selesai lebih lama. Aku tahu mereka sangat pelit hingga tak memberikan makan siang dan hanya air minum saja. Tapi, jika kita protes upah kita akan dipotong dengan dalih sebagai uang makan. Aku sudah menjadi buruh
Kini mereka semua berada di rumah Rachel. Orang tua Rachel menyambut semuanya dengan baik. Meski pun wajah ayah Rachel tampak tidak suka. Tapi mereka tidak bisa menolak kedatangan mereka saat Rachel memohon. Maria sedang merawat Bella di kamar Rachel. Tiga anak perempuan lainnya, Luna, Rose, dan Kayla tidur di kamar Rachel. Sementara, Sammy, Bryan, Adam, Lucky, Hans, Petter dan Daniel tidur di kamar ketiga yang tidak terpakai. Mereka sudah tertidur lelap Karena kelelahan. Daniel yang tidak bisa tidur keluar dari kamar dan mencoba mencari udara segar. Tak sengaja ia mendengar suara Rachel yang sedang berbincang di kamar orang tuanya. "Sampai kapan mereka akan tinggal di sini? Rachel ibu dan ayah menerima mereka karena kasihan. Terlebih anak yang paling kecil sedang sakit, Tapi, kita tidak bisa menampung mereka selamanya. Apa yang akan orang-orang katakan kalau mereka mengetahui hal ini?" ucap Ibu yang lebih mencemaskan apa yang dikatakan orang lain meski pun kasihan dan iba. "Aya
Daniel merenung tentang semua yang terjadi padanya hari ini. Ia merasa hidupnya mulai berada di titik paling rendah. Daniel teringat bagaimana para preman dan anak buah Brams datang untuk merobohkan rumah panti. Rumah tempatnya bertumbuh besar, rumah yang mempertemukan dirinya yang masih berusia sepuluh tahun dengan Maria. Banyak kenangan yang terjadi di panti itu, Maria yang begitu lembut dan penuh kasih sayang menjadikannya anak yang tumbuh dengan baik. Meski tak bisa memberikan yang terbaik, tapi Daniel sangat bersyukur bisa bertemu dengan Maria. Daniel mengepalkan tangannya, matanya memerah menahan emosi. Ia mencoba untuk bersabar dan menatap adik-adiknya yang sangat kelaparan dan menyantap roti yang ia belikan dengan lahap. Jika bukan untuk melindungi adik-adiknya, mungkin Daniel akan membalas para preman itu dan tak perduli jika harus berakhir di penjara. Daniel yang sangat emosi itu memejamkan matanya. Meredupkan emosi dan kemarahan yang membuatnya tak bisa berpikir untuk