Jonathan terkejut mendengar ucapan Daniel. Ia sudah mengira Daniel akan mencarinya di saat sudah terdesak. Tapi ia tak berpikir akan secepat ini.
“Apa … kau serius?” “Kau anggap aku sedang bercanda?” “Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak ingin jika suatu hari nanti kau mengurungkan kembali ucapanmu dan berpikir untuk berhenti.” “Aku tidak bisa berhenti, sekali pun aku mau. Aku sudah tidak punya jalan untuk kembali. Jadi, apa yang kau ucapkan semuanya benar?” Tanya Daniel. Jonathan mengambil sebuah berkas dari dalam tasnya dan memberikannya pada Daniel. “Aku sudah memeriksa semuanya, kapan kau bertemu dengan Ibu panti asuhanmu bahkan foto pertama kau ditemukan. Sama persis dengan foto yang ditinggalkan mendiang ibu kandungmu. Meksi pun begitu, kami harus membuktikan dengan satu kali tes DNA,” ucap Jonathan dan membuat Daniel terkejut. “Jadi, maksudmu kalau aku menjalani tes DNA itu, dan ternyata tidak cocok. Kau akan membuangku begitu saja? Wah apaan ini, kau pikir aku mudah dipermainkan?” ucap Daniel merasa kesal dan kecewa. Rupanya meski pun ia berpiki akan mendapatkan kesempatan untuk bisa mendapatkan bantuan, tidak mudah untuk melakukannya. “Tidak, kami hanya ingin memastikannya dengan data. Mungkin ini terdengar sangat egois meski pun kami yakin kau memang anak Presdir Edward. Tapi untuk membuktikan semuanya pada orang-orang yang sedang mengincar perusahaan Presdir, kami membutuhkan tes DNA tersebut,” jelas Jonathan mencoba mencari pengertian Daniel. “Memangnya apa yang terjadi pada perusahaan? Aku cek internet, London Beauty Company adalah perusahaan besar dan aku pikir tidak sedang mengalami kebangkrutan. Lagi pula, aku tidak punya kemampuan dalam hal berbisnis, bagaimana kau akan mempercayaiku bisa melakukan itu semua?” “Banyak hal yang tidak kau mengerti meski pun aku menjelaskannya, saat ini Presdir sedang sakit keras dan di rawat di rumah sakit perusahaan. Namun, anak tirinya Kris dan Kimberly terus saja berbuat ulah. Mereka membuat perusahaan goyang dan para dewan direktur dan pemilik saham menuntut untuk menurunkan jabatan Presdir yang sedang tak berdaya. Presdir tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Karena itu, dia berpikir bahwa keberadaan anak darah sendiri membuatnya bisa mempertahankan perusahaan dari para penjahat itu.” “Penjahat? Ah aku benar-benar tidak mengerti dengan yang kau ucapkan. Pokoknya sudah pasti aku akan bekerja di sana untuk membantu perusahaan. Ya kan?” “Ya, intinya aku akan membuat kau bisa menguasai tentang bisnis dalam dua tahun sebelum terjun ke perusahaan. Semua kebutuhan kau akan kami tanggung tanpa terkecuali, jadi kapan kau akan ikut denganku?” “Baiklah, aku mengerti bahwa perusahaan sedang membutuhkan kehadiranku. Aku akan mengikuti semua yang kau perintahkan. Tapi –“ Ucapan Daniel terhenti, bagaimana pun ia menerima tawaran ini bukan karena dirinya tergiur dengan bekerja di perusahaan ternama. Tapi untuk menyelamatkan Maria dan adik-adiknya. “Tapi apa?” Tanya Jonathan penasaran. “Tapi aku ingin mengajukan sebuah syarat.” “Syarat?” Tanya Jonathan sedikit syok. “Tidak sulit, aku hanya ingin kau memberiku sebuah rumah yang cukup besar. Setidaknya memiliki dua kamar atau lebih. Yang bisa ditinggali oleh lebih dari sepuluh orang.” “Aku akan mencarikannya.” “Belum selesai, aku juga ingin kau menjamin sekolah anak-anak panti. Kau pasti kenal dengan Ibu Maria. Pemilik panti tempatku besar, kami kehilangan segalanya. Dan tidak bisa menumpang di rumah orang lain dalam waktu yang lama. Selain itu, aku juga ingin kau menjamin keberlangsungan hidup mereka. Tak hanya aku.” “Sebenarnya itu tidak sulit untuk kami lakukan, tapi kenapa kau harus sulit melakukan semua itu? Jika Bu Maria mengajukan permintaan pada pemerintah setempat, aku yakin dia akan mendapatkan tempat baru dan fasilitas lainnya dari pemerintah.” “Kau pikir kami tidak melakukan itu? Saat kami dimanipulasi dan diusir dari rumah kami, apa yang dilakukan pemerintah? Mereka tak menganggap kami sama sekali, mereka tak mendengarkan kami dan bersikap acuh. Jika kau tidak mau melakukannya, maka aku telah salah datang ke sini. Aku hanya ingin kau menyelamatkan panti asuhan tempat aku tumbuh besar. Meski pun mereka tidak bisa memberikan yang terbaik, tapi aku bisa hidup dan bertahan sampai detik ini karena Ibu Maria yang telah menyelamatkan dan membesarkan aku. Setidaknya, kalian harus membalas perbuatannya bukan?” ucap Daniel dengan emosi yang menggebu. Ia sudah sangat putus asa karena tak bisa melakukan banyak hal untuk Ibu Maria dan anak panti lainnya. Tak ada yang pernah memperdulikan mereka karena tak ada donatur yang mau menyumbang dan memberikan bantuan. Daniel sangat kesal dan marah karena mereka hanya orang-orang kecil sehingga mereka bisa dengan mudah diinjak-injak dan dirampas semua yang mereka miliki. “Baiklah, aku akan menerima semua syarat itu dan melakukan semuanya. Kau tak perlu khawatir. Daniel selamat datang di London Beauty Company,” ucap Jonathan berdiri dan mengulurkan tangannya. Daniel pun ikut berdiri dan membalas uluran tangan tersebut. Mereka saling tersenyum senang dengan kesepatakan yang mereka lakukan hari ini. Kini Daniel di bawa ke rumah sakit perusahaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan tes DNA. Di sana mereka melakukan semua tes kesehatan pada Daniel. Dari mengecek tekanan darah, tinggi dan berat bada Daniel. Pengambilan darah, melakukan rongent, MRI bahkan tes kesuburan. Daniel melakukan semua itu dengan patuh dan tidak menolak satu tes pun. Hingga setelah semua itu selesai, Daniel menunggu di ruang perawatannya sambil menonton televisi. Meski pun matanya ke tv, tapi pikirannya melayang ke tempat lain. Daniel masih memikirkan tentang Maria dan adik-adiknya. Ia masih merasa ragu dengan kehadiran Jonathan dan semua yang telah ia ucapkan. Seolah semuanya tidak masuk di akal. Banyak pertanyaan yang menumpuk dalam pikirannya, kenapa baru sekarang? Apa hubungan Presdir Edwar dengan ibu kandungnya hingga membuatnya harus dibuang ke panti asuhan. Bahkan Daniel tidak tahu kabar terbaru dari ibu kandungnya. Ada perasaan marah dan benci dirinya terhadap kedua orang tua kandungnya. Yang telah menelantarkan dirinya hingga harus mengalami semua kesulitan tersebut. Namun, di saat mereka mengalami kesusahan mereka baru mencarinya dan meminta bantuan. Sayangnya Daniel tak bisa meluapkan kemarahannya itu, baginya yang terpenting adalah untuk bisa menyelamatkan keluarganya. Ia rela melakukan segalanya, dirinya sudah berada di titik terendah dan tak tahu harus meminta pertolongan ke mana lagi. Daniel akan menjalani semuanya hingga dirinya bisa menjamin keberlangsungan hidup keluarganya tanpa kekurangan apa pun. Karena ia tahu, bahwa Maria dan adik-adiknya sangat bergantung pada dirinya. Karena dari semua anak panti yang telah tumbuh dewasa, hanya dirinya lah yang masih perduli dan mau membantu Maria dan anak panti lainnya. “Tuan Daniel, hasil pemeriksaan anda sudah keluar,” ucap suster yang masuk ke ruangannya. Daniel pun mengangguk dan berjalan keluar kamar.Seorang suster masuk ke dalam ruang rawat Daniel dan memberitahu tentang hasil pemeriksaan yang sudah selesai. Daniel mengikuti langkah suster itu untuk menemui sang dokter. Di ruangan dokter ada Jonathan yang sudah datang sejak tadi.Daniel pun duduk di samping Jonathan untuk mendengarkan penjelasan dokter.“Baik ini adalah hasil dari pemeriksaan kesehatan keseluruhannya, untuk tes MRI otak syukurnya semua terlihat baik dan tidak ada gangguan apa pun. Kondisi dari tes kesehatan jantung, ginjal dan hati serta paru-paru juga bagus. Daniel tidak merokok ya?” Tanya dokter.“Ya, Aku tidak punya uang untuk dibakar,” ucap Daniel dan membuat sang dokter tersenyum.“Itu bagus, meski pun nanti ada uang yang bisa dibakar sebaiknya menghindari rokok. Karena itu sangat berbahaya untuk kesehatan di masa yang akan datang. Hanya saja Daniel ini mengalami tekanan darah yang rendah. Gula dalam darahnya pun di bawah angka aman meski pun tidak parah masih bisa diobati dengan obat dan makanan yang bergiz
Jonathan terkejut mendengar ucapan Daniel. Ia sudah mengira Daniel akan mencarinya di saat sudah terdesak. Tapi ia tak berpikir akan secepat ini.“Apa … kau serius?”“Kau anggap aku sedang bercanda?”“Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak ingin jika suatu hari nanti kau mengurungkan kembali ucapanmu dan berpikir untuk berhenti.”“Aku tidak bisa berhenti, sekali pun aku mau. Aku sudah tidak punya jalan untuk kembali. Jadi, apa yang kau ucapkan semuanya benar?” Tanya Daniel.Jonathan mengambil sebuah berkas dari dalam tasnya dan memberikannya pada Daniel.“Aku sudah memeriksa semuanya, kapan kau bertemu dengan Ibu panti asuhanmu bahkan foto pertama kau ditemukan. Sama persis dengan foto yang ditinggalkan mendiang ibu kandungmu. Meksi pun begitu, kami harus membuktikan dengan satu kali tes DNA,” ucap Jonathan dan membuat Daniel terkejut.“Jadi, maksudmu kalau aku menjalani tes DNA itu, dan ternyata tidak cocok. Kau akan membuangku begitu saja? Wah apaan ini, kau pikir aku mudah dipermain
Daniel bekerja di sebuah gedung yang sedang di bangun. Ia beruntung karena mendapatkan pekerjaan sebagai buruh tukang bangunan meski dibayar harian. Sepanjang hari Daniel bekerja untuk bisa menghasilkan uang yang tidak seberapa itu. Di saat jam istirahat, Daniel yang tidak memiliki uang hanya meminum air putih yang disediakan di sana. Sementara yang lain memakan bekal mereka masing-masing. Tiba-tiba seseorang datang menghampiri Daniel dan memberikan sepotong roti. "Makanlah, kau bisa sakit jika hanya minum air putih saja," ucap pria yang sudah berumur setengah abad itu. "Tidak usah, terimakasih," tolak Daniel merasa tidak enak. Pria itu menarik tangan Daniel dan menaruh rotinya di dalam tangan Daniel. "Jangan menolak, jika kau sakit pekerjaan yang lain semakin berat dan selesai lebih lama. Aku tahu mereka sangat pelit hingga tak memberikan makan siang dan hanya air minum saja. Tapi, jika kita protes upah kita akan dipotong dengan dalih sebagai uang makan. Aku sudah menjadi buruh
Kini mereka semua berada di rumah Rachel. Orang tua Rachel menyambut semuanya dengan baik. Meski pun wajah ayah Rachel tampak tidak suka. Tapi mereka tidak bisa menolak kedatangan mereka saat Rachel memohon. Maria sedang merawat Bella di kamar Rachel. Tiga anak perempuan lainnya, Luna, Rose, dan Kayla tidur di kamar Rachel. Sementara, Sammy, Bryan, Adam, Lucky, Hans, Petter dan Daniel tidur di kamar ketiga yang tidak terpakai. Mereka sudah tertidur lelap Karena kelelahan. Daniel yang tidak bisa tidur keluar dari kamar dan mencoba mencari udara segar. Tak sengaja ia mendengar suara Rachel yang sedang berbincang di kamar orang tuanya. "Sampai kapan mereka akan tinggal di sini? Rachel ibu dan ayah menerima mereka karena kasihan. Terlebih anak yang paling kecil sedang sakit, Tapi, kita tidak bisa menampung mereka selamanya. Apa yang akan orang-orang katakan kalau mereka mengetahui hal ini?" ucap Ibu yang lebih mencemaskan apa yang dikatakan orang lain meski pun kasihan dan iba. "Aya
Daniel merenung tentang semua yang terjadi padanya hari ini. Ia merasa hidupnya mulai berada di titik paling rendah. Daniel teringat bagaimana para preman dan anak buah Brams datang untuk merobohkan rumah panti. Rumah tempatnya bertumbuh besar, rumah yang mempertemukan dirinya yang masih berusia sepuluh tahun dengan Maria. Banyak kenangan yang terjadi di panti itu, Maria yang begitu lembut dan penuh kasih sayang menjadikannya anak yang tumbuh dengan baik. Meski tak bisa memberikan yang terbaik, tapi Daniel sangat bersyukur bisa bertemu dengan Maria. Daniel mengepalkan tangannya, matanya memerah menahan emosi. Ia mencoba untuk bersabar dan menatap adik-adiknya yang sangat kelaparan dan menyantap roti yang ia belikan dengan lahap. Jika bukan untuk melindungi adik-adiknya, mungkin Daniel akan membalas para preman itu dan tak perduli jika harus berakhir di penjara. Daniel yang sangat emosi itu memejamkan matanya. Meredupkan emosi dan kemarahan yang membuatnya tak bisa berpikir untuk
"Lepaskan tanganmu dariku! Aku akan beri kalian waktu sepuluh menit untuk membawa barang berharga kalian! Meski pun aku yakin kalau di sana tak ada barang berharga," ucap Brams. Daniel melotot dengan kesal. Ia sangat marah dan ingin sekali meninju Brams. Tapi, ia tak punya pilihan dan melepaskan tangannya. "Ayo masuk dan ajak anak-anak keluar dari sini," ucap Maria menarik tangan Daniel untuk masuk ke dalam. "Tapi Bu, kita tidak bisa diam saja seperti ini. Aku akan pergi ke kantor pemerintah dan meminta mereka membuktikan kalau tanah ini milik kita!" tolak Daniel hendak pergi. Tapi Maria menahan tangannya dan membuat Daniel terhenti. "Daniel, Ibu mohon. Selamatkan adik-adikmu, kita tidak bisa membiarkan mereka ketakutan dan trauma karena masalah ini. Ini sudah setahun lebih, sepertinya merekalah yang akan menang," ucap Maria pasrah serta menatap marah pada Brams yang sedang merokok. Daniel menatap ke arah jendela, di sana anak-anak berkumpul dan mengintip keluar. Daniel tak bisa