"Heh, Natalie! Kamu itu masih baru! Bahkan kamu masih dalam status percobaan di showroom ini, jadi kamu jangan membantah kata-kata senior macam aku, tahu!!!" Yuni melotot ke arah Natalie.
Natalie cuma bisa terdiam karena kata-kata Yuni ini mengena di hatinya, karena Natalie memang cuma seorang sales baru yang bahkan belum sebulan kerja di showroom ini, jadi tentu saja dia tidak bisa membantah perkataan senior, apalagi Yuni adalah kepala sales di counter depan di showroom ini.
Walaupun Natalie merasa tidak puas tapi dia terpaksa berdiam diri.
Vanda kembali berusaha menyerang Kevin. Dia berkata, "hei, lebih baik kamu itu cari kerja sana! Kamu kan baru dipecat dari Restoran Bunga Bakung, jadi, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain daripada jalan-jalan di tempat ini! Kamu cuma bikin kerjaan buat seles-seles di tempat ini, karena kamu tidak akan mungkin membeli mobil di showroom ini!"
"Iya, betul tuh, Kevin. Cari kerja sono atau lebih baik kamu bikin konten di medsos. Bikin konten waktu kamu minum air kencing kayak waktu di restoran itu, hahaha." Arman mengejek Kevin.
Kevin mengepalkan tangannya Kevin teringat kalau Arman juga adalah salah satu temannya Victor yang ikut-ikutan menekan Tuti, ibunya Lisa, agar menyuruh Kevin untuk meminum air kencing yang disiapkan Victor.
"Kamu mau apa mau, hah? Mau pukul aku? Apa kamu tidak tahu siapa bapakku? Bapakku itu pengusaha besar yang bisa melaporkan kamu kalau kamu memukul aku. Aku pastikan kalau kamu akan berakhir di dalam penjara!" ancam Arman.
Kevin menunjukkan kepalan tangannya kemudian berkata kepada Arman, "kalau kamu merasa laki-laki, seharusnya kamu tidak perlu bersembunyi di belakang ketiak ayahmu dan berani untuk bertarung secara jantan satu lawan satu denganku. Bagaimana, Arman, heh?"
Arman yang sudah pernah melihat kepalan Kevin yang walaupun hanya sendirian berhasil memukul 3 temannya sehingga membuat Arman tidak berani berhadapan dengan Kevin satu lawan satu. Tapi demi harga dirinya, dia masih mengancam. "Kamu diam disitu aja, aku akan menghabisi kamu suatu saat nanti. Tunggu saja!"
"Bagaimana kalau kita lakukan itu sekarang?" Kevin maju setindak sehingga Arman langsung mundur 5 langkah, hingga punggungnya membentur mobil dan membuat Arman jatuh tunggang langgang ke lantai.
Melihat calon pembeli mobilnya jatuh seperti itu, membuat Yuni naik pitam. "Hei! Keluar kamu dari sini dan jangan mengganggu customerku!" Yuni menghardik Kevin sambil matanya melotot ke arah Kevin.
Sebenarnya Kevin tidak ingin mengikuti perintah Yuni ini tetapi karena Kevin merasa kasihan akan Natalie yang bisa saja mendapatkan masalah kalau Kevin tetap ngotot berada di showroom ini, maka akhirnya Kevin mengangguk ke arah Natalie dengan maksud pamitan kepada Natalie. setelah itu Kevin membalikkan tubuhnya untuk keluar dari showroom ini.
Baru dua langkah Kevin melangkah menuju ke arah pintu, tiba-tiba Kevin mendengar ada pertengkaran di belakangnya sehingga Kevin langsung berbalik.
Ternyata di belakang Kevin, ada Natalie yang sedang berdebat dengan Yuni.
"Kak Yuni, kamu jangan begitu! Kamu tidak boleh berlaku seperti ini kepada pengunjung," kata Natalie dengan nada tinggi ke arah Yuni.
"Maksud kamu, apa?"
"Ingat, di peraturan nomor 40 di perusahaan ini, kita tidak boleh sekali-sekali mengusir tamu walaupun mereka bertingkah menyebalkan, menawar mobil yang kita jaga dengan keterlaluan tapi kita tidak boleh sekali-sekali mengusir tamu yang datang ke showroom ini. Iya kan?"
"Hei kamu itu cuma pegawai baru, anak kemarin sore, jangan coba-coba mengajari aku, tau! Aku sudah 7 tahun kerja di showroom ini, jadi aku sudah tahu semuanya dan kalau soal peraturan itu, aku tidak pernah melanggarnya karena yang aku usir itu," kata Yuni sambil menunjuk ke arah Kevin. "Bukan seorang customer. Dia tidak pernah bisa menjadi customer di sini. Dia gak bakalan mampu beli mobil disini!"
"Ingat, Kak Yuni, walaupun aku baru 1 bulan kerja di tempat ini, tapi tidak semua orang yang datang ke tempat ini, pasti akan membeli mobil. Iya kan? Tapi, selama mereka datang ke sini untuk melihat mobil maka mereka bisa dianggap customer, jadi kita tidak boleh sekali-sekali mengusir mereka.""Tapi pelayan rumah makan itu tidak akan mungkin bisa membeli mobil di sini jadi walau bagaimanapun, dia tidak bisa dianggap sebagai customer di showroom ini!" ngotot Yuni.
Natalie masih ingin berdebat dengan Yuni tetapi Kevin sudah mendekati Natalie dan berbisik, "sudahlah, Natalie. Jangan mendebat dia, jangan berdebat dengan seniormu. Ingat, masa depan karirmu di showroom ini."
"Aku tidak peduli, Kak Kevin. Pengusiran yang dilakukan Kak Yuni kepada Kak Kevin itu sungguh tidak bisa aku terima."Mendengar kengototan Natalie itu, Yuni menjadi naik pitam. Dia mulai berteriak-teriak memanggil manajernya.
Beberapa saat kemudian, seorang pria berumur 40 tahunan, berkacamata dengan kumis kebal yang merupakan manajer di showroom ini nampak muncul dari dalam.
Orang ini bernama Ridwan. Dia terkenal merupakan orang yang keras kepada para bawahannya tetapi sangat lembut kepada para wanita cantik terutama untuk Yuni, karena menurut gosip yang sudah lama menjadi rahasia umum di showroom ini, Yuni adalah kesayangan Ridwan karena hubungan gelap yang mereka lakukan di belakang.
Karena Ridwan juga yang membuat Yuni berhasil membukukan penjualan tinggi, karena terkadang, mobil yang seharusnya laku di sales lain, diambil alih oleh Yuni dengan bantuan Ridwan.
"Ada apa ini?" tanya Ridwan sambil berdiri di samping Yuni.
Yuni langsung berbisik sesuatu yang tidak bisa didengar oleh Natalie maupun Kevin.
Arman yang juga ternyata mengenal Ridwan kini ikut-ikutan mendekati Ridwan dan berbisik ke telinga Ridwan.
Melihat itu semua, Kevin sudah tahu kalau kemungkinan besar kedatangan manajer ini akan menyulitkan bagi Natalie.
Karena itu, Kevin langsung maju ke depan dan berkata, "semua itu aku yang salah. Yuni tidak salah, aku yang salah. Aku yang layak diusir dari sini, karena itu akan segera pergi dari sini."
Ridwan maju selangkah setelah mendapatkan bisikan dari Yuni. Dia tahu dia harus berpihak kepada siapa saat ini.
Ridwan melotot ke arah Kevin. "Kamu itu cuma pelayan jadi sebaiknya jangan datang ke sini untuk bikin kerjaan di sini, mengerti?! Sebaiknya kamu antar pergi makanan seperti yang biasa kamu lakukan!""Iya, pak. Aku akan segera pergi. Dalam hal ini aku yang salah, jadi tolong Natalie jangan dimarahi, pak."
Tapi mendengar kata-kata pembelaan dari Kevin ini, Natalie Malah semakin meradang. Dia maju ke depan dan berkata, "Pak Ridwan, ingat semua orang itu sama, jangan ada yang dibeda-bedakan kalaupun kakak ini tidak mampu membeli mobil, dia juga tidak boleh diusir dari showroom ini."
"Natalie, jangan begitu, ingat pekerjaanmu. "Kevin menggeleng-gelengkan kepalanya ke arah Natalie, meminta Natalie untuk tenang.
"Aku tidak tenang karena aku tahu kalau aku tidak salah. Aku tahu kalau mengusir seorang tamu di showroom ini tidak bisa dibenarkan!" ngotot Natalie. Kevin menelan salivanya. Dia takut Natalie akan dipecat karena dia, tapi saat ini, melihat kengototan Natalie, Kevin juga tidak bisa pergi begitu saja karena Natalie masih mendebat manajernya yang bernama Ridwan itu. Melihat ngototnya Natalie, Ridwan menjadi marah. "Oke, kalau itu maumu! Sekarang juga, aku memecatmu dari showroom ini! Masih baru sudah belagu! Cepat ambil barang-barangmu dan segera pergi dari sini!" "Baik, aku pergi dari sini! Mendingan aku tidak kerja di sini daripada kerja di sini, di tempat yang orang-orangnya memperlakukan tamu dengan semena-mena, huh!" Nathalie menatap tajam ke arah Ridwan dan juga Yuni, setelah itu, dia membalikkan tubuhnya untuk menuju ke bagian dalam guna mengambil barang-barangnya. "Pergi sana, kamu! Huh, gadis kampungan!" cibir Yuni.
"Benarkah bapak akan melakukannya?" tanya Kevin heran sambil menatap wajah Samsul. "Tentu saja. Perkataan tuan muda Gregorius adalah ibarat sebuah Titah Raja yang harus aku ikuti. Apalagi managerku sudah melakukan kesalahan kepada seorang tamu agung di showroom ini dan itu adalah sebuah kesalahan yang sangat besar yang termasuk dalam peraturan di showroom ini dengan ancaman pemecatan. Jadi, itu yang terjadi akan terjadi," jawab Samsul. "Pak Samsul, ini cuma lelucon dari Anda, kan? Aku tidak betul-betul dipecat kan? Iya kan, pak?" tanya Ridwan penuh harap. "Kamu dipecat karena tidak menghargai tamu agung di showroom ini, kamu beserta Yuni, segera tinggalkan showroom ini, sekarang juga!" Yuni mulai memohon kepada Samsul. "Please ... jangan, pak. Jangan pecat aku. Aku masih punya banyak hutang, Pak Samsul. Dimana lagi aku bisa mendapatkan Gaji tinggi yang aku dapat sekarang dengan bonus-bonus besar yang aku dapat sekarang, pak?"
Mendengar kata-kata Yuni itu, Arman dan Vanda langsung menatap ke arah Samsul berharap kalau kata-kata Yuni itu mengandung kebenaran karena mereka merasa tidak mungkin seorang pelayan seperti Kevin adalah seorang tuan muda."Mati kamu, pelayan busuk! Kamu pasti akan langsung diusir," kata Ridwan sambil tertawa puas karena dia yakin sebentar lagi kebenaran akan tersingkap kalau Kevin bukanlah tuan muda yang sesungguhnya.Bukan hanya mereka yang berpikir seperti itu. Bukan hanya mereka yang berpikir kalau Kevin bukanlah tuan muda yang sesungguhnya. Kevin juga berpikir demikian. Sehingga saat ini dia sudah pasrah. Pasrah akan diusir dari showroom ini.Kevin mendekati Natalie karena Kevin ingin segera menarik tangan Natalie untuk keluar dari showroom ini sebelum Natalie dihina oleh Ridwan dan Yuni karena kemungkinan identitas Kevin kalau Kevin bukankah tuan muda akan segera ketahuan.Samsul yang sampai saat ini masih menjadi pusat perh
"Tuan muda, seharian ini kan aku sudah berusaha memberitahu tuan muda kalau tuan muda memang adalah Tuan Muda Gregorius tapi... " "Tapi apa?" tanya Kevin. "Susah untuk aku jelaskan, tuan muda. Tuan muda harus datang ke kamar hotel tempat tuan muda menginap. Di situ, aku sudah sediakan semua yang harus tuan muda ketahui," jawab Suzan diujung telepon. "Baiklah, aku akan segera kesana." "Iya, tuan muda. Aku tunggu di sini," pungkas Suzan. Kevin segera mengembalikan handphone milik Samsul tadi. Begitu Kevin mendekat, Samsul langsung berkata kepada Natalie, "minta nomor telepon Tuan Muda Gregorius, supaya nanti kamu bisa menghubungi dia menyangkut pesanan mobil." Natalie langsung tersenyum ke arah Kevin dan meminta nomor telepon Kevin. Kevin segera mengambil handphonenya dan memberikannya kepada Natalie supaya Natalie bisa mencatat nomor telepon yang ada di handphone itu. "Oke, Tuan Muda Gre
"Alasannya karena kakekmu ingin melihat tindak tanduk seorang pemegang saham Gregorius Grup yang kakekmu curigai sebagai orang yang yang telah mencelakai tuan muda pada setahun yang lalu," jawab Suzan."What? Jadi aku dicelakai orang pada setahun yang lalu?" tanya Kevin penasaran."Iya, tuan muda. Untung saja ternyata Indro Lelono, ayahnya Lisa, yang merupakan sopir tuan muda di kota A, berhasil menyelamatkan tuan muda dan membawa tuan muda ke kota ini. Karena tuan mudah mengalami Amnesia maka Indro Lelono sengaja menyembunyikan identitas tuan muda.""Untuk apa dia melakukan itu?""Masih belum jelas, tuan muda. Dia juga langsung keluar dari pekerjaannya dan memilih untuk membawa tuan muda ke kota B ini padahal saat kecelakaan terjadi tuan muda dan Indro berada di kota lain yaitu di kota A.""Lalu, apakah Indro pernah menghubungi kakekku untuk memberitahu soal aku?""Tidak, tuan muda. Kakek tuan muda bahkan sempat kehilangan jejak
Saat ini, melihat sikap Susan yang seperti itu dan karena tangannya sedang diarahkan Susan untuk memegang buah dada milik Susan, maka, sebagai laki-laki normal, Kevin mulai terangsang.Pancingan-pancingan yang dilakukan Susan sejak tadi, semakin membuat Kevin blingsatan tapi di lain sisi, Kevin merasakan kekeringan emosional dari dirinya kepada Susan sehingga dia tidak jadi meneruskan niat yang sudah ada di dalam hatinya, dia tidak jadi menyerang Susan."Aku tidak bisa.""Tapi kenapa, tuan muda? Dulu tuan muda selalu tidak bisa menahan hasrat setiap melihatku karena tuan muda selalu ingin merasakan manis tubuhku tapi kenapa sekarang berubah, tuan muda?""Aku tidak tahu. Mungkin karena aku belum bisa menemukan Ingatanku, karena itu aku masih merasa asing akan kamu, Susan. Sorry, kalau dulu kita pernah sangat dekat. Sorry kalau aku tidak merasakan hal itu sekarang."Sus
Terdengar suara pintu diketuk, Kevin langsung bangkit berdiri untuk menuju pintu kamar tapi ternyata suara ketukan itu bukan berasal dari pintu itu apalagi saat Kevin mencoba membuka pintu itu, ternyata tidak ada siapapun di luar. Kevin kembali menutup pintu dan berusaha mencari suara ketukan itu. Ternyata ada sebuah pintu penghubung dengan kamar sebelah dan Kevin langsung menduga siapa yang mengetuk pintu itu. "Pasti Susan yang mengetuk pintu dan nampaknya, sebelumnya dia sengaja meminta kamar yang memiliki pintu penghubung dengan kamarku." Setelah berpikir seperti itu, "Kevin langsung membuka pintu penghubung dan benar saja, di balik pintu itu ada Susan yang sudah berpakaian seksi di balik pintu itu. "Kamu mau apa?" "Aku cuma ingin bilang kalau tuan muda memerlukan aku, maka cukup masuk ke kamarku lewat pintu penghubung ini. Aku tidak akan menguncinya, tuan muda. " Susan mengerling genit ke arah Kevin.
Kevin tidak mau lagi memperdulikan Victor karena saat ini dia ingin sekali menyelidiki barang-barang miliknya yang disimpan Indro Lelono untuknya, karena itu, Kevin langsung melangkah keluar dari Restoran Bunga Bakung ini.Lisa yang sebelumnya sempat berencana untuk menggoda Kevin setelah mengetahui Kevin bisa membeli mobil mewah termahal di dunia, kini kembali memandang jijik kepada Kevin.Pandangan Lisa sebelumnya kalau Kevin sangat ganteng dan mempesona, kini langsung berubah setelah mendengar kalau Kevin bukanlah anak orang kaya seperti yang heboh kemarin."Cuih, Pergilah kamu jauh-jauh dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" Sembur Lisa sambil meludahi wajah Kevin.Kevin mengambil tisu dari atas meja makan, bertepatan dengan itu, dia mendengar suara langkah kaki seseorang dari belakangnya yang nampaknya ingin membokongnya dari belakang.Kevin langsung tahu kalau orang sedang mengej