Nama baik. Betapa pahitnya hidup. Nama Beryl dihargai dengan uang dua puluh lima juta. Uang itu tak perlu dikembalikan. Dengan syarat, dia harus menikah dengan Ernasari yang hamil entah dengan siapa. Ernasari, cewe yang tak lagi dicintai Beryl setelah mengetahui suka mengonsumsi obat-obat terlarang, dengan teman sepergaulan para brandal jalanan.Apakah ini semua hasil dari idealisme yang selama ini dipertahankannya? Idealisme seorang ketua senat harus berakhir di lembah hitam kehidupan? Apakah ini hadiah dan doa-doa mujarab dari para perempuan yang dulu pernah digaulinya, kemudian ditinggalkannya? Mana cinta yang selama ini Beryl rindukan? Manakah cinta yang selama ini dia agungkan? Hanya seonggok sisa yang kini harus diperoleh?Jika uang adalah tolok ukur kebahagi
Hidup memang tidak boleh stagnan. Semua harus berubah. Dengan mobilnya yang ada di pegadaian, Beryl tak bisa berdiam diri sambil menyelesaikan skripsinya, dia harus melakukan sesuatu. Dia harus mencari pekerjaan baru.Sebuah perusahaan asing membutuhkan kepala proyek untuk ditempatkan di Sidoarjo. Beryl melamar pekerjaan itu. Dan, lamarannya diterima. Rasanya hatinya sangat bahagia. Beryl berangkat ke kota Sidoarjo. Karena kuliahnya sudah tidak setiap hari lagi menghendakinya datang ke kampus. Dia bisa bolak-balik Surabaya-Sidoarjo.Udara di Sidoarjo terasa nyaman dan sejuk disbanding dengan di Surabaya. Perumahan dari pegawai proyek yang ditanganinya juga terasa indah. Beryl merasakan di tempat ini semuanya indah dan tampak berkilau.Dari proyek i
Lihatlah, Elisa! Gadis itu tampak tersenyum - senyum sendiri sambil menyapu ruang depan rumah kontrakan Beryl. Mata gadis itu juga tampak bersinar, menggambarkan sebuah keceriaan. Sambil menyapu, gadis itu bernyanyi-nyanyi kecil. Dia juga membersihkan kursi dan jendela serta mengelap meja.Kening Elisa tiba-tiba berkenyit, ketika sebuah mobil berhenti di depan kontrakan Beryl.Elisa memperhatikan penumpang mobil itu. Laki-laki separuh baya sebagai sopir. Dan, seorang perempuan muda."Siapa mereka?" pikir Elisa.Dari dalam rumah, Elisa melihat perempuan muda yang keluar dari mobil itu bertanya kepada tukang kebun di halaman. Tukang kebun menjawabnya dengan anggukan. Mobil yang baru saja datang itu kemudian memasuki halaman.Kini pere
Mobil Ernasari sudah tidak ada lagi di halaman. Mobil itu sudah meninggalkan kontrakan Beryl. Kontrakan Beryl sudah terlihat sepi. Beryl sangat tidak menginginkan kehadiran Ernasari. Secara, Beryl dan Ernasari sejatinya tidak ada masalah sama sekali. Kalau pun sempat muncul masalah dengan ayahnya Ernasari.Hanya sepi yang saat ini terlihat di rumah kontrakan Beryl. Bisa dipastikan Ernasari telah pergi. Beryl merasa lega. Dadanya merasa plong.Beryl masuk ke dalam rumah. Di atas meja makan terlihat hidangan yang tertutup masih utuh. Beryl mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Semuanya terlihat sangat rapi. Ruangan tampak sepi. Tak ada tanda-tanda apa pun yang tersisa. Kemanakah Elisa?Beryl melangkah membuka pintu kamarnya. Beryl
Mobil Ernasari sudah tidak ada lagi di halaman. Mobil itu sudah meninggalkan kontrakan Beryl. Kontrakan Beryl sudah terlihat sepi. Beryl sangat tidak menginginkan kehadiran Ernasari. Secara, Beryl dan Ernasari sejatinya tidak ada masalah sama sekali. Kalau pun sempat muncul masalah dengan ayahnya Ernasari.Hanya sepi yang saat ini terlihat di rumah kontrakan Beryl. Bisa dipastikan Ernasari telah pergi. Beryl merasa lega. Dadanya merasa plong.Beryl masuk ke dalam rumah. Di atas meja makan terlihat hidangan yang tertutup masih utuh. Beryl mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Semuanya terlihat sangat rapi. Ruangan tampak sepi. Tak ada tanda-tanda apa pun yang tersisa. Kemanakah Elisa?Beryl melangkah membuka pintu kamarnya. Beryl
Mobil Ernasari sudah tidak ada lagi di halaman. Mobil itu sudah meninggalkan kontrakan Beryl. Kontrakan Beryl sudah terlihat sepi. Beryl sangat tidak menginginkan kehadiran Ernasari. Secara, Beryl dan Ernasari sejatinya tidak ada masalah sama sekali. Kalau pun sempat muncul masalah dengan ayahnya Ernasari.Hanya sepi yang saat ini terlihat di rumah kontrakan Beryl. Bisa dipastikan Ernasari telah pergi. Beryl merasa lega. Dadanya merasa plong.Beryl masuk ke dalam rumah. Di atas meja makan terlihat hidangan yang tertutup masih utuh. Beryl mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Semuanya terlihat sangat rapi. Ruangan tampak sepi. Tak ada tanda-tanda apa pun yang tersisa. Kemanakah Elisa?Beryl melangkah membuka pintu kamarnya. Beryl
Beryl melarikan mobilnya dengan sangat kencang di jalanan yang berdebu. Hari itu senja telah mulai meremang. Namun, Beryl sudah sangat hafal dengan jalanan menuju ke tempat Elisa. Beryl langsung menuju ke hotel.Bertemu Elisa di tempatnya, Beryl tak melihat ada tanda-tanda kesedihan di mata gadis itu. Elisa tersenyum-senyum melihat kedatangan Beryl.“Baru saja dilabrak calon istrimu, Mas Beryl?” Tanya Elisa dengan tetap ceria.Beryl tak segera menjawab.“Saya harus segera meninggalkan tempat ini, Mas Beryl?” lanjut Elisa.“Kenapakah?”“Untuk apa lagi saya di sini,”“Mungkin kita berjodoh dan bisa menikah,”Elisa tertawa sangat nyaring mendengar jawaban Beryl.“Calon istri
Beryl telah tiba di Surabaya. Mobilnya meluncur dengan kecepatan tinggi. Untuk kemudian membelok kea rah rumah Ririn. Ririn terperanjat melihat kedatangan Beryl yang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.“Aku ingin ke desa Winda. Bagaimana menurut pendapatmu?” kata Beryl datar.“Mengapa tanya pendapatku? Untuk apa ke sana?” Tanya Ririn dengan terbata-bata.“Menyuruh Ririn bercerai dari suaminya,”“Kamu benar-benar sudah gila ya?”“Aku kenal betul dengan suami Winda. Aku kenal betul siapa Mario,”“Siapa pun Mario, entah itu budiman atau tidak, toh dia tetap suami Winda,”“Dia harus bercerai. Aku akan menikahinya.”“Kamu jangan gila Beryl! Kita hidup dalam