Share

Satu

Author: Amelina
last update Last Updated: 2021-09-06 18:02:25

Jam kosong.

Satu kata singkat namun disukai para pelajar. Siapa sih yang gak suka jam kosong? Seluruh pelajar, pasti menyukainya. Mungkin para siswa selalu mengharapkan jam kosong.

Seperti kelas 11 IPS 3 yang hari ini sedang ada jam kosong karena tahun ajaran baru. Mungkin guru-guru sedang mengurus para siswa-siswi baru kelas 10.

Kelas 11 IPS 3 adalah kelas yang terkenal dengan murid yang bar-bar.

Seperti saat ini. Berbagai ada aktivitas mereka lakukan.

Ada siswa yang sedang bermain game di bangku pojok paling belakang.

Ada yang sedang tidur di atas meja yang disambung-sambungkan menjadi satu menjadi tempat tidur.

Ada yang sedang konser memukul-mukul meja.

Para cewek-cewek sedang berselfi ria saling menunjukan gaya andalannya.

Ada yang berkelompok untuk menggosip.

Ada juga yang sedang keluar kelas makan di kantin.

Seperti saat ini. Ke-empat cowok yang terkenal bar-barnya sedang berjalan menuju kantin sambil salah satu dari mereka asik berceloteh.

"Melihatnya jantungku berdetak, apakah ini pertanda cinta?" Ucap Kenzo melihat seorang perempuan yang melewati mereka.

"Itu tandanya lo hidup. Dari lahir sudah berdetak, goblok!" Sahut Arya disampingnya.

Kenzo adalah cowok playboy yang mantannya ada dimana-mana. Berbeda dengan Arya, dia adalah cowok yang suka ngelawak membuat orang tertawa dengan tingkah lucunya.

"Anjir!" Seru Ardan membuat mereka kaget.

"Ada apaan?" Tanya Arya kepo.

Ardan adalah cowok yang hobinya mencari-cari informasi.

Cowok itu menunjukan foto di ponselnya pada Arya.

"Cantiknya," ucap Arya melihat foto gadis cantik di postingan I*******m cewek itu.

"Liat!" Kenzo merebut ponsel milik Ardan.

"Wah, fiks punya gua!" Seru Kenzo  girang.

"Apaan sih? Main klaim aja. Iya sih lo nya mau, tapi belum tentu ceweknya mau sama muka titisan buaya cap badak kayak lo!" Ucap Arya.

"Gue duluan," seru Alvin berjalan santai mendahului mereka. Dengan kedua tangannya dimasukan kedalam saku celana.

Alvino Gibran Pratama namanya. Sosok lelaki dingin dan memiliki sifat cuek. Boro-boro pacaran, berdekatan dengan perempuan saja dia tidak pernah, kecuali ibunya. Tapi dia masih normal! Hanya saja menurutnya terlalu membuang-buang waktu untuk urusan percintaan.

Bruk!

Seorang gadis tidak sengaja menabrak Alvin. Tumpukan buku yang dibawa gadis itu jatuh berserakan.

"Aduh!" Seru gadis itu mengusap-usap kepalanya yang terbentur dada bidang Alvin.

Gadis itu menundukan kepalanya takut ," maaf kak, gue gak sengaja."

"Kalo ngomong sama orang liat orangnya! Jangan nunduk." Ucap Alvin dingin.

Gadis itu mengangkat kepalanya lalu menatap Alvin," maaf kak, tadi gue kesusahan bawa buku sebanyak ini."

Mata Alvin terpaku menatap wajah gadis cantik itu, pipi chubby nya serta bulu mata uang lentik menambah kesan imut gadis itu.

Gadis itu berjongkok mengumpulkan buku-buku yang terjatuh di tanah.

Alvin tersadar, lalu ikut membantu gadis itu. Ada apa dengan dirinya? Biasanya dia cuek dan bodo mata. Mengapa seolah dia tergerak ingin membantu.

Kenzo dan kedua temannya menghampiri.

"Lah? Ini?"  Kenzo melihat Gadis itu lalu melihat foto yang ada di ponsel Ardan.

"Lo bidadari gue!" Seru Kenzo.

Gadis itu terlihat bingung lalu berdiri dengan tumpukan buku yang ada di tangannya.

"Maksudnya kak?" 

"Ini lo kan?" Tanya Kenzo memperlihatkan foto itu.

"Ngapain kakak kepoin I*******m gue?!" Ucap gadis itu.

Alvin berdiri, lalu merebut ponsel Ardan yang dipegang Kenzo.

"Dia pacar gue. Awas kalo lo ganggu apalagi mau deketin dia. Gua pastiin hari ini terakhir kali lo bernafas," ucap Alvin melihat foto itu lalu melempar ponsel Ardan sembarangan.

"Ponsel gua anjir!" Ardan berteriak.

Kenzo menelan ludahnya kasar lalu tersenyum kikuk kearah Alvin," selow kawan."

"Apaan si lo kak? Kita baru aja ketemu. Gue kenal lo aja enggak, pakai segala ngaku pacar gua lagi!" Protes gadis itu.

"Lo pacar gua mulai detik ini." Ucap Alvin.

"Gue gak mau!" Tolak gadis itu.

"Gue gak terima penolakan Alina," jawab Alvin melihat name tag gadis itu.

Alina putri cantika, gadis cantik yang baru saja resmi menjadi kelas 10 tahun ini. Tadi dia disuruh wali kelasnya mengambil buku paket di perpustakaan dan berakhir seperti ini.

"Bodo amat!" Ucap Alin berjalan meninggalkan mereka.

"Buku lo masih ada di gue." Sahut Alvin.

"Gampang nanti gue tinggal ambil lagi di perpustakaan." Acuh Alin.

"Buku di perpustakaan udah pas buat siswa angkatan sekarang. Lagian lo tadi tandatangan kan ambil buku ini? Ya, buku hilang lo harus bayar denda." Jelas Alvin membuat Alin berhenti berjalan.

"Balikin!" Gadis itu berusaha mengambil buku yang ada di genggaman Alvin. Namun Alvin dengan cepat mengangkat buku itu tinggi-tinggi.

Alin kewalahan pasalnya tingginya hanya sebatas dada cowok itu.

"Kak balikin!" Ucap Alin.

"Gak!" 

"Kak balikin gak?" 

"Engak sayang!" Seru Alvian lembut.

Ketiga temannya menganga tak percaya. Sampai matanya pun tidak berkedip. Itu Alvian kan?

"Ya udah, biarin gua nanti bayar denda!" Alin menyerah.

"Gue balikin tapi gua antar lo ke kelas gimana?" Tanya Alvin.

"Terserah!" Ucap Alin bete lalu berjalan mendahului Alvin yang juga pergi mengikui Alin.

"Coba tampar gua!" Gumam Arya.

Plak! 

"Goblok! Jangan pakai tenaga dalem juga."  Ucap Arya meringis saat Kenzo menamparnya keras.

"Lah tadi lo suruh tampar. Ya gua tampar, apa kurang keras? Perlu gua tampar pakai sepatu gua?" Tanya kenzo.

"Ponsel gua yang malang," Ardan mengambil ponselnya yang tinggal serpihan.

"Gara-gara lo kenzo! Gak mau tau intinya gantiin!" Seru Ardan.

 "Gatau gua gak ikutan, pengen makan cilok," Arya berjalan menuju kantin meninggalkan Kenzo dan Ardan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Posesif Alvino   Tujuhbelas

    "Lo ga ngerti omongan manusia hah?!" "Udah gue bilang jauhi Alvin ya lo jauhi!" Alya mencengkram pipi Alin erat. Gadis itu menghentakkan tangan Alya dari kedua pipinya," gue udah nurutin semua perkataan lo termasuk jauhi kak Alvin." "Untuk yang kemarin kemarin itu kak Alvin nya sendiri yang nyamperin gue." "Terus lo nyalahin gue gitu?" "Disini gue udah berusaha nurutin kemauan lo, tapi lo nya makin ngelunjak." Ucap Alin mengeluarkan unek-unek nya. "Kalau begitu lebih baik gue bunuh papah lo. Setuju?" Alya tersenyum miring. "Pilih papah lo mati atau jauhi Alvin." Tekan Alya kembali. Alin tersenyum misterius," gue bakal bilang sama papah kalo lo sama mamah lo itu wanita licik!" "Oh iya kah? Bagaimana caranya? Sedangkan papah lo aja lebih percaya sama gue." Ucap Alya sombong. Alin memutar rekaman pembicaraan dia dan Alya barusan yang ia rekam di handphone nya. "Mana mungkin kan papah ga percaya sama bukti ini." Ucapnya menantang Alya. Terlihat Alya mengepalkan tangannya," k

  • Posesif Alvino   Enambelas

    Alin memakan nasi goreng yang dipesankan Alvin untuknya. Matanya melirik cowok yang duduk di sampingnya yang dari tadi terus saja memperhatikannya.Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya berusaha tidak peduli dan kembali fokus pada makanannya.Terlihat dia buru-buru memakan nasi goreng itu agar cepat habis dan bisa pergi meninggalkan kakak kelas nya itu."Pelan-pelan makannya, gak ada yang minta." Seru Alvin.Alin meminum seteguk air untuk mengakhiri makan paginya. "Gue ke kelas duluan, thanks makannya."Alvin bangkit dari duduknya menghalangi jalan Alin.Cowok itu menempelkan telapak tangannya di kening gadis itu."Badan lo panas, istirahat aja di UKS, gue temenin. Udah diminta izin ini sama guru lo.""Gue baik baik aja.""Bisa ga si, lo nurutin perkataan gue? Jangan membangkang terus!" Sentak Alvin."Lo bisa gak sih? Gak usah maksa maksa orang. Bersikap semau lo, lo gak mikirin perasaan gue. Jauhin gue." "Apa salah nya? Gue suka sama lo, apa jatuh cinta itu sebuah kejahatan?"

  • Posesif Alvino   Lima belas

    Keesokan paginya Alin berjalan memasuki area sekolah. Peluh keringat membanjiri mukanya. Bagaimana tidak? Dia lari dari rumahnya samai ke sekolah.Tadi pagi-pagi sekali sebenarnya dia berangkat bersama Alya dengan mobil cewek itu. Tetapi tidak jauh dari rumahnya, Alya menurunkan Alin di tengah jalan dan meninggalkannya. Sialan sekali bukan?!Gadis itu menyelipkan anak rambut yang menghalangi pandangannya ke belakang daun telinga. Gerah sekali! Ditambah sekarang ini rambutnya dia biarkan tergerai. Jika saja dia membawa ikat rambut, pasti dia ikat.Langkah kakinya sengaja dia pelankan untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Tangannya berusaha mengipas-ngipas di depan mukanya bertujuan untuk menghilangkan gerah."Pagi Alin." Sapa Alvin yang datang dari arah belakang gadis itu.Alin melirik Alvin sebentar lalu menolehkan lagi pandangannya ke depan."Lo habis ngapain?" Tanya Alvin melihat Alin banjir keringat."Lo peduli?" Tanya Alin cue

  • Posesif Alvino   Empat belas

    "Sebenarnya Alin dimana? Dari tadi kita udah muter-muter kota ini gak jelas." Decak Alvin."Jangan-jangan lo bohong? Lo gak tau Alin dimana kan? Itu sebabnya lo selalu kasih tau tempat yang salah dan berakhir kita muter-muter jalanan gak jelas.""Gue tau, cuma tadi gue sengaja memperlambat waktu. Gue pengen lebih lama bareng sama lo." Ucap Alya dengan wajah tidak bersalah nya.Alvin memberhentikan mobilnya ditepi jalan."Turun!" Seru cowok itu dengan nada emosi.Bagaimana tidak? Sekarang sudah pukul 20.00, sudah 1 jam mereka mengelilingi jalan raya namun tidak kunjung bertemu Alin, karena Alya selalu memberikan tempat tujuan lokasi yang salah."Oke-oke! Sebenarnya Aldi bawa Alin ke pasar malam. Jadi jangan turunin gue oke?" Ucap Alya mengalah."Awas kalo lo bohong lagi, gue buang lu di jalanan!" Ancam Alvin lalu melajukan mobilnya membelah jalan raya yang padat, spertinya karena ini malam minggu.*****

  • Posesif Alvino   Tigabelas

    Alin turun dari bus yang dia tumpangi untuk pulang. Gadis itu lalu berjalan membuka gerbang rumahnya.Tin!Pergerakan nya terhenti saat suara klakson terdengar di indra pendengarannya. Gadis itu menoleh.Terlihat Alvin dengan motor ninja merahnya dan Alya yang di bonceng cowok itu yang tengah memeluk erat pinggang Alvin.Alin membuka lebar gerbang itu lalu segera memasuki rumahnya.Gadis itu berlarian kecil membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali.Dengan langkah kecilnya Alin membuka tirai jendela, melihat kearah gerbang dimana Alya dan Alvin tengah berjalan masuk."Ngapain pake di suruh mampir sih?" Ucap Alin."Bulshit banget, katanya suka sama gue. Sekarang jalan sama Alya."Alin duduk di meja belajarnya.Gadis itu lalu menepuk pelan kepalanya."Gue kan harus siap-siap. Pasti Aldi bentar lagi datang."Gadis itu segera bejalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Al

  • Posesif Alvino   Duabelas

    "Alin!"Gadis yang merasa dipanggil menghentikan langkah kakinya.Terlihat di lapangan sana Alvin tengah berlari menghampirinya."Tangan lo udah sembuh?" Tanya Alvin dengan seragam basketnya.Alin hanya mengangguk lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda."Alin." Panggil Alvin kembali sambil menyusul langkah gadis itu."Kenapa lo terus menghindar dari gue?"Gadis itu hanya diam."Alina!" Alvin menggenggam tangan Alin membuat langkah gadis itu terpaksa berhenti."Kenapa sih?" Alin menghentakkan tangan cowok itu sehingga genggaman di tangannya terlepas."Lo kenapa sih? Tiba-tiba menjauh dari gue?" Tanya Alvin."Apa iya? Perasaan lo aja kali.""Kalo ada masalah cerita sama gue. Gue buat salah sama lo?"Gadis itu hanya diam."Jawab!""Lo siapa gue sih kak? Lo itu cuma cowok pemaksa yanga buat kehidupan tenang gue jadi gak tenang lagi. Karena lo gue suka dapat masalah."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status