Share

Posesif My Husband
Posesif My Husband
Penulis: Mia006

Chapter 1

Sore hari seperti biasa Marren sudah menyelesaikan semua tugas kuliah, ia bergegas menemui Ibunya yang sedang sibuk di dapur.

''Marren? apa yang kamu lakukan, Nak? Sudah biar Mama saja. Kerjakan saja tugas kuliahmu" tegur mommy Marren yang melihat putri semata wayangnya itu meraih rendaman baju kotor yang siap di cuci.

"Marren sudah selesai semua, Mom. Mommy yang harusnya istirahat, Mom sudah seharian ini bekerja, Marren tidak mau Mommy nanti sakit.''

Marren segera menggandeng tangan Ibunya dan membawanya ke ruang tengah sekaligus ruang tamu rumah kecil itu. Meyda menepuk pipi putrinya dengan sayang, wanita itu menuruti perintah Marren dengan senyum mengembang.

"Iya, iya... Galak sekali, Putri Mommy ini..." keluh wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu menerima tangan Marren yang membimbingnya masuk rumah.

''Biar saja, daripada Mommy sakitnya kambuh lagi, Marren tidak mau. Lagian ini juga Mommy masih terima cucian lagi sih? Kan Marren sudah kerja. Ya walau masih setengah hari, setidaknya Mommy sudah tak perlu terima mencuci baju lagi." Marren terdengar mengomel membuat Mommy-nya kembali tersenyum.

"Mommy harus janji, tidak akan kerja berat-berat lagi. Tidak ada ya terima cucian lagi saat Marren tidak ada di rumah," tambahnya dengan wajah cemberut.

''Baik bos! Siap!" jawab Mayda sambil mengacungkan hormat kepada putrinya.

Mendengar jawaban Mommy-nya yang begitu patuhnya membuat keduanya tergelak bersama. Sementara Marren kembali ke kamar mandi untuk mencuci baju-baju yang akan di cuci, Mayda merapikan baju yang telah di setrika dan memasukkannya ke dalam plastik sesuai daftar yang ia tulis di sebuah buku catatan.

5 plastik cuci yang siap kirim telah selesai ia rapikan. Mayda menitikkan air matanya melirik punggung Marren yang sedang bekerja keras menyikat beberapa baju berat dan besar, terdengar bunyi gesekan sikat yang menggesek baju berbahan jins diiringi kucuran air dari kran yang mulai memenuhi ember-ember besar di kamar mandi tersebut.

Wanita setengah baya itu mendesah pilu saat kembali terkenang akan masa-masa indah bersama suami dan Ayah mertuanya sebelum kecelakaan tragis merenggut keduanya dalam waktu bersamaan.

Ketika itu Marren masih berumur 5 tahun, bertepatan ia memasuki tahun ajaran baru di sekolah pertamanya. Saat itu ia sangat senang telah diterima di sekolah unggulan dengan nilai yang bagus, walaupun ia bisa saja menggunakan koneksi dan kekuasaan Kakeknya.

Namun, ia lebih suka mendapatkannya dengan kerja keras seperti yang selalu diajarkan oleh Kakeknya. Namun tak berapa lama Marren mendengar kabar tentang kecelakaan pesawat yang ditumpangi oleh Daddy dan Kakeknya ketika mereka melakukan perjalanan bisnis ke Singapura.

Belum lama keduanya dimakamkan, matre harus menghadapi sebuah masalah besar tentang hutang perusahaan yang ditinggalkan Daddy yang membuat Mommy-nya mengalami stres berat dan mendapat serangan jantung.

Walau akhirnya Ibunya selamat dari kondisi kritisnya, namun mereka harus kehilangan rumah besar dan seisinya demi menutup semua hutang yang terlalu besar untuk ditanggung mereka.

Marren dan Mommy-nya yang terusir dari rumahnya sendiri memutuskan untuk pergi. Namun tak hanya sampai di situ saja, ia harus berpindah-pindah rumah dan Sekolah demi menghindari orang-orang yang terus mengejar mereka karena menginginkan Shakira.

14 tahun berlalu kini mereka bisa hidup tenang tanpa kejaran orang-orang yang menginginkan Marren. Apa pun alasan mereka, Mayda tak ingin menyerahkan Putrinya sebagai penebus.

kesalahan Suami dan Ayah mertuanya dulu. Bertahun-tahun ia mati-matian berhasil menyembunyikan Marren. Namun karena sakit yang ia derita, membuat keadaan berbalik, Marren yang kini menjadi tulang punggung keluarga sekaligus pelindungnya.

Hal itu membuatnya selalu diam-diam menangis. Ketegaran hati matre yang membuatnya terus tetap bisa bertahan. walau hidup dengan serba kekurangan. Wanita itu tak henti-hentinya berdoa agar kesehatannya kembali membaik agar bisa meringankan beban yang harus dipikul putrinya sendirian.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 8 malam, Marren baru menyelesaikan semua cucian dan menjemurnya. Gadis itu menyeringai senang dan menghela napas dengan puas saat membawa ember kosong terakhirnya.

"Akhirnya selesai juga! Huwaah.... Lapar...!" Marten meletakkan ember di tumpukan ember yang lain yang ada di sudut kamar mandi kecilnya.

''Sini makan. Tadi Mama masak telur gulung kesukaanmu, Makan yang banyak." Ibunya menyendok nasi untuk Marren.

Setelah mencuci tangannya dengan bersih, gadis itu duduk di meja makan berseberangan dengan Mommy-nya. la menatap dengan sangat antusias telur gulung yang dipotong-potong menjadi beberapa bagian di sebuah piring kecil.

Tak lupa ia membubuhkan saus sambal kesukaannya di atas. telur telur itu. Keduanya makan dengan lahap di selingi canda tawa tentang kisah Marren di kampus yang masih suka melarikan diri setiap ada acara.

Walau nilai akademisnya tak terlalu menonjol namun Marren sering menjadi juara kelas saat ia masih duduk di bangku sekolah. Nilainya jadi terus menurun karena masalah keluarga yang menimpanya selama 14 tahun belakangan.

Karena sering menjadi kejar-kejaran orang-orang tak dikenal, matre lebih mementingkan memperdalam ilmu bela diri demi melindungi diri dan Mommy-nya.

Walau masih mahasiswi di tahun pertama Marren merasa ia harus melepaskan kuliahnya demi biaya pengobatan Mommy-nya. Namun Madya tak pernah menyukai gagasan Marren yang ingin bekerja.

Berkali-kali mereka mendebatkan masalah yang sama hingga akhirnya Marren mengalah dan tetap kuliah di sela-sela pekerjaan paruh waktunya di restoran di sebuah Mall.

Setelah menyelesaikan makan malam, Marren mengemasi piring-piring kotor mereka ke dapur memastikan Mommy-nya minum obat dan multivitamin, Marren membawa bungkusan-bungkusan cucian untuk di antarkan kepada para pelanggan yang merupakan tetangga yang tinggal di sekitar rumah susun itu.

Sambil membawa tas besar di tangan kanan dan kirinya, ia pergi ke beberapa tempat yang telah dicatatkan oleh ibunya. Tak butuh waktu lama Marren telah berhasil memberikan baju-baju cucian itu serta mendapatkan upahnya.

Beberapa di antaranya memberinya bonus karena kerja Marren dan Mommy-nya yang selalu tepat waktu serta Marren mau bersusah payah untuk mengantarnya.

Marren bersenandung riang sambil menenteng satu bungkusan lagi milik seseorang yang ada di bangunan seberang rumah susunnya. Karena ingin mempersingkat waktu, gadis itu memilih jalan pintas melewati kebun kecil yang terbengkalai, namun kebun itu dimanfaatkan untuk tempat parkir bagi penghuni rumah susun dan warga sekitarnya.

''Nona Lira atau Tuan jack? Kok bisa Mommy sampai dapat pelanggan jauh begini sih? Dan sepertinya dia orang asing? Ah sudahlah. Yang penting habis ini beli makanan buat Mommy" batin Marren sangat senang saat ia membawa pulang banyak bonus untuk Mommy-nya.

Saat melewati kebun kosong itu, Marren tak menyadari beberapa pasang mata sedang menatapnya dengan tajam, hingga gadis itu memasuki halaman bangunan rumah susun yang ia tuju.

Setelah menemukan alamat yang di tuju Marren mencoba mengetuk pintu rumah yang tertutup rapat. Untuk beberapa saat menunggu akhirnya pintu itu terbuka dan Marren menghadapi sosok pria asing yang sangat tampan.

Walau sempat terkesima, ia tahu pria yang ada di hadapannya itu adalah pelanggan yang harus dijaganya, dan Marren segera pamit dengan baik-baik walau pria itu memaksanya masuk untuk sekedar minum dan makan kue.

Marren tetap menahan sabar dan berbicara baik-baik saat Pria itu berani menarik tangannya dengan paksa agar ikut masuk ke dalam rumah susun yang lebih mewah dari gedung yang Marren tinggali.

Akan tetapi Pria i itu mulai merayu dan ingin mencium Marren dengan paksa, mau tak mau Marren mencoba berontak dan berteriak. Belum sempat Pria itu merengkuhnya Marren berhasil menendang alat vital Pria itu dengan kuat yang membuatnya langsung tersungkur kesakitan.

Hal itu dimanfaatkannya berlari meninggalkan tempat itu. Namun sial, Pria itu masih sempat menarik kakinya hingga membuatnya terjatuh. Marren meronta-ronta sambil terus berteriak minta tolong.

Sekali lagi Marren berhasil menendang orang itu dan membuatnya menjauh. Di ujung lorong itu ia melihat beberapa orang memakai pakaian serba hitam berjalan cepat ke arahnya karena mendengar teriakannya.

Merasakan ada yang tak beres Marren segera berlari meninggalkan tempat itu. la sengaja berlari memutar arah dan memilih jalan terjauh, bahkan ia keluar dari area rumah susun itu dan menuju pasar malam yang ada di belakang gedung.

Dengan napas memburu gadis itu bersembunyi dan berbaur dengan beberapa pedagang yang ramai pembeli dalam keadaan kalut dan bingung. Lalu ia memutuskan untuk memasuki tenda makan yang ada di samping pintu masuk gedung rumah susun itu.

Sambil terengah gadis itu memesan minuman dingin kepada penjual makanan itu. "Loh, Marren? Kok tumben? Sendirian saja?" sapa Sang Penjual yang sudah mengenal Marren dan Mommy-nya sejak mereka tinggal di situ.

"Hah... hah... Aah iya, Bang."

"Ada apa? Kok terengah-engah begitu?"

"Itu, tadi lihat hantu...." sahut Marren seenaknya dan membuat Abang Penjual tergelak.

"Baru jam 08.40 ini, mana ada hantu sih? Kamu ini ada-ada saja, Marren." Mereka tergelak bersama mendengar Marren yang asal bicara.

Untuk beberapa saat Marren berdiam di tenda makan itu hingga ia melihat dua mobil mewah yang keluar dari gerbang rumah susun itu.

'Siapa mereka? Apa mereka orang-orang penagih utang itu? Padahal kata Mommy, perjanjiannya sudah selesai setelah mereka mengambil alih semua saham Daddy dan Kakek? Lalu apa lagi?' batin Marren berkecamuk.

NEXT

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status