Share

Bab 6 - Pertunangan

"Mamah? Mamah kenapa?" Kiara membuka pintu rumahnya dan disuguhkan pemandangan Mamahnya yang tengah menangis dalam pelukan Papahnya itu.

Kiara duduk di samping sang Mamah dengan wajah khawatirnya.

"Kenapa Mah? Pah, Mamah kenapa?" risaunya yang tak kuasa melihat tangis Rima.

"Mamah gapapa sayang" Rima mengusap tangan Kiara penuh sayang diikuti dengan senyumnya yang tak mau membuat Kiara khawatir. 

Namun Kiara terlihat tak percaya dengan apa yang Mamahnya katakan, ia lebih memilih menatap Papahnya yang justru membuang muka saat ia melihat pada pria baya itu. 

"Apa terjadi sesuatu Pah? Mamah kenapa?" Kiara merasa bahwa ada sesuatu yang orangtuanya sembunyikan darinya dan hal itu sangat tak Kiara suka jika kedua orangtuanya menyembunyikan sesuatu hal darinya. 

"Mamah hanya sedih ketika mendapat  kabar duka dari temannya Kiara, hanya itu" 

Kiara menatap pada Mamahnya dan menelisik apakah yang dikatakan Papahnya itu benar, namun melihat Rima yang mengangguk dengan menutup wajah saat isakannya kembali keluar membuat Kiara yakin. 

"Begitukah? Mamah yang kuat ya" Kiara mengusap punggung Mamahnya dan menyemangati Rima dengan tulus. 

Rima membersihkan air matanya dan menatap penuh senyum haru pada Kiara. "Terimakasih sayang, sudah kamu cepat masuk ke dalam kamar dan istirahat. Besok kamu harus bangun pagi loh" 

Kiara mengangguk dan memeluk Mamah serta Papahnya lebih dulu sebelum meninggalkan keduanya. 

"Kiara masuk kamar ya Mah, Pah" Izinnya sebelum pergi dari hadapan kedua orangtuanya itu. 

Setelah kepergian Kiara ke kamarnya tangis Rima kembali berderai dalam pelukan suaminya. 

"Tenanglah, aku yakin dia akan bahagia ... Tidak perlu mengkhawatirkannya ..." tenangnya mencoba menenangkan Rima yang masih menangis dalam pelukannya. 

"Aku harap kamu benar Mas ... Semoga Kiara akan bahagia ..." 

***

Hari pertunangan sudah ditentukan oleh Keith. 

Setelah dua keluarga itu kembali bertemu dan saling membahas tanggal yang sesuai untuk pertunangan keduanya, Keith mengusulkan akan diadakannya acara tunangan adalah minggu depan. 

Cepat? 

Ya, bagi Kiara itu bahkan terlalu cepat. Namun kedua orangtua mereka sudah saling setuju, tidak bagi Kiara yang semua argumen dan rasa keberatannya ditolak. Keith berkata bahwa mereka hanya bertunangan dan pernikahan mereka masih akan diadakan dua bulan lagi. 

Itu pun Keith menyetujui permintaan Kiara yang ingin hubungan ini dirahasiakan dari siapapun. Meski berat Keith menyetujuinya. 

Jadilah Kiara tak bisa lagi berkutik atau pun menolak keinginan Keith yang segera mau melamarnya. 

Dan semenjak hari di tentukan acara pertunangan Kiara dan Keith, pria itu tak pernah absen mengunjungi rumahnya, entah malam saat ia di rumah dan mengajaknya keluar sebentar atau bahkan pagi hari ketika Keith datang dan mengajaknya berangkat ke sekolah bersama. 

Meski begitu Kiara sering meminta Keith menurunkannya jauh dari sekolah, awalnya Keith sangat keberatan dengan itu, namun karena permohonan Kiara yang tidak mau orang-orang tau tentang hubungan mereka membuat Keith mengalah dan menuruti mau gadis itu. 

Sampailah  dimana hari yang mereka tentukan. 

Acara tunangan. 

Sudah sejak pagi Kiara dibuat sibuk oleh orang-orang yang datang ke rumahnya. Padahal ia tau ini hanya acara tunangan, namun repot dan semua dekorasi yang Keith atur sudah seperti acara pernikahan. 

Mereka berdua sepakat hanya mengundang keluarga besar dan tetangga dekat rumah Kiara saja, karena memang belum mau memberi tau siapapun lagi. 

Acara itu berjalan sangat lancar, sampai di mana kedua manusia yang berada di atas podium itu melakukan acara pertukaran cincin. 

Cincin yang Kiara dan Keith telah pilih, meski saat itu gagal dimana Kiara yang justru menangis saat ia diminta memilihkan cincin. Keith kembali mengajak Kiara ke toko perhiasan untuk kembali memilih cincin yang Kiara inginkan. 

Masih dengan model sederhana yang Kiara pilih, namun Keith mau itu hanya untuk acara pertunangannya, karena untuk menikah nanti Keith sudah memilih sendiri cincin mereka. 

Keith mengambil jemari Kiara dan memasangkan cincin tersebut dengan penuh hati-hati serta penuh perasaan. 

Sementara saat giliran Kiara, gadis itu mendadak terpaku sejenak, tangannya gemetar dengan keringat dingin yang timbul di dahinya. 

Keith sudah melihat gelagat gugup dan ragu di wajah Kiara, ia harus menggenggam tangan Kiara dan mencoba menenangkan gadis itu sebelum Kiara memasangkan cincin di jemari kirinya. 

"Tidak perlu gugup, pasangkan dengan tenang" Keith berkata saat tangan bergetar Kiara sudah memegang cincin yang akan dipasangkan pada jemari Keith. 

Meski tubuhnya bergetar dengan wajah penuh keraguan terpasang di wajah Kiara, syukurlah Kiara berhasil memasangkan cincin di jemari Keith tanpa melakukan kesalahan. Betapa leganya seluruh keluarga yang hadir di acara tersebut. 

Sementara Keith yang berhasil mengikat Kiara dalam pertunangan tak bisa menyembunyikan senyum bahagia serta leganya. 

Satu langkah lagi untuk meraih Kiara untuk jadi miliknya seutuhnya. 

***

"Minum?" 

Kiara mengangkat wajahnya dan menemukan Bima yang memberinya sebotol air mineral dingin untuknya. 

Kiara tersenyum dan mengambil botol yang Bima sodorkan untuknya. "Terimakasih" 

Bima mengangguk singkat dengan senyum tipisnya. 

"Kenapa duduk di sini?" Tanya Bima yang menanyakan persoalan Kiara yang memilih menjauh dari area kelas mereka dan duduk di bawah pohon rindang dekat dengan kantin sekolah mereka. 

"Lagi pengen aja" 

Kiara membuka tutup botol air mineral yang diberikan Bima dan meneguknya hingga tersisa setengah. 

"Oh iya Ki, gue boleh tanya sesuatu?" tanya Bima yang tak bisa menutupi kegugupannya. 

"Mau tanya apa?" Kiara melihat pada Bima yang mendadak gugup terlihat saat pria itu mengusap tengkuknya dan meliarkan pandangannya ke segala arah. 

"Ehm ...Menurut lo, gue itu orangnya gimana?" Bima melirik Kiara yang mengerjap pelan memandangnya. 

Kiara berdehem panjang sembari memikirkan sosok Bima di depannya ini. "Lo itu baik, kadang ngeselin juga, perhatian banget sama gue dan teman-teman, dan lo sosok sahabat yang paling pengertian!" Kiara tersenyum lebar pada Bima yang wajahnya merona malu. 

"Kenapa tiba-tiba tanya itu?" Kiara tersenyum menggoda pada Bima yang ia tau memiliki sesuatu yang ditutupi. 

"Gue ... Sebenarnya, gue lagi jatuh cinta" jawabnya jujur dengan suara pelan, Bima yang memiliki suara keras kini berbisik lirih hingga Kiara harus mendekatkan diri agar bisa mendengar apa yang Bima katakan. 

Mendengar itu bibir Kiara terbuka dan kedua matanya membulat sempurna. "Wahh!! Serius?! Siapa orangnya? Gue kenal gak? Dia sekolah di sini? Kelas berapa?" 

Kiara tak bisa berhenti bersikap heboh saat tau seorang Bima bisa jatuh cinta, temannya yang tak pernah berbicara soal gadis atau pun berbicara mengenai perasaan kini mengatakan hal itu padanya, tentu hal tersebut hal langka dan ajaib yang terjadi di hidup Kiara. 

Bima hanya mengangguk menjawab tanya Kiara dengan kedua mata yang tak lepas memandang wajah Kiara di depannya. 

"Sudah sangat lama gue pendam ini ... Dia sekolah di sini, tapi gue gak bisa kasih tau lo siapa orangnya dan di mana kelasnya" 

Kiara berdecak pelan dan mendekat pada Bima, menggoyangkan lengan pria itu agar mau memberitahunya siapa gadis yang tengah Bima sukai itu. 

"Ayo kasih tau gue!! Siapa orangnya!" 

Bima tertawa dan menggeleng "gue gak mau! Belum saatnya gue kasih tau! Nanti, nanti kalo gue udah punya keberanian baru gue kasih tau lo" Bima mengacak rambut  Kiara gemas membuat  bibir gadis itu bersungut sebal. 

"Kalo kelamaan nanti bisa direbut orang lain loh Bim! Cepetan gerak!" 

Bima terkekeh dan mengangguk kuat "gue pantau terus, kalo udah keliatan dia deket sama cowok lain gue akan tembak!" 

Kiara berdecih pelan dan menggeleng dramatis "lo pantau aja terus, lagian lo emang tau hatinya buat lo? Gimana kalo udah lo pantau lama hati cewek yang lo suka ternyata sudah terisi orang lain?" 

Bima terdiam lama menatap hampa pada Kiara yang mendadak bingung akan kebisuan Bima. 

"Bim? Lo kepikiran omongan gue ya? Maksud gue-"

"Kalo lo sendiri? Ada seseorang yang lagi lo suka?" Bima memotong ucapan Kiara, dan justru bertanya pada Kiara mengenai perasaan gadis itu. 

Kiara yang ditanya begitu mendadak terpaku. Kiara memberikan senyum tipisnya sebelum gelengan pelan ia beri pada Bima. 

Pertanyaan Bima itu membuat otaknya lansung memikirkan sosok gurunya yang kini sudah menjadi tunangannya, namun jika untuk menjawab pertanyaan Bima ia jujur memang sedang tak memiliki perasaan untuk siapapun. 

Hanya saja Keith terus meminta ia membuka hati dan membiarkan ia untuk menerima Keith. 

Bima lantas mendesah lega dan menggenggam tangan Kiara kuat. "Jujur sama gue kalo nantinya ada seseorang yang lo suka! Janji?!" 

Kiara berkerut kening atas apa yang Bima katakan, dia tertawa dan menganggap apa yang Bima katakan itu berlebihan. 

"Apasih Bim, kalo gue suka sama seseorang kenapa lo harus tau?" 

Namun saat ia selesai mengatakan itu dan melihat wajah datar Bima membuatnya sedikit bersalah. 

"Iya-iya nanti gue kasih tau kalo gue mendadak ada rasa sama orang lain!" ucap Kiara karena tak tahan dengan tatapan datar Bima yang terasa menakutkan namun tentu tatapan paling menakutkan masih terjatuh pada seorang Keith Wilson, Kiara tak bisa berkutik jika pria itu sudah memberikan ia tatapan elangnya.

Memikirkan itu membuat kedua bahu Kiara bergidik.  

Bima tersenyum lega dan kembali mengacak rambut  Kiara hingga membuat gadis itu kesal. Bima tertawa karena berhasil membuat Kiara kesal dan beranjak pergi meninggalkan Kiara membiarkan gadis itu mengejarnya. 

Tanpa kedua orang itu tau, ada seseorang yang sedari tadi sudah memantau dengan kilatan tajam di sepasang matanya dan terus menatap pada sosok Kiara yang kini sudah pergi menjauh. 

Orang tersebut mengeraskan rahangnya dan berusaha agar tak berlari ke bawah pohon demi menjauhkan sosok Kiara dari Bima yang ia rasa memiliki perasaan pada calon istrinya. 

Ya, orang itu Keith yang sedari tadi terus mencari di mana sosok Kiara berada, namun melihat gadis itu tengah berduaan dengan lawan jenisnya membuat hati serta kepalanya panas. 

Keith bersumpah jika nanti Kiara sudah menjadi istrinya tak akan ia izinkan Kiara untuk berdekatan dengan teman-teman prianya. Dia tak mau Kiara menumbuhkan perasaan lain di hatinya yang seharusnya hanya menjadi miliknya seutuhnya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status