Share

10) Kisah Misteri

Hingga beberapa saat lamanya Hendy dan Firda hanya terdiam. Keduanya asik berkelana dengan pikirannya masing-masing. Firda merenungi banyaknya kejanggalan dalam kematian Arman. Sementara Hendy asik menikmati rokok dan segelas kopinya yang sudah dingin. Isi kepalanya sudah sangat lelah memikirkan yang sedang terjadi.

Sebagai seorang sahabat yang sudah menganggap Arman sebagi saudara kandungnya tentu saja Hendy memiliki beban moral yang lebih dibanding siapapun. Dia sangat mengenal karekater Arman dengan keluarganya, lebih dari siapapun. Kehilangan yang dirasakan oleh orang tua Arman, juga dirasakan olehnya.

“Hen, ibu boleh tanya sesuatu yang sedikit sensitif?” Firda kembali angkat bicara. Tiba-tiba saja dia teringat dengan obrolan emak-emak kemarin sore.

“Silakan Bu. Saya tidak akan menutup-nutupinya,” balas Hendy santun.

“Kamu kenal dengan Mas Andi, tukang gali kuburan?” tanya Firda dengan sangat hati-hati.

“Astagfirullah!” seru Hendy seraya menghentakan punggung pada sandaran kursinya dan mendongak menatap langit-langit. Lalu menarik ke belakang seluruh rambutnya dengan kedua tangannya. Tampaknya dia sangat gusar mendengar nama itu. Dan Firda hanya melongo menatap wajah Hendy yang mendadak berubah merah padam.

“Anjiing! Si Andi, manusia bhangsat! Tak tahu diri dan tak tahu berterima kasih!” geram Hendy seraya kembali mengubah posisi duduknya seperti semula.

“Kenapa dengan dia, Hen?” Firda mendekatkan wajahnya ke wajah Hendy yang sedang geram menahan emosi. Kedua tangan Hendy pun meremas gelas yang dipegangnya, seolah ingin menghancurkannya.

“Manusia laknat itu menyebarkan fitnah yang ngebuat saya ingin ngebunuhnya sekarang juga. Namun si pengecut itu sudah pergi entah kemana!” geram Hendy penuh dendam.

“Berarti bener dia pindah karena…..” Firda bertanya ragu.

“Maaf Bu, mohon jangan dipercaya fitnah si laknat itu.”

“Emang siapa sebenarnya Mas Andi itu? Kamu kenal dia?” Firda makin penasaran.

“Aslinya dia orang mana saya kurang tahu. Hanya, beberapa tahun yang lalu pernah jadi anak buahnya Pak Arnadi. Dikeluarkan karena tidak jujur dan sedikit kurang ajar karena suka godain Bu Arnadi. Dia akhirnya nganggur dan menjadi penggali kubur.”

“Sudah nikah?” Firda makin penasaran

“Sudah punya anak satu. Keliatan nikah muda. Tapi gak tahu dia nikah dimana dengan orang mana. Mereka tinggal di rumah bekas salah seorang warga yang udah meninggal dan gak ada yang ngisi lagi rumahnya. Saya bertetangga dengan dia, dan saya tahu betul kalau dia penipu dan pembohong berat!”

“Masa sih, Hen?”

“Subuh itu secara gak sengaja saya ngeliat dia bergandengan dengan Mbak Nengsih, salah seorang tetangga saya juga. Janda ditinggal mati suaminya. Mereka bergandengan mesra masuk ke rumah Mbak Nengsih. Bukan suudzon, tapi kan kita bisa menduga, mereka melakukan apa di rumah itu?”

“Kalau tahu dia akan nyebarin firnah, subuh itu sudah saya grebeg saat dia di rumah Mbak Nengsih.”

“Astagfirullah. Kenapa dia melakukan itu?”

“Saya sedang nyelidik, apa motif si Andi menyebar fitnah, terus kabur. Apa juga hubungannya dengan Mbak Nengsih.

“Mengapa orang-orang jadi sebegitu membenci keluarga Pak Arnadi, Hen?”

“Sebanrnya itu masih belum seberapa. Ada lagi yang lebih parah, peristiwa yang terjadi tadi malam,” lanjut Hendy.

“Ada apa lagi, Hen?” Firda kembali menatap wajah manis Hendy yang kian mendung.

“Waktu saya ketemu ibu, kemarin. Ternyata Pak Arnadi kedatangan tamu istimewa. Seorang cewek yang ngaku pacarnya Arman, parahnya lagi cewek itu ngaku-ngaku hamil dan minta pertanggung jawaban dari keluarganya Arman.” Hendy kembali menjeda ucpannya, dia mengalihkan pandangan ke sisi lain, tak kuasa melihat mata Firda yang seketika terbelalak.

“Astagfirullah, terus bagaimana, Hen?” Firda makin penasaran.

“Cewek itu tetep minta biaya dari keluarga Arman. Alasannya Arman waktu itu sudah janji mau menikahinya atau setidaknya ngebiayai hidup cewek itu dengan anak yang dikandungnya. Dia ngotor minta uang dua ratus juta.” Hendy kembali menatap wajah Firda.

“Astagfirullah!” Firda yang terperanjat menutup mulutnya yang menganga, “terus dikasih begitu aja sama Pak Arnadi?” sambungnya.

“Belum. Rencananya Pak Arnadi mau jual mobilnya dulu.” Hendy kembali menunduk.

“Kamu percaya kalau Arman punya pacar dan ngehamilinya?” tanya Firda dengan intonasi yang mendaadak tinggi. 

“Sama sekali tidak percaya. Setahu saya Arman hanya punya satu kekasih. Wanita itu sekarang ada di depan saya, Ibu Firda!” balas Hendy tegas.

“Husst, sembarang aja kalau ngomong!” sergah Firda dengan wajah yang mendaadak seperti udang rebus.

“Serius Bu. Arman selalu ngomong begitu. Dan dia tidak pernah merahasiakan apapun pada saya.” Hendy bicara sangat serius.

“Terus, kalau kamu tidak percaya cewek itu pacarnya Arman, kenapa kamu diam aja? Setidaknya kamu kan bisa memberikan kesaksian kalau Arman tidak pacaran dengan dia!” Suara Firda kembali naik oktafnya.

“Awalanya saya sangat tidak percaya, tapi ketika tahu namanya, saya tidak bisa bicara apa-apa lagi.” Suara Hendy mendadak lemah setengah berbisik.

“Jadi kamu kenal dengan cewek itu? beneran dia pacarnya Arman?” susul Firda tak sabar.

“Sama sekali tidak kenal. Tapi, dua minggu sebelum meninggal, Arman menceritakan pengalamannya yang sangat tidak masuk akal dengan seorang cewek yang namanya sama persis dengan cewek yang datang ke rumah Pak Arnadi itu.” Suara Hendy kini mulai sedikit bergetar.

“Arman mengalami apa dengan wanita itu?”

“Saya gak tahu cewek yang kemarin datang ke rumah Pak Arnadi itu cewek yang sama atau bukan. Hanya yang pasti namanya memang sama. Bisa aja kan kebetulan. Arman mengalami beberapa kejadian yang sampai ini saya sendiri masih belum percaya.”

“Arman menceritakannya sama kamu apa yang dialaminya itu?” Firda makin tidak sabar.

“Kami bahkan menuliskannya jadi sebuah cerita pendek,” jawab Hendy kalem sambil mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya.

“Kalian menuliskannya dalam bentuk cerita?” Firda mengulangi ucapan Hendy dalam bentuk pertanyaan.

“Iya. Arman ingin menuliskannya karena dia merasa kisah itu sangat ganjil dan masih tidak yakin jika dia mengalaminya. Ibu mau baca ceritanya?” tanya Hendy seraya menyodorkan hapenya.

“Astaga, jadi beneran kalian menuliskan cerita itu?” tanya Firda seraya menatap ponsel Hendy yang tersodor depan daadanya.

“Saya yang menulis, Arman yang bercerita. Tapi jangan diketawain karena saya bukan penulis femes. Ini benar-benar sekedar untuk mengenang. Saya tidak menduga proses menulis cerita itu benar-benar menjadi kenangan terakhir buat kami berdua.” Hendy berusaha tenang namun sama sekali tidak terlihat nyaman.

“Gak papa kalau ibu ba..baca cerita ini, Hen?” Firda bertanya untuk memastikan lagi.

“Kemarin saya udah bilang, hanya Ibu yang diizinkan membacanya. Tapi maaf kalau tulisannya masih acak-acakan dan bahasanya rada sedikit vulgar, harap maklum. Tapi apa yang tertulis di situ, itulah yang Arman alami dan ceritakan sama saya. Dia bahkan berani disumpah pocong!” Hendy makin menegasakan.

Firda menatap wajah Hendy yang mendaadak sedikit memerah, seperti menahan malu. Lalu pandangan Firda kembali pada layar ponsel yang memuat sebuah cerita berjudul ‘Aku Dan Cewek Misterius.’

“Sekali lagi mohon maaf kalau bahasanya kurang berkenan di hati Ibu. Saya mohon izin ke belakang. Silakan Ibu baca aja dulu, gak banyak kok, cuma lima bab.” Hendy bicara seraya undur diri dari hadapan Firda, tanpa menunggu jawaban dari sang mantan pembimbing PKLnya.

“Kenapa harus ke belakang, Hen?” tanya Firda dengan suara pelan, hingga Hendy yang sudah berjalan jauh tak mendengarnya.

‘Mengapa harus ngumpet? Adakah sesuatu yang sangat memalukan atau sangat dirahasiakan dalam cerita ini?’ tanya Firda dalam hati.

Entah mengapa baru saja membaca judulnya, jantung Firda terasa langsung berdebar-debar tak menentu. Judul yang teramat biasa, dia bahkan sering membaca cerita yang benar-benar horor, namun baru kali ini tangannya yang memegang hape mendadak sedikit bergetar seperti terkena tremore.

‘Semisterius dan sehoror apakah wanita itu?’ Firda kembali bertanya-tanya dalam hatinya sambil melanjutkan membaca cerita misterius itu.   

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Jefri Herlb Alam
saya juga tertarik seperti nya ....hahahhahahaaa
goodnovel comment avatar
Fadita Adinata
atau jangan2 pak kadesnya juga ikutan tertarik sama Firda...
goodnovel comment avatar
Fadita Adinata
issss, modus banget si Sandy, ingat bini dirumah Pakkkk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status