Share

9) Hari H

“Kok lama sekali sayang, katanya cuma sebentar?” tanya Mas Bayu saat aku sampai di rumah.

“Iya Mas, tadi Bang Alex ngobrolnya lama banget sama teman-temannya,” jawabku berbohong.

“Ya udah kita masuk dulu. Mas juga udah nyiapin minuman hangat buat kamu, Sayang” ajak Mas Bayu sambil tersenyum lembut menghangatkan jiwaku yang kaku dan dingin.

Aku benar-benar terharu mendapati kelembutan dan perhatiannya. Lalu buru-buru masuk ke rumah dan bergegas masuk kamar mandi. Aku tidak mau Mas Bayu melihatku menangis karena terluka atas penghinaan Alex, sekaligus terharu atas kebaikan suamiku.

‘Mas Bayu, seandainya kamu tahu, istrimu tercinta ini sudah dua dinodai oleh si manusia brengsek itu. Di dalam rahim istrimu kini telah tersemai benih seorang preman kampung yang bertekad ingin merebutku darimu. Maafkan segala kelemahanku, Mas.’

Aku hanya bisa membatin sambil berusaha menahan isak tangis agar tidak menjadi raungan keras yang akan membuat suamiku cemas dan bertanya-tanya, apa sesungguhnya yang telah terjadi dengan diriku.

Selesai mandi dan makan malam, aku meminta waktu pada suamiku untuk menyendiri karena merasa sangat lelah. Mas Bayu memahami keinginanku dan dia memang selalu mendukung apapun yang ingin aku lakukan. Mas Bayu rela berindah kamar hanya demi bisa membuatku tenang merenungi diri di kamar yang sepi.

Semua yang telah terjadi antara aku dengan Alex, sama sekali sudah tidak bisa lagi aku sesali. Saat di motor tadi kami sama sekali tidak bicara. Namun saat aku turun dari motor, Alex memeriku uang dengan jumlah yang lumayan besar untuk ukuran Alex yang kurasa tidak jelas pekerjaannya. 

Aku sempat menolakanya karena jika diterima itu sama saja artinya aku menerima lamaran dia untuk menikahiku. Namun Alex tetap memaksakan hingga mengancamku akan membuangnya ke suang jika menolak. Dia mengaggap itu adalah nafkah lahir setelah aku mendapatkan juga nafkah batin.

Uang tersebut masih tersimpan rapi dalam tas tanganku. Jika Alex tetap tidak mau menerimanya kembali, maka aku pun sudah punya rencana lain. Uang itu akan aku kembalikan pada neneknya dalam bentuk makanan, pakaian atau apa saja yang sekiranya sangat dibutuhkan dan benar-benar bermanfaat buat si nenek.

Ketika akan berpisah Alex pun mengatakan jika dirinya akan pergi jauh entah untuk berapa lama. Katanya hendak mencari uang yang banyak untuk menafkahiku sekaligus melamarku kelak jika sudah bercerai dengan Mas Bayu. Alex bener-bener manusia unik,  licik, menarik namun juga menggelitik untuk terus dilirik.

Dalam perenungan panjang malam ini, kembali aku meresapi kata-kata Alex yang mengatakan jika Mas Bayu sebenarnya lelaki berorientasi seks menyimpang alias tidak normal. Dia aslinya lelaki penyuka sesama lelaki. Sebanrnya bukan hanya Alex yang pernah mengatakan itu. Namun baru dia yang benar-benar frontal mengatakannya di depanku.

Irvan Bachdim, adik kandungnya Mas Bayu pun pernah secara tersirat mengatakan hal tersebut. Namun aku berpura-pura tak acuh dan tak mudeng.  Karena dia memang selalu menunjukan sikap kurang sukanya pada Mas Bayu. Bachdim menilai Mas Bayu terlalu lembek dan kemayu untuk ukuran seorang lelaki.

Sifat dan pembawaan kakak beradik itu memang bagai bumi dan langit. Bachdim nyaris sama dan sebangun dengan Alex. Hanya saja dia tidak pernah terlibat kriminal dan juga lebh elegan, bersih dan intelek karena masih kuliah.  Bachdim pun sangat baik dan menghormatiku sebagai kakak iparnya.

Pikiranku semakin jauh melayang, mengenang kembali saat-saat pertama menjadi istrinya Mas Bayu. Mungkinkah ucapan frontal Alex dan sindiran halus Bachdim ada kaitannya dengan orientasi seksual suamiku saat ini? Benarkah suamiku seorang biseksual? Menyuaki wanita tapi juga lebih suka dengan pria. Maybe.

Kala itu resepsi pernikahanku dengan Mas Bayu digelar dengan cukup mewah dan megah untuk ukuran lingkungan sekitarku yang orang biasa-biasa saja. Bahkan sempat menjadi trending topik karena ada beberapa pejabat partai dan pejabat negara yang hadir.

Aku sendiri tidak terlalu paham mereka itu pejabat apa. Maklum, aku sama sekali tidak tertarik dengan dunia politik atau pun dunia bisnis. Wajar saja jika tidak mengenal dan tidak merasa wah dengan kedatangan mereka. Sejatinya mereka memanglah tamunya keluarga Mas Bayu. Bapak mertuaku politisi moncong putih  tingkat Kabupaten.

Sesaat sebelum akad nikah berlangsung, berulang kali aku memandangi pantulan bayangan diri pada cermin yang lemari pakaian. Aku tampak cantik dan anggun dalam balutan kebaya brukat putih.

Cermin yang sudah sejak lama berada di kamarku memang tidak pernah berbohong. Dia selalu mengatakan aku gadis tercantik di kampungku dan sekitarnya. Pantas saja pernah menjadi juara satu Mojang Jajaka tingkat kecamatan. 

Dalam balutan kebaya putih ini, aku makin sadar jika penampilanku sangat anggun dan memukau, kupikir nyaris tanpa cela, seperti yang diucapkan oleh  eluarga, kerbabat,  dan teman-teman dekatku tadi saat berpaspasan sebelum aku masuk kembali ke kamar pribadiku. Beruntung sekali bapakku yang telah lama menghilang bisa datang untuk menjadi wali nikahku.

Tanganku menyusuri baju kebaya berwarna putih mutiara yang melekat indah di tubuhku. Memamerkan setiap lekuk tubuhku yang kuyakini akan memesonakan setiap mata yang memandangnya.

Ingin rasanya mantan-mantanku melihat diriku dalam keadaan seperti saat ini. Dua gunung kembarku yang tampak ranum disangga korset yang kencang. Pinggangku yang ramping semakin langsing karena lilitan stagen yang memperlihatkan lekuk pinggulku yang bahenol.

Kebayanya sangat tidak glamor namun terasa mewah dan gemerlap, apalagi ketika dipadu dengan kain batik yang melilit bagian bawah tubuhku, tentu akan memberi kesan khusus pada siapapun  yang memandangku.

Batik tulis warna cokelat dihiasi prada keemasan sangat kontras dengan kebaya putih nan elegan, serta slop warna senada yang kukenakan. Riasan wajahku pun tampak kemilau yang membuat raut wajahku seperti bermandikan cahaya yang penuh pesona dan elok memikat mata.

Seuntai ronce melati menjuntai dari sisi sanggulku melengkapi keindahan dan kemilaunya aksesoris dan kembang goyang yang tersemat di antara sasakan sanggul rambutku. Tak habis-habisnya aku mengagumi semua benda yang kukenakan dalam hari spesialku ini.

Busana pengantin yang kami kenakan adalah hasil rancangan sahabat Mas Bayu yang didatangkan khusus dari kota. Dia juga yang mendadani wajahku. Walau seorang lelaki, namun hasil karyanya benar-benar menakjubkan. Aku yakin, di kampung ini baru aku yang didandani oleh seorang profesional yang bayarannya sukses membuat semua orang kampung tercengang.

“Ini benar-benar maha karya yang sangat adi luhung. Uang memang tidak bisa berbohong.” Aku benar-benar mengagumi segalanya.

Sesungguhnya aku sendiri merasa terkesima saat melihat Mas Bayu. Calon suamiku itu tampak gagah, tampan menawan dalam balutan busana pengantin adat Sunda yang senada dengan yang kukenakan. Mas Bayu yang kesehariannya terkesan kolot, bisa tampil laksana arjuna. 

Tenda dan dekorasi pelaminan pun sudah sejak kemarin membuat semua orang terkesima. Mereka pun tak menduga di kampung yang jauh dari kota, akan ada perhelatan yang dibuat semegah dan semewah itu. 

Aku juga sangat berterima kasih pada Mas Bayu dan keluarganya yang telah mempersembahkan keindahan yang tak ternilai demi melengkapai kebahagiaanku di hari yang sangat special ini. aku benar-benar rela menjadi bagian keluarga mereka.

Bapakku yang biasanya tidak pedui dan relatif kejam pada istri dan anak-anaknya pun sempat menagis sesenggukan turut bahagia dengan nasib baik yang sedang menaungi kehidupanku.  

Ini adalah hari pernikahanku. Hari dimana aku akan melepas masa lajangku. Walau Mas Bayu meruapakn jodoh yang tak terduga, namun aku sudah sangat ikhlas menerimanya dengan lapang dada. Apapun adanya Mas Bayu, aku sudah rela menerimanya karena dia telah sah menjadi suamiku.

Jam sepuluh malam aku meninggalkan pelaminan karena malam pertama kami akan dihabiskan di sebuah villa mewah yang telah dipesan khusus oleh Pak Yusuf, sebagai hadiah pernikahan untuk kami.

Beberapa pasang mata dan olok-olok dari kerabat dan saudara, mengiringi kepergian kami yang akan melaksanan malam pertama dengan dahsyatnya di sebuah tempat yang sangat special. Hari itu aku benar-benar menjadi pusat perhatian sebagai ratu sejagad sehari.  

Ada sedikit perasaan jengah dan malu saat semua orang menggodaku. Untung saja mobil yang akan membawa kami sudah standby di depan rumah, sehingga pada saat melewati penonton hiburan dangdut yang membludak, aku dan Mas Bayu sudah berada dalam mobil yang berhiaskan bunga-bunga indah.

Oh begini rasanya akan menjalani malam pertama. Semoga tidak ada sesuatu hal yang bisa mengacaukan segalanya…

Dua puluh menit kemudian, aku dan Mas Bayu tiba di villa. Wangi bunga melati harum semerbak menerpa hidungku saat memasuki kamar pengantin yang dihias dengan sangat cantik, elegan dan menakjubkan.

Seisi kamar dipenuhi aneka bunga dan hiasan kain bernuansa hijau muda dan putih, warna favoritku. Di atas ranjang pengantin full dengan aneka kelopak bunga dengan aneka warna senada. Aku benar-benar serasa sedang berada di surga.

Inikah yang disebut surga dunia itu? atau masih ada kejutan-kejutan lainnya? Jantungku semakin dag-dig-dug tak karuan.

^*^

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Fadita Adinata
stress tu si Sandy, eh tapi Yudis masih biasa aja, belum sadar kalau istrinya jadi lebih glowing dab lebih memikat kali ya.
goodnovel comment avatar
Fadita Adinata
biar gak kayak si Sandy yang matanya jelalatan liatin istri orang,
goodnovel comment avatar
Fadita Adinata
gini nih, kalau ada tamu pria dirumah selain suami, sebagai istri disarankan untuk menutup aurat.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status