Share

2) Suami Lemah

Entah ilmu apa yang dimiliki Alex, hingga tak ada seorang pun yang berani menghentikan aksi tengil dan kesewenang-wenangannya itu. Para aparat maupun pihak berwajib setempat pun seolah tinduk pada kearoganan seorang Alex. Mungkin hanya Tuhan yang bisa menghentikannya kelak.

Sepertinya Alex mempunya rekam jekak yang sangat mengerikan hingga semua orang lebih memilih diam daripada berurusan dengannya yang besar kemungkinan menjadi korban berikutnya.

Menurut bisik-bisik tetangga, sebenarnya Alex sudah sering keluar masuk penjara karena berbagai tindak kriminalnya. Bahkan dia pernah terlibat dalam perampokan dan pembunuhan sadis satu keluarga. Namun anehnya dia bisa lolos dari jerat hukum. Jika masuk jeruji besi,, hitungannya hanya beberapa hari saja.

Sungguh sakti sekali manusia bernama Alex ini. Pantas saja dia semakin semean-mena. Jangan-jangan dia memang dibacking oleh oknum-ioknum aparat yang tidak bertanggung jawab? pikirku.

Sejak peristiwa itu, Alex semakin menjadi-jadi dan sering bersikap semena-mena terhadap Mas Bayu. Sudah tak terhitung berapa kali dia memalak suamiku yang tak punya kuasa untuk menolaknya.

Mas Bayu benar-benar telah lelaki lemah dan kerap menjadi bulan-bulannya. Terlebih lagi suamiku memang terkenal dengan sikapnya yang lemah lembut cenderung lembek untuk ukuran seroang laki-laki. Alex bahkan sering mengatainya sebagai banci atau bencong. Sungguh sangat menyakitkan.

Tubuh Alex memang begitu gagah dan kekar bukan tandingan bagi Mas Bayu, walau tampaknya dia jauh lebih kurus. Suamiku tidak akan menang jika pun harus berduel mati-matian melawannya.

Mas Bayu bukan tipe lelaki yang senang mencari keributan. Bahkan dalam sepanjang hidupnya belum pernah dia berkelahi dengan siapapun. Setidaknya itu yang aku tahu dari cerita-cerita dia dan keluarganya. Masa muda Mas Bayu benar-benar flat dan baik-baik saja.

Sementara itu Alex dikabarkan pernah bekerja di daerah Pedalaman Kalimantan dan di berbagai pelabuhan laut. Juga dia pernah menjadi kuli ilegal di Perkebunan Sawit, Malaysia sana untuk jangka waktu beberapa tahun. Mungkin itu yang membuat tubuhnya tampak kekar dan berisi serta wataknya tempremannya yang menjengkelkan sekaligus mengerikan.

Aku sudah berusaha melakukan berbagai cara agar Alex tidak lagi menganggu ketentraman hidup keluargaku. Bahkan aku sering mengirimkan makanan untuk neneknya yang sudah tua renta itu. Namun Alex sepertinya manusia yang sudah mati hati dan nurani kemanusiaannya.

Semakin didekati dan dibaiki justru dia semakin melunjak dan menjadi-jadi. Aku pernah mengajak Mas Bayu untuk pindah rumah dan tinggal dengan keluargaku. Namun dia menolak dengan alasan jauh dengan tempatnya bekerja. Mas Bayu justru selalu memintaku untuk bersabar dan tawakal menghadapi ujian yang datangnya dari manusia biadab bernama Alex itu.

“Tapi mau sampai kapan kita begini, Mas?” Aku sempat protes.

“Kita tunggu setengah tahun lagi. Insya Allah kita akan pindah dari sini dengan sangat terhormat. Doakan suamimu ini cepat naik jabatan sehingga kita bisa menempati rumah dinas yang jauh lebih layak dan nyaman,” hibur suamiku untuk menenangkan kegelisahan dan kegundahanku.

Sejatinya Mas Bayu mungkin tidak terlalu merasa terganggu dengan keberengsekan Alex. Dia lebih banyak menghabiskan harinya di kantor. Sementara aku lebih sering beraktivitas di rumah yang jaraknya tidak lebih dari dua puluh meter dengan Alex.

Dan sepandai-pandainya aku berusaha menghindar dari segala mala bahaya yang senantiasa mengintai. Namun akhirnya hari sial dan naas itu pun datang juga. Ajaibnya kesialan itu datang pada siang hari yang benar-benar sangat indah dan cerah…..

Entah mengapa hidupku jadi sangat mengerikan seperti ini.

“Hai Sis, baru pulang dari mana?” sapa seseorang saat aku baru saja tiba di depan rumahku setelah dari warung.

Aku refleks menolehkan wajah mencari asal suara yang sepertinya milik seseorang yang sudah sangat familiar di telingaku. 

Deg!

Jantungku seketika terasa berhenti berdetak. Bola mataku terbelalak dan napasku sedikit tertahan saat melihat sosok yang penyapaku itu ternyata lelaki yang paling kubenci sekaligus paling kutakuti.

Alex berdiri di dekat pohon jambu samping rumahku. Dia memakai celana jeans hitam yang robek sana-sini, dipadu dengan kaos hitam ketat tanpa lengan, seolah ingin memamerkan semua tato yang tergambar pada kedua lengan dan dadanya.

“I… i… iya Bang, sa…saya baru dari wa..warung,” jawabku gelagapan seraya menatap lelaki bengis yang tampaknya sangat suka melihat keterkejutanku.

Sebelah tangan Alex memutar-mutar sebatang rokok yang masih menyala. Sementara tangan yang lainnya mengelus-elus celana robek-robeknya tepat di bagian selangkangannya yang menyembul. Tatapan mata dan seringai bibirnya yang hitam benar-benar sangat mengintimidasiku.    

“Bayu belum pulang, Sis?” tanya dia sambil bersandar pada pohon jambu di belakangnya.

“Be…be..belum, Bang. Kan bi..bi..biasanya pulangnya sore atau malam. Sa… sa.. saya juga ini mau pergi ke pas… pas..ar, pu..pu..pulang dulu juga mau ngam..ngam..bil yang ketinggalan,” jawabku berbohong sambil tergesa-gesa memasukan anak kunci pada lobangnya.

Sekilas aku melihat lelaki bertampang kriminal itu bangkit dari bersandarnya, lalu melangkah pelan mendatangiku. Sekujur tubuhku terasa bagai dicerabut dari akarnya, lemas dan tak berdaya, ketakutan mulai menyergap segenap jiwa ragaku.

“Makin gede aja susu lu, Sis,” ucap Alex dengan tatapan liar yang tertuju pada bagian depan tubuhku. Wajahku mendadak terasa sangat panas, mungkin warnanya pun berubah merah padam, saking kesal, marah dan takutnya. Pikiranku benar-benar berkecamuk dalam kekacauan.

“Sudah dua kali gua ke sini, kebetulan si Bayu-nya selalu tidak ada. Kemarin juga gua ke sini, tapi hanya sampai samping rumah aja,” ucap dia tanpa beban, sambil terus mendekatiku. Dan aku sama sekali tidak tahu kalau dia kemarin datang ke sekitaran  rumahku.

Jantungku makin dag-dig-dug tak karuan. Ada niat untuk berlari meninggalkanya sambil berteriak-teriak minta tolong. Namun seluruh tenagaku seolah telah hilang dihisap bumi. Aku pun berpikir itu bukan ide yang baik, karena percuma saja tidak akan ada yang bisa menolongku.

Ingin rasanya aku pun mengusir dia dengan cara baik-baik namun aku yakin Alex bukanlah manusia yang bisa luluh dengan kelembutan dan kebaikan. 

“Me,,me..,mangnya ada perlu apa sama Mas Bayu, Bang?” Aku memberanikan diri bertanya walau tubuhku semakin terasa mengigil.

“Hehehe, keperluan dengan Bayu sih gak terlalu penting, justru gua ada keperluan yang sangat mendesak dengan lu, Siska,” balas Alex yang membuatku makin terperanjat dan ciut nyali.

“Dengan saya?” tanyaku sambil tak sadar menunjuk dadaku sendiri dan kedua mataku makin intens menatapnya, walau hatiku sebenarnya tak ingin beradu pandang dengan matanya yang sangat mengerikan itu.

“Betul, tapi hanya kita berdua yang bisa bicaranya, kecuali kalau lu menginginkan semua orang mengetahuinya.” Alex makin membuatku bingung sekaligus penasaran dengan pernyataanku itu.

“Ada masalah apa dengan saya, Bang?” Aku masih mencoba bicara kalem dan baik-baik agar bisa sedikit menenangkan diri dan mengasai keadaan.

“Ini menyangkut masa depan rumah tangga lu dengan si Bayu suami lu,” balas Alex sekenanya dan bibirnya kembali menyeringai menampilkan deretan giginya yang purih bersih dan rapi.

“Hah, ada apa dengan rumah tangga kami, Bang?” Aku semakin tak mengerti dengan ucanpan Alex.

“Sebaiknya kita bicara baik-baik di dalam, kecuali lu ingin dengan cara-cara lain!” tawar Alex dengan nada bicara yang masih sangat tegas dan mengintimidasi.

Aku tidak mungkin lagi menolaknya walau yakin itu hanya sebuah modus. Namun demi masa depan kehidupan dan rumah tangga kami, aku harus menurutinya. Aku tidak ingin terjadi keributan dengan mansuia seperti dia. Terlebih lagi tidak ingin membuatnya marah hingga preman super tengik ini kalap dan membunuhku, atau setidaknya menyakitiku.

Berhadapan dengan manusia seperti Alex, sebisa mungkin harus tetap tenang, sabar dan mengalah. Jika perlu harus bisa mengambil hatinya. Melawan pun percuma hanya akan membuat rugi dua kali. Setidaknya itu pesan dari Mas Bayu suamiku. Berteriak minta tolong pun percuma. Semua orang enggan melibatkan diri berurusan dengan Alex agar tidak menjadi korban berikutnya.

“Silakan masuk, Bang!” Dengan sangat berat hati, aku pun mempersilakan dia masuk ke rumahku yang sepi dan seluruh gordengnya pun tertutup, karena aku memang berniat akan pergi ke pasar.

“Saya buatkan kopi dulu ya, Bang,” ucapku setelah Alex duduk di ruang tamu. Lalu dengan jantung yang makin berdebar-debar serta sekujur tubuhku terasa lemas, aku bergegas menuju dapur.

“Gulanya sedikit aja, Sis. Gua lagi sedikit diet nih, hahahahaha.” Teriak Alex sambil tertawa lepas.

Entah apa maksud dari tertawa manusia iblis itu. Aku bahkan sama sekali tidak merasa ada yang harus dianggap lucu apalagi harus ditertawakan. Kalau pun dia mau diet atau apapun, itu bukanlah urusanku. Lagian ngapain juga lelaki harus diet, tubuh dia juga gak gendut-gendut amat, kok!

Dasar manusia aneh!

^*^

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Castiellaa
duh ndraa pagi-pagi baca adegan panas bikin hmmm....
goodnovel comment avatar
Aisy Me
wkwk ritual sehabis berantem memang seri......
goodnovel comment avatar
Fadita Adinata
Ini bisa ditiru nih, walaupun ada perdebatan dan pertengkaran suami istri, setelahnya harus ada yang mengalah dan minta maaf duluan, dan masalahnya habis sampai disitu, apalagi sampai berakhir diranjang, ehakkkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status