Bekal malam minggu ♥️
"Masuk. Rachel pasti sudah tidur." Rangga mengacak-acak puncak kepala Vina, lalu beranjak masuk ke dalam.Jemari Vina menyentuh bibirnya yang hampir saja menempel di bibir Rangga. Dia diam mematung, mencerna apa maksud Rangga melakukannya.Sebuah tangan tiba-tiba menarik Vina sampai berdiri. Rangga ternyata kembali lagi."Rachel masih marah denganku." Rangga seolah meminta Vina untuk membantunya membujuk Rachel."Dia juga tidak mau dekat-dekat denganku sejak tadi.""Kenapa?" "Rachel m-marah ...."Jemari Rangga menyelip di jari-jari Vina secara natural. Menarik pelan agar Vina mengikuti langkahnya. Vina sampai lupa bernapas menerima perlakuan Rangga yang tak biasa.Wajah Rangga datar, seolah-olah apa yang dia lakukan sudah sangat biasa dan tak berarti apa-apa. Vina semakin tak mengerti, apa yang sebenarnya Rangga rasakan dan pikirkan saat ini?Padahal, wanita dalam gandengan Rangga sudah seperti selembar kertas yang jika tertiup angin jatuh begitu saja. Sekujur tubuh Vina melemas, seti
"Sudah bangun?" bisik Rangga.Vina belingsatan hendak bangun. tetapi Rangga memeluknya kian erat. Punggung Vina yang menempel di dada Rangga dapat merasakan debaran jantung pria itu."Jangan bergerak-gerak. Rachel masih tidur."Semakin Vina bergerak, Rangga makin sukar menahan diri. Sejak semalam, Rangga menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam kesulitan itu sampai tak bisa memejamkan mata.Rangga masih sangat mengantuk. Memeluk hangat tubuh Vina dapat membuat Rangga tenang, asal Vina tak bergerak-gerak."S-saya mau menyiapkan sarapan.""Sudah ada pembantu. Kamu diam saja sebentar. Aku tidak bisa tidur semalam kerena menjaga kalian." Rangga mengaku."Jangan seperti ini ... nanti Ibu bisa salah paham kalau melihat kita begini." Vina berjuang melepaskan rengkuhan Rangga, tetapi tenaganya tak cukup untuk melawan."Hemm." Rangga sudah hampir tertidur sampai tak sadar bergumam, "Rambutmu wangi sekali, Vina ....""Hu hu hu hu ...." Rachel merengek setelah membuka mata.Rangga terkesiap dan la
"Vina!" Martha terkejut bukan main seraya mengurut dadanya."Ibu juga tahu, tapi tidak memberi tahu aku?" Vina menggeleng-geleng tak percaya, lalu meninggalkan mereka.Vina sangat kecewa kepada Martha, melebihi rasa takut karena Belinda tahu bahwa Rachel adalah putri calon suaminya. Padahal, belum lama ini Vina mengeluhkan nasib buruknya pada Martha. Ternyata, kesialannya belakangan ini disengaja seseorang.Selain kecewa, Vina juga merasa bersalah kepada Belinda. Karena dia, Belinda yang cantik itu jadi berbuat kejahatan sampai hampir mengorbankan nyawa orang.Tentu saja, Vina marah karena perbuatan Belinda. Tetapi, jika dia memposisikan dirinya pada Belinda, Vina bisa mengerti bagaimana sakit hati yang dirasakan Belinda."Vina," panggil Rangga, "duduk, aku akan menjelaskan semuanya.""Tidak perlu. Saya sudah tahu garis besarnya. Belinda cemburu dengan saya dan Rachel. Saya yang seharusnya minta maaf pada Belinda. Anda juga jangan terlalu menghabiskan banyak waktu di sini."Rangga ber
"Uhuk ... Uhuk ...." Belinda terbatuk-batuk, lalu meraup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang terasa panas.Rangga menunjuk wajah Belinda dengan geram. "Aku akan membiarkanmu kali ini karena anakku baik-baik saja. Jika kamu mengulangi perbuatanmu sekali lagi, aku akan membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri!" "Kamu bicara apa, Sayang?! Anakmu siapa? Jangan mengada-ada." Belinda pura-pura tak mengerti.Gelenyar ketakutan menjalar di sekujur tubuh Belinda. Bagaimana Rangga bisa tahu perbuatannya? Padahal, dia sudah merencanakan semua dengan sangat hati-hati."Aku sudah tahu, kamu yang menyuruh orang untuk mencelakai Rachel, bukan?!""Rachel? Rachel anaknya Vina? Kenapa aku harus mencelakai anak Vina? Dan kenapa kamu menyebut Rachel anakmu?" Belinda memasang tampang kebingungan."Jangan pura-pura bodoh, Belinda! Aku sudah tahu semua kebusukanmu. Dan, ya, Rachel itu anakku! Menjauhlah darinya mulai sekarang!" bentak Rangga."Apa?! Kamu sedang bercanda 'kan? Rachel tid
"Hah?" Vina terpana oleh ucapan dan tindakan Rangga. Wajah pria itu pun merona walau ekspresinya datar. Vina tak bisa menebak apa yang ada di pikiran Rangga sekarang. Mau bertanya pun sungkan.Apakah Vina salah mendengar atau Rangga yang keliru bicara?"Anda ... baru saja bertemu Belinda?"'Siapa lagi calon istri Pak Rangga kalau bukan Belinda?' lanjut Vina dalam hati.Vina buru-buru menarik tangannya. Vina menyangka, Rangga mencium tangannya sambil membicarakan wanita lain. Tampaknya, Rangga tahu apa yang ada dalam pikiran Vina. Dia menyentil dahi Vina pelan."Awww! Sakit!" pekik Vina."Kamu tambah bodoh. Aku mengatakannya padamu ... calon istriku." Rangga pergi begitu mengucapkannya.'Maksudnya ... aku calon istrinya? Seenaknya saja dia memutuskan!' geram Vina dalam hati, tapi bibirnya tersenyum-senyum sendiri.Vina merasa ada makhluk-makhluk kecil di dalam dadanya yang sedang berpesta pora sambil menyalakan kembang api yang begitu meriah. Vina tentunya tahu apa yang sedang dia ras
'Tinggalkan Rangga dan ... berkencan saja denganku.' Kata-kata Julian tadi masih mendengung di benak Belinda.Julian mengatakan itu supaya Belinda berhenti mengganggu Vina. Julian tak akan membiarkan siapa pun merusak kebahagiaan Rachel yang ingin selalu berada di dekat ayah kandungnya.Akan tetapi, Belinda mengartikan ucapan Julian dengan cara yang berbeda. Belinda mengira Julian telah jatuh cinta padanya.Siapa yang tak akan jatuh cinta padanya? Belinda tersenyum singkat. Dia merasa menang dari Vina. "Vina ... Vina ... kalau Julian saja bisa memilihku daripada kamu, Rangga pun akan melakukan hal yang sama. Kamu harus tahu di mana tempatmu yang seharusnya. Rangga akan meninggalkan kamu demi aku," gumam Belinda.Belinda juga merasa kasihan kepada Julian. Karena Belinda tak akan bisa menyerahkan hatinya untuk pria itu. Walaupun Julian juga memiliki paras rupawan, tetap saja, hanya Rangga yang dapat mengambil hati Belinda.Tak mau berlama-lama memikirkan perasaan Julian, Belinda segera
"Aku ingin kencan seharian denganmu, lalu makan malam berdua di apartemenku. Setelah itu, aku akan bilang kepada orang tuaku dan Kakek Mahendra kalau aku tidak ingin bertunangan denganmu lagi." Dion membacakan isi pesan Belinda dari ponselnya dengan nada yang dibuat-buat seperti wanita."Tidak. Aku hanya akan menemuinya saat Rachel sudah tidur. Katakan itu padanya," tegas Rangga.Dion membalas pesan Belinda sesuai apa yang dikatakan Rangga. Belinda dengan cepat merespon."Untuk terakhir kalinya, turuti permintaanku. Kalau tidak mau, aku juga tidak akan memutuskan hubungan kita."Gigi Rangga bergemeletuk mendengar permintaan Belinda. Ditambah lagi, Dion semakin menjadi-jadi mengubah suaranya."Turuti saja permintaan Nona Belinda-"Rangga menatap tajam Dion yang masih mendalami perannya sebagai wanita."Ehem ..." Dion mengetes pita suaranya. "Maksud saya, Anda mungkin bisa mendapatkan sesuatu seharian ini. Lebih banyak bukti lebih baik. Pak Mahendra bisa semakin yakin dengan Anda."Setel
BRAK!Rangga memukul pintu dengan sekuat tenaga untuk meredam gejolak nafsu yang membara. Namun, semua sia-sia, rasa itu masih ada."Sayang ... sentuh aku," desis Belinda.Gerakan sensual Belinda yang menyentuh dirinya sendiri, membuat Rangga sedikit terpancing. Belinda menarik tangan Rangga sampai ke sofa. Lalu, mendorong Rangga sampai terduduk pasrah sambil mendongakkan kepala.Sungguh, Rangga ingin menolak perlakuan menjijikkan itu. Tetapi, tubuh Rangga sulit untuk dikendalikan. Terlebih lagi, ketika Belinda mulai naik di atas pangkuannya."Minggir, Belinda!" bentak Rangga.Belinda membelai wajah Rangga, memeluk, dan mendesaknya. "Kamu boleh menyentuhku sampai puas, Sayang," rayunya.'Rachel.'Rangga berusaha kuat membayangkan putri kecilnya. Tawa Rachel dalam benak Rangga mulai menggantikan gejolak nafsu dalam dada. Dengan sedikit upaya, Rangga mendorong tubuh Belinda ke samping. Belinda yang berada dalam pengaruh alkohol dan obat itu menggelepar seperti ikan di daratan yang kekur