“Ehem!!! Punya pacar tajir begitu, bayar dong, kos kamu! Udah 3 bulan telat, nih!”
Terdengar suara teguran bernada sinis dari belakang tubuh Rey.
Pria itu kaget, dan menoleh. Di teras kosnya, sudah menunggu Tante Ivon, si pemilik tempatnya berteduh dengan wajah masam, tak sedap dipandang mata.
Rey pun merogoh dompetnya. Hanya ada uang 1,5 juta, uang depe dia lenggak-lenggok di catwalk tadi.
Tante Ivon lansung ngitung uang ini setelah Rey berikan. “Ih masih kurang… harusnya 6 juta! Kan kamu nunggak 3 bulan, ditambah 1,5 juta untuk bulan ini,” sungut Tante Ivon, yang kalau urusan duit, otaknya cepat sekali jalan.
“5 hari lagi saya bayar tante, setelah sisa honor di bayar!” Rey minta despensasi lagi.
“Nggak bisa! Besok sore paling telat, atau kamu angkat kaki dari kos ini, selamat malam!” tante Ivon pun melengang pergi.
Limit yang kejam, tapi begitulah sifat Tante Ivon.
Selepas kepergian Tante Ivon, Rey berjalan dengan bahu yang lunglai. Sampai di kamarnya, Rey merebahkan diri dan menatap ponselnya.
“Apa aku ambil aja ya, ajakan Chikita tadi?” pikirnya, menimbang-nimbang.
Toh, Chikita bilang, temannya hanya butuh teman ngobrol dan status pacaran. Rey jadi berpikir, jika dia bisa dapat uang tambahan per jam, jika menjadi teman ngobrol janda beranak satu yang tadi Chikita ceritakan.
Setelah menimbang beberapa menit, Rey pun memutuskan menghubungi Chikita.
“Kenapa?” sahut Chikita langsung pada dering ketiga.
“Tawaran kamu tadi, masih berlaku nggak?” tembak Rey to the point.
Terdengar Chikita terkikik sebelum meledeknya, “Hemm… jadi berubah pikiran nih? Tapi ada syaratnya, loh!”
“Syarat? Apa Syaratnya?” desak Rey penasaran. “Nggak sampai harus begituan, kan?”
Sejenak, Chikita terdiam, sebelum kemudian wanita itu kembali berceloteh panjang, “Ah, gampang, kok! Pokoknya, begitu kamu sudah bertemu Reni, kamu wajib ikutin apapun kemauan dia.”
Nada bicara wanita itu terdengar tegas di akhir kalimat. “Ingat loh, dia ini si ratu skincare, uangnya tak berseri. Satu hal lagi, temanku ini pemilih orangnya, banyak artis dan model ternama yang dia tolak mentah-mentah, kamu pun aku belum bisa jamin apakah dia suka?”
Meski kedengarannya seperti tidak beda dengan job yang ditawari Mami Meni, tapi karena sudah mengenal Chikita dan mempercayainya… Rey pun yakin, jika Chikita tidak mungkin melakukan hal demikian.
“Rey…. Oiii Rey, dengar nggak apa yang aku barusan omongin, kok kamu diam?” sentak Chikita di seberang telpon.
Rey tersentak. Pikirannya yang tadi memikirkan ‘kemungkinan dia dijebak oleh Chikita’ langsung terputus.
“Iya Chikita, aku dengar…!” sahut Rey perlahan.
“Nahh gitu donggg, okee yaa nanti aku atur, tunggu kabar dariku,” ceplos Chikita lalu menutup telepon.
Rey pun hanya termangu. Dia hanya bisa berharap, semoga tawaran dari Chikita benar-benar menghasilkan. Dan semoga… tawaran Chikita ini benar-benar hanya berhenti sampai menjadi teman cerita, dan status palsu saja.
**
“Sudah punya kekasih atau mantan Mas Rey? Soalnya, kalau kamu bilang belum pernah punya pacar, aku jadi curiga nih… jangan-jangan….”
Di sinilah Rey sekarang, di sebuah kafe yang terletak di lobi sebuah hotel berbintang. Chikita bilang, Reni memilih tempat ini karena dia baru saja ada urusan pekerjaan.
Rey yang biasanya cool, sedikit terkejut mendapati pertanyaan itu. Untuk apa juga Reni bertanya hal seperti itu, padahal kan… mereka hanya akan berstatus pacarana pura-pura saja.
Meski begitu, Rey tetap menjawab, “Aku normal. Hanya memang, saat ini tidak punya pacar.”
Mungkin, pikir Rey… Reni hanya jaga-jaga. Kalau Rey punya pacar, kemungkinan besar Reni bisa dibuat viral karena merebut pacar orang.
“Tunggu di sini ya Rey, aku dan Reni ada bisnis kecil berdua,” ungkap Chikita yang langsung bangkit menggandeng tangan Reni.
Rey pun mengangguk dan persilahkan Chikita dan Reni bergeser ke meja lainya dan keduanya berbicara.
Dia tidak bisa mendengar perbincangan itu, hanya bisa melihat wajah-wajah penuh antusias dari dua wanita, entah mengobrolkan apa.
“Wah, beneran lebih ganteng aslinya daripada di foto, Chiki! Ternyata kamu nggak bohong!”
“Aku nggak pernah bohong, Ren! Gimana? Sesuai kriteria kamu, kan?” Chikita menaik-turunkan alisnya.
Wanita cantik berkulit putih dengan rambut sebagian disemir coklat dan dibikin berombak itu tampak menatap teliti penampilan Rey dari meja lain.
Rey sadar dirinya diamati, tetapi dia memilih tidak mengacuhkan.
Reni tampak tersenyum puas, dia lantas berbicara ke arah Chikita, “Iya. Aku jadi nggak sabar.”
Yang Rey dengar hanyalah suara cekikikan Reni, juga Chikita bergantian.
“Jangan kaget… itunya juga ukuran jumbo Honey!”
Detik itu, wajah Reni yang ditangkap oleh mata Rey, sedikit berubah. Alis wanita itu berkerut, dengan tatapan sedikit menajam ke arah Chikita.
“Sudah kamu coba yah? Jadinya bekas kamu dong?”
Terlihat, Chikita mengibaskan tangannya ke udara. Lalu kemudian berbincang lagi. “Ish, bukan, lah! Mana berani aku kasih yang bekas ke kamu?” kilahnya. “Aku nggak pernah pake dia, tapi pernah nggak sengaja lihat saat kami fashion show ketika sama-sama ganti baju waktu fashion show. Pokoknya, top markotop, deh. Kamu nggak akan kecewa!”
Setelahnya, Reni tertawa lepas. Bahkan, pipi wanita itu terlihat memerah.
“Tapi, dia benaran bukan ani-ani tante lainnya, kan?” tanya Reni, masih memastikan.
“Iya, aku jamin dia bersih!” Chikita meyakinkan kembali. “Pokoknya kamu nggak bakalan nyesel, lagian juga sangat disiplin orangnya, pendiam dan tak suka banyak omong!”
Chikita seolah beri jaminan, sehingga semakin membuat Reni makin bergairah.
“Oke, kalo gitu. Aku juga jadi makin nggak sabar, nih. Jantungku sudah deg-degan dari tadi.” Reni memegang jantungnya, yang terus berdegup terlebih ketika melihat manik Rey. “Bisa langsung eksekusi nggak? Aku sudah lama nggak ganti oli nihh…!” ceplos Reni blak-blakan.
“Aku bilangnya kamu nyari pacar dulu, soalnya! Takutnya dia kaget dan malu-malu kalau kamu nyerang. Tapi, sebentar….” Chikita langsung mengorek isi tasnya dan mengeluarkan sebungkus pil tanpa nama. “Nih, ada satu pil sisa gadunku. Aku jamin dia bakalan seperti kuda jantan binal.”
Reni sumringah seketika. “Ish, kamu emang paling tau aku, deh!”
“Selamat menikmati malam dahsyat yang tak bakalan terlupakan” Chikita terkekeh dan kemudian berlalu.
**
Perpaduan Langga dan Romi, di bantu Anca dan Toni, serta dua rekannnya yang lain bikin tim-tim dari sekolah lain bertekuk lutut.Tiga pertandingan di group penyisihan dengan mudah mereka menangkan, rata-rata dengan skor menyolok. Langga dan Romi jadi pendulang poin yang saling kejar-kejaran jadi yang terbanyak.Langga makin matang dan bagus mainnya, tak kalah dari Romi, pa Bandi sang pelatih sampai bergumam, kelak setelah Romi lulus, maka Langga-lah sang Kapten berikutnya.Kini SMUN 15 masuk 16 besar atau perdelapan final, kali ini sistem gugur, siapa yang kalah akan pulang.Kekompakan Langga dan Romi jadi momok di topang Toni dan Anca serta dua pemain lain, perdelapan final sukses mereka lewati dan masuk perempat final.Di sini juga sama, lagi-lagi Langga dan Romi tak terbendung dan sukses masuk semifinal.Dari babak gugur ke babak gugur berikutnya, hanya jeda satu hari saja.Perlawanan sangat sengit dan alot, saat mereka berhadapan dengan juara bertahan SMUN 2 Banjarmasin di babak s
Begitu mobil ini mengaum dan keluar dari pagar rumah mewah, Tante Melly langsung dekati anak gadisnya.“Gitu dong cari pacar, jangan kayak yang dulu, udah gayanya songong, sok kaya pula, biarpun ganteng, tapi attitudenya jelek. Yang ini menang segalanya, kamu itu cantik sayang, cari kekasih yang harus di atas kita…!” ceplos Tante Melly senyum sendiri, sekaligus singgung si Romi, eksnya Julia.“Langga Kasela…namanya kayak familiar?” gumam Bram Haruna tanpa nyadar.“Papanya mantan panglima militer pah, Jenderal Rey Sulaimin. Namanya sama dengan mendiang kakek buyutnya, Langga Kasela Sulaimin,” sahut Julia, sebutkan secara lengkap siapa Langga.“Whatsss…klan Sulaimin...hemm..pantas!” sahut Bram lalu sesaat wajahnya dikit berubah mendengar ucapan anaknya.“Apaa…keluarga Sulaimin?” wajah Tante Melly juga kontan berubah. Julia jadi terheran-heran, kenapa ayah dan ibunya kini kayak terkejut begitu?“Julia…sebaiknya, jangan terlalu dekat dengan si Langga itu deehh!” ceplos Tante Melly tiba-ti
“Pantessss…turunan klan Sulaimin ternyata!” batinnya lagi dan dia pun merasa minder jadinya, apalagi ingat mantannya si Romi, nggak ada seujung kuku-nya si Langga ini.“Langga…ooo ini tuh pacar kamu, cakep nih,” tiba-tiba nenek Qawiya muncul dan dia senyum senang menatap wajah cantik Julia.“B-bukan nek, ini Julia teman sekolahnya aku,” sahut Langga ralat, tak enak dengan Julia. Si cantik ini justru tertawa kecil saja, malah diam-diam senang si nenek menyukainya.“Eh ini neneknya Langga yaa, nenek juga masih cantik kok?” sahut Julia dan mencium tangan si nenek ini, yang makin lebar tawanya.“Aku nenek buyutnya cantik, kakek-nenek dan ortunya si Langga ada di Jakarta. Dia di sini menemani aku, soalnya sepupu-sepupu dan om-tantenya tak ada yang mau tinggal di sini. Makanya rumah dan semua isinya di wariskan kakek buyutnya pada si Langga ini, termasuk saham-saham perusahaan, jadi nenek kini numpang sama si Langga jadinya,” sahut nenek Qawiya lalu terkekeh, sekaligus buka siapa si cicit be
“Julia jangan heran ya, sepupu si Langga ini kaya raya pakai banget, malah si Langga pernah di pinjamin Lexu* lainnya, yang tak kalah mehongnya, rupanya sepupu si Langga penggemar mobil mehong itu,” sela Toni.Si cantik yang sepintas mirip artis Raisa ini malah penasaran.“Oh yaa…masa sih, ahh bohong paling, pasti ini milik kamu! Mana ada sepupu begitu baiknya pinjamin mobil se-mehong ini” sela Raisa eh Julia.Mang Ujang tiba-tiba terbatuk-batuk, hingga mata Langga langsung membulat dan Langga tak sadar Julia menatapnya lewat spion 3 dimensi di mobil ini dan senyum aneh merekah di bibirnya.“Tuan...eh Mas Langga kita antar siapa dulu?” Mang Ujang menatap Langga lewat spion.“Emm….si Toni dulu karena rumahnya paling dekat, baru Anca, eh rumah kamu di mana Julia?” tanya Langga.Julia lalu sebutkan alamatnya, ternyata rumahnya memang agak jauh dan dia bilang sopir ayahnya tak bisa jemput dia, karena sedang ke Bandara jemput ortunya tersebut.“Aku belum 17 tahun, masih 16 tahun 11 bulan, j
Bandi sang pelatih kini sudah bisa menentukan 6 pemain inti. Langga, Romi, Anca dan Toni jadi andalan, di tambah dua pemain lainnya, sisanya pemain lapis ke 2.Ke empat pemain ini kalau sudah kerjasama sangat hebat permainannya, di tambah dua orang lainnya.“Ini dia The Dream Team-nya SMUN 15 ini,” batin Bandi sumringah.Tapi, bila Romi bertingkah dan egonya keluar, permainan tim ini akan kacau balau dan sulit cetak angka.Seorang Langga pun tak akan sanggup banyak cetak angka, kalau Romi sudah begitu. Langga harus akui, Romi yang masuk tim PON Kalimantan Selatan dan di incar beberapa klub Liga Basket Indonesia dan juga bakalan masuk seleksi Timnas ini menang pengalaman dan juga ahli atur permainan.Dan...stok pemain seperti Romi di SMU 15 ini sampai saat ini belum ada!Kejuaraan Basket antar SMU se Kalsel tinggal satu minggu lagi, latihan pun makin di genjot pa Bandi, para pemain terpaksa pulang jelang senja saban hari, karena sepulang sekolah wajib latihan. Sepert hari ini...Usai
Tiba-tiba Julia, Sekretaris OSIS datang mendatangi ke empatnya di kantin ini.“Langga, Toni, dan Anca, kalian ikut tes untuk jadi pemain basket sekolah kita yaa. Nanti setelah pulang sekolah yaa. Soalnya 3 bulan lagi ada kejuaraan basket antar sekolah se Kalimantan Selatan, kita masih kurang 3 pemain yang tingginya di atas 170 centimeteran, soalnya pemain lama pada lulus!” SMUN 15 ini lolos bersama 32 SMU se Kalsel, karena jadi runner up di kejuaraan Basket se Kota Banjarmasin 4,5 bulan lalu.Diam-diam Julia ternyata sudah dapat info, kalau personel 4 Sekawan ini jago basket di SMP masing-masing.“Siap Julia, eyke jamin mereka bertiga lulus dan bakalan jadi andalan sekolah kita,” sahut Susi Ngondek yang dulu satu kelas dengan Julia di kelas 10, dia justru ingin lanjut jadi chearleaders-nya."Oke...di tunggu yaa, jangan lupa, kita kumpul di lapangan basket ini nanti," sahut Julia lagi.“Beres Julia,” sahut Toni sambil kedipkan mata ke Julia, gadis cantik ini geleng-geleng kepala sambi