LOGINAdeline terbelalak mendengar penuturannya Leo lontarkan.Baru permulaan saja, dirinya sudah bergetar hebat seperti ini. Apalagi nanti ketika mereka sudah masuk ke permainan inti? Adeline bergidik ketika memikirkan apa yang akan Leo berikan pada tubuhnya yang sudah merinding.Kemudian Leo memajukan kepala dan menempelkan kedua bibir mereka. Lagi-lagi dia mempermainkan bibir itu dengan sangat lembut dan hangat. Pria itu sukses membuat area inti Adeline berdenyut bahkan ketika Leo hanya menyentuh bibirnya saja.Ketika sudah puas bermain dengan bibir Adeline yang selalu membuatnya kecanduan, Leo semakin melancarkan aksinya dan turun menuju bagian bawah perut sang istri. Pria itu bermain-main disana dengan bibir sampai gelombang kenikmatan itu kembali hadir.Leo tersenyum dan merasa bangga sudah membuat istrinya bergetar nikmat. Dia lalu merangkak naik dan melihat Adeline yang memejamkan kedua mata merasakan betapa hebat permainannya.Kemudian dia membelai wajah istrinya itu dan mengusap p
Leo mengundurkan kepalanya. Menata Adeline dengan senyum dan juga kedua mata yang sudah sayu. Leo kembali memajukan kepala kemudian mendaratkan bibir di atas kening istrinya itu. Setelah beberapa saat barulah Leo melepaskan kecupannya."Bagaimana ini? Mengetahui bahwa kamu sudah sembuh, malah membuatku semakin menginginkannya. Padahal aku sudah menahan diri untuk selalu berhati-hati. Tapi, hatiku malah tidak bisa bekerjasama," ucap Leo dengan perasaan yang sudah sangat dia tahan.Adeline tersenyum kecil mendengarnya. Dia tahu bagaimana Leo udah berusaha keras untuk bisa menahan gejolak hasrat yang ada pada dirinya. Suaminya itu hanya ingin membuat dia selalu merasa nyaman meski harus mengorbankan perasaannya.Namun, selain merasa tersentuh dengan perlakuan Leo padanya, Adeline menjadi sangat terharu melihat sikap pria itu yang begitu menghormatinya.Kedua tangan Adeline terangkat dan menangkap wajah Leo yang berada di atasnya. Memberikan ucapan dengan lembut dan membuat pria itu sedik
Keesokan harinya, Adeline sudah pulang dari rumah sakit. Mereka langsung pulang ke kamar hotel yang sudah dibooking oleh Adeline selama beberapa hari kedepan.Leo pun merawat Adeline dengan sepenuh hati. Bukan hanya karena dia ingin istrinya itu tidak terus-terusan menderita karena menahan sakit.Di saat seperti inilah kesabaran Leo semakin diuji. Leo yang sejak kecil terbiasa dilayani, kini harus dengan sukarela merawat Adeline. Menyiapkan sarapan, memandikan, menyiapkan baju, dan lain-lain untuk keperluan istrinya ini.Perawatan yang dilakukan Leo perlahan-lahan sudah mulai membuahkan hasil. Adeline sudah merasa baik di area pribadi. Dia sudah tidak lagi merasa perih ketika sedang berjalan ataupun beraktivitas sehari-hari.Seperti hari ini, sudah hampir sepuluh hari mereka berada di Amerika. Adeline sudah merasa sembuh dan baik-baik saja.Namun, Adeline tidak ingin Leo berhenti merawatnya. Dia ingin pria itu terus-terusan peduli seperti sekarang. Adeline ingin Leo memanjakannya sela
Adeline menatap sang suami yang ekspresi wajahnya penuh dengan perasaan bersalah. Dia melihat dengan lekat apakah ada kebohongan di sana.Namun, Leo terlihat sangat tulus menyesali perbuatannya. Membuat Adeline tersadar bahwa dia bisa memaafkan apa yang suaminya lakukan."Maafkan aku, Adeline. Maafkan aku karena sudah bersikap begitu egois," ucap Leo lirih.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia akhirnya luluh setelah melihat ketulusan yang diperlihatkan oleh Leo."Baiklah! Aku akan memaafkanmu. Tapi, kamu harus berjanji bahwa tidak akan cemburu berlebihan padaku, mengerti?!" ujar Adeline memerintah.Leo tidak langsung menjawab perintah dari sang istri. Karena menurutnya, dia tidak bisa tidak cemburu ketika melihat Adeline bersama dengan pria lain."Leo!" panggil Adeline ketika suaminya itu tidak menjawab keinginannya. "Kenapa kamu tidak menjawab permintaanku?" tanya Adeline bersedih.Leo tersenyum padanya. Dia lalu mengusap punggung tangan Adeline dan member
Begitu sampai di hotel yang sudah dipesankan oleh Bella, Adeline langsung merebahkan dirinya di atas ranjang. Dia merasa sangat bahagia telah meninggalkan negara kelahirannya.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan. Dia menatap langit-langit kamar hotelnya dengan perasaan yang aneh dan sulit untuk dideskripsikan.Pikiran Adeline kini tertuju pada pria yang sudah hampir setahun hidup bersama dengannya. Saat ini Leo pasti sedang mencarinya. Atau mungkin sedang mencemaskan dia?Adeline ingin sekali kembali dan hidup bahagia bersama dengan pria itu. Tapi itu adalah hal yang tidak mungkin. Sakit sekali hatinya karena tidak dihargai oleh Leo.Adeline menggelengkan kepalanya. Daripada terus memikirkan pria itu, dia merasa bahwa kehadirannya di sini lebih baik dihabiskan dengan berlibur menenangkan pikiran.Adeline lalu bangkit dan hendak berjalan menuju koper miliknya. Namun, baru saja dia berdiri, tiba-tiba valerie merasa
Keesokan harinya masih sama seperti sebelumnya. Leo masih sendiri di dalam kamar apartemen menanti keberadaan sang istri.Padahal Leo dengan sengaja meliburkan diri hanya untuk menunggu Adeline yang mungkin akan kembali ke dalam apartemen mereka. Namun, penantian yang dilakukannya hanya sia-sia karena sang istri tak kunjung pulang."Adeline ... kenapa kamu tidak pulang? Kenapa kamu meninggalkanku? Kenapa kamu ... uhukkk ... uhukkk ... uhukkk ...!"Leo terbatuk dengan sebelah tangan yang memegang segelas wine. Malam itu tidak terjaga karena khawatir istrinya pulang ketika dia sedang terlelap.Leo benar-benar kacau setelah kepergian Adeline. Seperti seorang anak remaja yang sedang putus cinta. Kehilangan akal dan hanya bisa melampiaskan kesedihannya pada sebuah minuman bernama wine.Dia pikir dengan meminum wine akan membuat pikirannya teralihkan. Namun, ternyata Leo salah. Semakin diminum hatinya malah semakin memikirkan Adeline. Dia s







