LOGINAdeline menatap sang suami yang ekspresi wajahnya penuh dengan perasaan bersalah. Dia melihat dengan lekat apakah ada kebohongan di sana.Namun, Leo terlihat sangat tulus menyesali perbuatannya. Membuat Adeline tersadar bahwa dia bisa memaafkan apa yang suaminya lakukan."Maafkan aku, Adeline. Maafkan aku karena sudah bersikap begitu egois," ucap Leo lirih.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia akhirnya luluh setelah melihat ketulusan yang diperlihatkan oleh Leo."Baiklah! Aku akan memaafkanmu. Tapi, kamu harus berjanji bahwa tidak akan cemburu berlebihan padaku, mengerti?!" ujar Adeline memerintah.Leo tidak langsung menjawab perintah dari sang istri. Karena menurutnya, dia tidak bisa tidak cemburu ketika melihat Adeline bersama dengan pria lain."Leo!" panggil Adeline ketika suaminya itu tidak menjawab keinginannya. "Kenapa kamu tidak menjawab permintaanku?" tanya Adeline bersedih.Leo tersenyum padanya. Dia lalu mengusap punggung tangan Adeline dan member
Begitu sampai di hotel yang sudah dipesankan oleh Bella, Adeline langsung merebahkan dirinya di atas ranjang. Dia merasa sangat bahagia telah meninggalkan negara kelahirannya.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan. Dia menatap langit-langit kamar hotelnya dengan perasaan yang aneh dan sulit untuk dideskripsikan.Pikiran Adeline kini tertuju pada pria yang sudah hampir setahun hidup bersama dengannya. Saat ini Leo pasti sedang mencarinya. Atau mungkin sedang mencemaskan dia?Adeline ingin sekali kembali dan hidup bahagia bersama dengan pria itu. Tapi itu adalah hal yang tidak mungkin. Sakit sekali hatinya karena tidak dihargai oleh Leo.Adeline menggelengkan kepalanya. Daripada terus memikirkan pria itu, dia merasa bahwa kehadirannya di sini lebih baik dihabiskan dengan berlibur menenangkan pikiran.Adeline lalu bangkit dan hendak berjalan menuju koper miliknya. Namun, baru saja dia berdiri, tiba-tiba valerie merasa
Keesokan harinya masih sama seperti sebelumnya. Leo masih sendiri di dalam kamar apartemen menanti keberadaan sang istri.Padahal Leo dengan sengaja meliburkan diri hanya untuk menunggu Adeline yang mungkin akan kembali ke dalam apartemen mereka. Namun, penantian yang dilakukannya hanya sia-sia karena sang istri tak kunjung pulang."Adeline ... kenapa kamu tidak pulang? Kenapa kamu meninggalkanku? Kenapa kamu ... uhukkk ... uhukkk ... uhukkk ...!"Leo terbatuk dengan sebelah tangan yang memegang segelas wine. Malam itu tidak terjaga karena khawatir istrinya pulang ketika dia sedang terlelap.Leo benar-benar kacau setelah kepergian Adeline. Seperti seorang anak remaja yang sedang putus cinta. Kehilangan akal dan hanya bisa melampiaskan kesedihannya pada sebuah minuman bernama wine.Dia pikir dengan meminum wine akan membuat pikirannya teralihkan. Namun, ternyata Leo salah. Semakin diminum hatinya malah semakin memikirkan Adeline. Dia s
Leo merasa terganggu oleh sinar matahari pagi yang masuk melalui celah gorden jendela kamar apartemen. Dengan kedua mata yang masih terpejam, sebelah tangan terangkat lalu menggosok kedua matanya."Ahh! Silau!" gerutu Leo dengan kesal.Pria itu kemudian membuka kedua mata hendak menutup gorden. Dia khawatir sinar matahari itu akan mengganggu tidur indah istrinya.Leo bangkit dari ranjang kemudian menutup gorden tersebut dan berbalik. Seketika kedua matanya terbelalak ketika melihat bahwa di ranjangnya tidak ada siapapun. Jantungnya berdegup dengan kencang. Pikirannya sudah melanglang buana, takut jika sang istri meninggalkannya."Adeline!" panggilnya.Leo mencari Adeline ke dalam kamar mandi. Dia tidak peduli dengan tubuhnya yang polos tanpa sehelai kain. Dia hanya ingin menemukan Adeline dan memastikan wanita itu aman bersama dengannya."Adeline! Di mana kamu?" Hanya ada suara Leo di dalam apartemen itu. Suara Leo yang bertanya tanpa mendapatkan jawaban.Kedua tangan Leo terkepal den
Leo melepaskan permainan bibirnya di kedua dada sang istri. Perlahan dia naik dan melihat wajah Adeline yang sudah basah karena terus menangis.Bukannya menghentikan permainannya saat itu juga, melihat Adeline yang seperti tidak ingin disentuh olehnya membuat Leo semakin menjadi-jadi. Dia malah semakin bertekad untuk menjadikan Adeline miliknya malam ini.Leo langsung membenamkan kembali bibirnya di atas bibir sangat istri. Mencecapnya tanpa ampun dan tidak peduli rintihan tangis Adeline.Kedua tangannya dengan lihai melepaskan pakaian yang dia kenakan. Seluruhnya ... hingga tubuhnya kini polos tanpa sehelai kain yang menutupi. Leo sama sekali tidak malu untuk menampakkan tubuhnya. Dia juga tidak peduli dengan Adeline yang menangis."Leo ... tolonglah, jangan ...," Adeline meminta dengan lirih.Hatinya menolak sentuhan Leo yang seperti ini. Namun, tubuhnya berkata lain. Sentuhan Leo benar-benar membuat tubuhnya bergetar merinding. Sep
Kedua mata Adeline terbelalak melihat Ethan tersungkur di tanah. Dia langsung membalikkan badan dan semakin terkejut melihat Leo sedang berdiri dengan ekspresi wajah yang penuh dengan amarah."Leo? Kenapa kamu—" Tatapan Leo yang menatap tajam ke arahnya langsung membuat ucapan Adeline terhenti.Tanpa berkata-kata Leo langsung menggenggam tangan Adeline dan menariknya keluar dari restoran itu. Meninggalkan orang-orang yang menatap sinis mereka atas insiden yang dibuat oleh pria itu.Adeline memberontak. Berulang kali dia berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tangan Leo di pergelangan tangannya. Namun, tenaga pria itu begitu kuat sehingga dia tidak bisa untuk melepaskan."Leo!" panggil Adeline dengan nada suara sedikit berteriak.Leo yak dengan sebelah tangan yang bebas membuka pintu mobil samping kemudi."Kenapa kamu kasar sekali padaku?!" tanya Adeline tidak terima diperlakukan dengan kasar."Masuk."







