Adeline mengerjapkan kedua mata untuk menghalau sinar cahaya yang mulai masuk menerangi matanya.
Apakah sudah pagi? Atau lampu dinyalakan? Kalau iya, siapa yang menyalakan lampu malam-malam begini?
Dengan tenaga yang tersisa, Adeline akhirnya bisa membuka kedua mata dengan sempurna. Ternyata dugaannya salah. Bukan lampu yang dinyalakan, melainkan memang hari sudah terang.
Sinar matahari masuk melalui celah gorden yang sedikit tersingkap. Dia menarik napas panjang kemudian memejamkan kedua mata. Masih mengantuk rasanya dan Adeline berniat untuk kembali terlelap.
"Sepertinya kamu masih lelah sekali, ya? Baiklah, nanti sore—tidak! Maksudku, siang ini aku akan pulang dan kita akan makan siang bersama lalu pulang ke rumah kita."
Awalnya Adeline tidak menyadari tapi suara ini sangat familiar di telinganya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu yang membuatnya membuka lebar kelopak mata.
"Leo? Kenapa kamu ada di kamarku?" t
Leo sudah merayu Adeline untuk tidur bersama di ranjang. Namun, istrinya itu tetap bersikeras supaya dia tidur di sofa. Alhasil Leo hanya bisa pasrah dan menerima keadaan bahwa dia harus mengalah."Aku belum tidur bersamamu tapi malah disuruh untuk tidur di sofa," gerutunya ketika merasa Adeline sudah tertidur pulas."Aku mendengarmu!" sahut Adeline dengan kedua mata terpejam.Mendengar itu membuat Leo semakin takut. Khawatir Adeline akan semakin marah padanya.Lampu kamar sudah dimatikan. Leo yang tidur di sofa juga sudah memejamkan kedua matanya. Adeline bangun karena dia belum ingin tertidur.Sebenarnya tidak bisa sepenuhnya salah Leo. Pria itu hanya ingin menghibur dengan caranya. Namun, ternyata malah membuat Adeline kesal.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia bangun dari ranjang dan berjalan menuju sofa. Dia hanya bisa melihat wajah sang suami dengan samar karena saat ini penerangan hanya dari lampu tidur di samping tempat tidur.Adeline berlutut di d
BAB 104 SUDAH CINTA"Alex!" Camila memandang Adeline dengan senyum. Dia memegang kedua tangan sang menantu kemudian berkata, "Ayo, kita makan.""Siapa yang mengizinkan kamu untuk makan?" Kali ini Alexander berbicara pada Camila, sang istri.Camila menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia memejamkan kedua mata sebelum akhirnya berbalik dan menatap sang suami dengan penuh kekesalan."Saya akan makan dengan atau tanpa persetujuan darimu!" seru Camila setelah itu beralih pada Adeline dan pergi meninggalkan suaminya.Adeline melihat sang ibu mertua yang berjalan menuju ruang makan seraya menggenggam tangannya. Seketika dia merasakan hatinya menghangat karena diperlakukan sampai seperti ini.Namun, dia juga merasa sedih karena melihat orang tua suaminya harus bertengkar karena dirinya."Ibu," panggil Adeline."Iya, Sayang," Camila menjawab panggilan sang anak namun dia tetap berjalan menuju ruang makan."Apa Ibu tidak apa-apa?" tanya Adeline khawatir.Camila menghentikan lan
Leo sangat panik saat ini. Dia takut Jika Adeline pergi meninggalkannya karena mendengar kalimat yang diucapkan sang ayah.Leo menuruni anak tangga dengan terus mencoba untuk memanggil ponsel sang istri."Adeline, kamu di mana?" tanyanya bermonolog.Leo sudah menelpon sang istri berkali-kali namun panggilan itu selalu tak tersambung. Operator telepon selalu menyebut bahwa nomor ponsel Adeline sedang berada di luar jangkauan."Adeline, kumohon ...!" Leo benar-benar berharap bahwa dia bisa bertemu dengan sang istri.Ketika dia sampai di ruang tamu, langkahnya terhenti karena sang ibu memanggil"Iya, Bu. Ada apa?" tanya Leo. Ekspresi wajahnya yang panik membuat sang ibu terheran."Kamu ingin kemana?" tanya Camila."Mencari Adeline, Ma." Leo mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku celananya. Sedangkan pandangannya masih tertuju pada layar ponsel."Mencari Adeline kemana? Kenapa kamu sampai mengeluarkan kunci mobil?" tanya Camila semakin heran dengan sikap sang anak."Karena Adeline tidak
Adeline yang lebih dulu menyadari bahwa ayah mertuanya sudah pulang. Namun, dĩa sungkan ingin menyapa karena melihat tatapan pria paruh baya itu yang tidak biasa.Leo menyadari perubahan sikap Adeline. Dia mengikuti arah pandang sang istri dan menyadari bahwa sang ayah sudah kembali."Ayah sudah pulang," ucap Leo.Ketika itu, barulah Alexander bersikap biasa. Dia lalu berjalan menghampiri mereka."Apakah ada masalah di kantor?" tanya Camila pada sang suami seraya menuangkan teh herbal untuk suaminya itu"Tidak ada," jawabnya. Kemudian dia melihat Adeline yang duduk di samping ayahnya. "Kapan kamu bisa kembali?" tanyanya tiba-tibaAdeline yang sedang dalam posisi seperti itu menjadi bingung. Dia berpikir bahwa Alexander sedang berbicara dengannya"Kembali kemana?" tanya Adeline bingungAlexander hanya diam saja. Kemudian dia beralih pada Leo yang duduk di sebelah Adeline."Kapan kamu bisa kembali memimpin Kane Global?" tanya Alexander. Terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang kesalCam
Ahh ... ternyata seperti itu. Sang istri sedang bersedih karena dirinya yang terkesan menghindar.Sebenarnya bukan menghindari, Leo hanya takut jika dirinya tidak bisa menahan diri yang akan berujung dengan Adeline yang semakin terluka.Namun, ternyata membuat dia secara tidak sadar melakukan kesalahan dan berujung dengan istrinya yang bersedih."Bukan seperti itu. Semuanya tidak seperti yang kamu bayangkan," ucap Leo.Dia bingung bagaimana menjelaskannya.Jika jujur, apa yang akan dipikirkan oleh istrinya ini tentang dirinya?"Lalu apa? Kamu memang menghindariku sejak pagi tadi." Adeline menundukkan kepala bertepatan dengan itu air matanya jatuh mengenai telapak tangannya. Hal itu pun tak luput dari penglihatan Leo. pria itu semakin merasa bersalah sekarang."Jangan menangis!" Leo segera duduk mendekat dan menghapus air mata Adeline."Jangan menangis! Maafkan aku," ucapnya tidak tega.Adeline menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Dia mengangkat wajah dan menatap mata
Adeline tentu saja terkejut dengan kejadian itu. Namun, hatinya merasa hangat di saat yang bersamaan. Adeline tersenyum sambil menggigit bibir bawah. Kemudian dia berbaring di samping Leo dengan kedua tangan yang memeluk tubuh pria itu dengan erat.Namun, hal yang dia lakukan malah semakin membuat Leo mempererat pelukan mereka. Bahkan pria itu berulang kali melayangkan kecupan di bibir serta dahi Adeline. Membuat wanita itu tersipu dan menenggelamkan wajah di dada sang suami.Setelah beberapa saat, barulah mereka kembali tertidur dengan damai.Adeline memegang wajah dengan kedua tangan. Mengingat hal itu saja sudah membuat wajahnya terasa panas. Dia yakin saat ini wajahnya pasti memerah. Adeline mengatur nafasnya supaya dia tidur tertawa saking senang dengan perlakuan Leo saat itu.Bertepatan dengan itu, tiba-tiba Leo keluar dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya. Menampilkan dada bidangnya dan perut bermotif kotak-kotak kesukaan p