Share

Chapter 5 - Perintah Kakek

Penulis: R. Angela
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 15:01:04

“Bukankah Anda harus bertemu Mr. Smith?”

Kalimat Gen membuat tangan Kairos berhenti membuka pintu mobil. Dia hampir lupa dengan meeting bersama kolega barunya itu, dan semua ini karena Keona!

Kairos melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Benar, dia ada janji temu dengan kolega bule nya itu. Tidak bisa ditunda, karena sangat sulit mengatur janji bertemu dengan Mr. Smith.

“Kalau begitu, kita jumpai Mr. Smith, setelahnya kita ke rumah Darmawan!”

Dada Kairos bergemuruh, dia yakin akan bertemu dengan wanita yang sudah membuat rasa sakitnya sembuh. Traumanya hilang, bahkan kini dia bisa tidur tanpa harus dihantui mimpi buruk yang sejak dulu membelenggunya.

Ini seperti jawaban dari semua permasalahannya. Dia akan melamar gadis itu, dan hal itu akan membuat kakeknya yang terus memaksa untuk menikah akan bungkam dan berhenti mengganggunya.

***

"Kamu antarkan sampel ini ke perusahaan garmen, katakan kita butuh bahan yang lebih lembut!"

Dengan sigap Keona menerima perintah Deni, pimpinannya. Dia akan mengerjakan apapun yang diminta Deni demi mendapatkan hati pria itu hingga Keona nanti bisa mendapatkan izin untuk kasbon dalam jumlah besar.

Mengingat dia bekerja masih hitungan bulan, seharusnya belum punya hak untuk mendapatkan pinjaman, tapi dia akan tetap mencoba.

"Baik, Pak. Segera saya laksanakan." Keona melirik jam tangannya. Dia harus bergegas agar sepulang dari sana masih sempat belanja keperluan dapur titipan Ratna.

Dia tidak akan berani pulang kalau semua isi list ada yang tidak dibeli. Seminggu sekali, Keona memang harus ke pasar tradisional guna berbelanja kebutuhan pangan mereka.

Memburu waktu, Keona akhirnya bisa menyelesaikan tugasnya. Sampel sudah diantar ke pabrik dan laporan juga sudah ditandatangani penanggung jawab produksi. Saatnya dia harus bergegas ke pasar.

Keona menyusuri trotoar. Masih punya waktu, jadi dia bisa berjalan santai sembari menunggu angkot datang.

Seketika tatapannya tertumpu pada seorang kakek yang berjalan seperti sempoyongan. Celingak-celinguk ingin menyebrang tapi terlihat ragu-ragu.

Keona melihat arah depan, tepat dari kejauhan melaju mobil sedan dengan kecepatan tinggi. Pria tua itu sudah ancang-ancang untuk melintas tanpa memperhatikan laju mobil. Setelah berlari, Keona segera menghampiri dan segera menarik tangan si kakek menyingkir dari lintasan jalan.

Syukurlah, tidak terjadi hal buruk padanya. Hanya bagian lengan kirinya menabrak kaca spion mobil yang terus melaju.

Beberapa orang yang menyaksikan peristiwa itu datang mengerumuni Keona dan si kakek.

"Kakek gak papa? Ada yang luka?" Tanya Keona memeriksa. Wajahnya sangat khawatir, kasihan pada kakek tua yang terlihat pucat.

"Tidak apa-apa. Hanya hempasan kaca tadi, membuat lenganku sakit."

Oleh salah satu orang yang ada disana, mereka dibawa ke rumah sakit.

"Sebaiknya dibawa ke rumah sakit, Mbak. Takut kakeknya ada yang luka," saran pria ramah itu menawarkan tumpangan.

Selama diperjalanan, pria tua yang memperkenalkan dirinya Chandra Mahesa, selalu menggenggam tangan Keona. Mengalami insiden yang hampir buatnya celaka di usia yang tidak muda lagi, tentu memberikan ketakutan dan rasa terkejut hingga dia hilang kata-kata.

"Kakek, kita sudah sampai di rumah sakit," ujar Keona lembut. Dia tahu saat ini kakek masih shock.

"Nak, jangan tinggalkan kakek, ya. Tunggu sampai keluarga kakek datang."

Keona tersenyum sembari mengangguk. Menolong orang lebih penting dari belanjanya. Biarlah nanti dia menebalkan telinga saat diomeli Ratna.

Keona menemani sampai dokter selesai memeriksa Chandra. Kata dokter, hanya shock, hal wajar diusianya yang sudah lanjut. Tapi kondisi tubuh Chandra memang tidak baik. Pria itu tampak kelelahan dan kekurangan cairan.

"Kami harus memasang infus, apakah Mbak setuju?" Tanya dokter pada Keona.

Gadis itu menatap Chandra, dan melihat kalau kondisi kakek itu semakin lemah.

"Lakukan tindakan terbaik untuk menolong kakek saya, Dok."

"Terima kasih kamu sudah mau menjaga dan membantu kakek," ucap Chandra memaksakan bibirnya tersenyum. Infus di tangannya sudah dipasang, dan dia diharuskan beristirahat oleh dokter.

"Sama-sama, Kek. Kata dokter, kakek boleh pulang kalau sudah habis satu botol cairan infus ini. Sekarang cobalah untuk beristirahat."

"Kakek haus."

"Aku akan ambilkan. Kakek tunggu di sini, ya."

***

Hanya setengah jam waktu bagi Kairos menyampaikan aspirasinya pada Mr. Smith, agar pria asal Australia itu mau menerima ajakan kerja samanya. Setelah rampung, Kairos segera undur diri dan harus segera pergi menuju kediaman Darmawan.

“Bos, ponsel Anda-“

Kalimat Gen menyadarkan lamunan Kairos. Segera diraba saku celana dan mengambil benda pipih itu. Nomor tidak dikenal.

“Halo-“

Kairos kemudian diam, hanya mendengar lawan bicaranya dari seberang sana. Tak lama, Kairos menutup panggilan.

“Kita ke rumah sakit Fatmawati!” perintah Kairos masuk ke dalam mobil tanpa menoleh pada Gen yang berdiri di belakangnya.

Seperti biasa, Gen tidak akan banyak tanya. Dia segera mengemudi mobil sesuai arahan bosnya. Satu hal yang pasti, mereka tidak jadi mencari pemilik kalung itu.

Tiba di rumah sakit Fatmawati, keduanya bergegas menuju resepsionis, bertanya kamar tuan Candra Mahesa dirawat.

Setelah info di dapat, Kairos bergegas menyeret langkahnya memasuki kamar VIP tempat sang kakek dirawat.

“Apa yang terjadi, Kek? Kenapa bisa masuk rumah sakit?” pertanyaan Kairos memburu. Meski tampak dingin, dia sangat peduli pada sang kakek. Satu-satunya keluarga yang menganggapnya manusia.

“Dasar cucu durhaka! Sejak pagi aku menghubungi ponselmu, tapi tidak kau angkat. Terpaksa aku pergi sendiri ke kantormu. Tapi sial, ada mobil melaju kencang dan hampir menabrak ku!”

Kairos ingin marah, tapi ditahan. Sudah berulang kali dia meminta kakek nya untuk diam di rumah, tapi pria itu selalu bersikeras ingin melihat Kairos bekerja.

“Aku sibuk, Kek. Banyak berkas yang harus aku periksa dan tanda tangani.”

"Semua pekerjaan mu itu lebih penting dari kakek? Kau jangan jadi cucu durhaka!"

Jelas sekali keduanya memiliki DNA yang sama, terlihat sangat keras kepala. Perdebatan itu tidak akan usai begitu saja.

"Bukan begitu. Ah, sudahlah. Apapun yang aku katakan akan tetap salah. Sekarang, apa kita sudah bisa pulang?"

"Apa kau tidak bisa melihat kalau cairan di botol itu belum habis?" bentak Chandra. Kesabarannya diujung tanduk. Dia senang melihat cucunya pekerja keras, tapi tidak dengan mengabaikan dirinya. Dia tahu hidup pahit dan keras yang dialami Kairos membentuk karakternya jadi sosok keras dan dingin.

Salah lagi, kan. Nasib Kairos punya kakek keras kepala setara dengan dirinya. Namun, meski begitu, keduanya saling sayang, meski enggan menunjukkan.

"Andai saja aku punya cucu perempuan!" tutup Chandra mendelik kesal pada Kairos yang disambut pria tampan itu dengan menaikkan satu alisnya.

“Kakek, ini air hangatnya,” teriakan lantang dari arah pintu masuk membawa kepala semua orang di ruangan itu menoleh pada pemilik suara.

"Kau?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku   Chapter 83- Hamil

    Pada akhirnya Keona memutuskan untuk memberi maaf dan kesempatan bagi Kairos. Bagaimanapun semua orang punya kesalahan. Kairos bersumpah dia tidak akan pernah lagi menyembunyikan apapun dari Keona. Meski tidak mudah percaya 100% pada Kairos, Keona tetap memperlakukan Kairos selayaknya suaminya, menghargai pria itu dan melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Lambat laun suasana mulai mencair. Kairos menunjukkan perubahannya. Dia mulai memberikan waktu untuk membahagiakan Keona. Kairos bahkan membawa Keona ke beberapa tempat di Eropa sebagai bukti dari janjinya mengganti bulan madu mereka yang sempat gagal. Kairos pun akhirnya menceritakan alasannya mengajak Keona segera pulang dari Bali karena tidak ingin Alena mengganggu mereka terlebih menemui Keona dan mengatakan hal yang tidak benar. "Alena memang wanita yang pernah aku cintai dan aku tidak memungkirinya namun ternyata dia tidak pantas untuk kucintai karena dengan tega berkhianat. Pengkhianatan yang pertama sudah aku

  • Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku   Chapter 82- Pisah Ranjang

    "Sayang, kau sedang apa?" Kairos mendekati Keona. Gadis itu sedang duduk di depan TV tapi dengan tatapan kosong. "Kau sudah pulang! Seperti yang kau lihat, aku sedang menonton televisi. Apa ada yang aneh?" tanya Keona ketus. Kalau Kairos pikir akan mendapati istrinya menangis di rumah maka dia salah. Keona sudah terlalu lelah untuk menangisi kejadian buruk yang terjadi dalam hidupmu kini dia sudah kebal. "Keona, ada yang ingin ku bicarakan denganmu." "Silakan." Keona mengambil sikap tegak. Kalau dipermukaan dia terlihat tenang, maka di dalam sudah hancur. "Tentang Alena-" "Alena? Mmm... " Keona tampak berpikir lalu mulutnya terbuka, ekspresi orang yang lupa lantas beberapa kemudian ingat kembali. Kairos mempelajari mimik wajah Keona, mengukur seberapa besar amarah gadis itu padanya. Akting Keona tentu saja bisa dibaca oleh Kairos. Dia tahu gadis itu pura-pura lupa sosok Alena sebagai tamparan untuknya karena sudah menyembunyikan cerita ini darinya. "Aku tahu, kau pasti sangat

  • Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku   Chapter 81- Kejujuran Kairos

    "Puas kau sekarang?" Bentak Kairos penuh emosi. Dia masih memandangi pintu yang baru saja ditutup oleh Keona. Seujung kuku pun dia tidak menyangka kalau istrinya itu akan mendatangi kantornya ini. Mungkin saja ini sudah kehendak semesta, menunjukkan kepada Keona bahwa dia kembali berkomunikasi dengan Alena. Dia menyesal karena sudah mau menerima gadis itu, kini rumah tangganya berantakan. Pasti Keona sangat marah padanya. Kairos jadi ingat dua minggu yang lalu Alena tiba-tiba saja muncul di depannya, entah dari mana wanita itu tahu perusahaan Blessing ini adalah miliknya. Dia datang memaksa untuk bertemu hingga akhirnya Kairos mengizinkannya masuk. "Apa tujuanmu ke sini? Kalau aku jadi kau, aku tidak akan pernah berani menunjukkan batang hidungku di hadapan Kairos Mahesa!" umpat Kairos ketika sudah berada di satu ruangan dengan Alena. Daripada wanita itu buat ribut, akhirnya mengizinkan Alena masuk,.itu pun demi menghindari rumor yang beredar. Dia tidak mau ada orang yang menya

  • Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku   Chapter 80- Intel

    Keona ingin pembuktian. Dia tidak ingin Lili memfitnah suaminya tanpa ada bukti. Akhirnya Lili membawanya ke sebuah rumah. "Aku mengikuti gadis yang bersama Kairos dan inilah tempat tinggalnya. Keona masih mengamati rumah itu. Dia diam seribu bahasa. Kalau kemarin hanya dia yang melihat kebersamaan Kairos dan Alena kini bertambah satu dengan Lili. "Apakah kau yakin Lili?" tanya Keona datar. "Aku sangat yakin, bahkan Arlan juga melihatnya. Hanya saja dia mengatakan bahwa aku sebaiknya tidak ikut campur dan tidak usah memberitahumu. Menurutku, aku tidak bisa diam. Kau sahabatku, tentu saja aku berpihak padamu," jawab Lili merasa kasihan pada Keona. Pernikahan mereka masih seumur jagung, tapi harus sudah kandas karena orang ketiga. Tapi dia berjanji seburuk apapun keadaan Keona, apapun yang terjadi menimpa sahabatnya itu dia akan selalu berada di garda terdepan membela dan melindungi Keona. "Terima kasih Lili mungkin aku harus jujur padamu." Keona pun menceritakan tentang p

  • Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku   Chapter 79- Kebohongan Lainnya

    Besoknya saat Kairos pulang, Keona tidak lagi menyambutnya dengan seantusias sebelumnya. Bayangan Kairos yang jalan bersama Alena di mall masih membekas dalam benaknya. "Aku membawakan oleh-oleh untukmu." "Terima kasih," jawab Keona seadanya. Kairos memandangi istrinya, lagi-lagi wanita itu terlihat tidak bersahabat bahkan bisa dibilang tidak senang dengan kepulangannya tapi Kairos terlalu lelah untuk berdebat jadi dia memilih untuk mengecup puncak kepala Keona dan naik ke atas untuk membersihkan diri. "Bu, hanya sekedar saran sebaiknya kalau suami baru pulang dari luar kota disambut dengan gembira, penuh senyum jangan cemberut. Mungkin bapak sudah lelah, capek pulang bekerja. Nanti kalau ibu terus menyambut bapak dengan wajah cemberut, bisa-bisa bapak bosan dan malas pulang ke rumah. Bibi hanya sekedar mengingatkan karena bibi sudah menganggap Bu Keona seperti anak sendiri. Zaman sekarang ini banyak wanita yang sudi menggantikan tempat istri sah," nasihat Bi Darsih panjang lebar.

  • Pria yang Menciumku Malam Itu Ternyata Bosku   Chapter 78 -Sandiwara kah Selama ini?

    Keona terbangun di tengah malam. Mimpinya sangat buruk. Napasnya masih setengah-setengah bangun terbangun dari tidurnya. Rasanya seperti nyata. Keona pun memanjatkan doa agar mimpi buruknya hanyalah sebatas mimpi. Setelah mencuci muka Keona tidak bisa tertidur lagi. Pandangannya terus tertuju pada foto pernikahan mereka yang digantung di dinding. Meskipun tidak ingin mengingat kembali mimpi buruk itu tapi Keona tidak bisa untuk mengabaikan kegelisahan hatinya. Mimpinya sangat buruk. Dia melihat Kairos bermesraan dengan Alena. Awalnya hanya ada Alena dalam mimpinya wanita itu tengah berbincang dengan seorang pria semakin lama ketika memperhatikan dan Alena melihat dirinya keduanya menoleh ke arah Keona. Saat itulah Keona bisa melihat wajah pria yang tengah bicara dengan Alena adalah suaminya. Dalam mimpi itu Alena dan Kairos mentertawakan kebodohannya yang selama ini tidak menyadari hubungan terlarang yang ada di antara mereka. Keona menangis memohon kepada Kairos agar kemba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status