Beranda / Romansa / Proposal Cinta Sang Miliarder / Bab 46: Kecurigaan yang Membesar

Share

Bab 46: Kecurigaan yang Membesar

Penulis: Resya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 09:00:19

"Ada apa, Sayang?" tanya Aisyah dengan suara lembut, mencoba menenangkan.

Safira mengangkat wajahnya yang basah, matanya masih terlihat bingung dan ketakutan. "Safira takut, Ummi," jawabnya dengan suara yang terisak. "Ada yang bilang ... ada yang bilang kalau Safira bukan anak siapa-siapa."

Aisyah merasakan dadanya sesak. Kata-kata itu seperti menembus jantungnya. "Siapa yang bilang seperti itu, Sayang?"

Safira menggigit bibirnya, tidak tahu bagaimana menjelaskan. Aisyah merasakan ada sesuatu yang aneh. Ini bukan pertama kalinya Safira mengungkapkan hal-hal yang sulit dimengerti. Biasanya anak sekecil itu tidak akan memikirkan hal-hal seperti itu. Tetapi kali ini, ada sesuatu dalam tatapan Safira yang tidak bisa ia abaikan.

Farhan, yang sedari tadi hanya mengamati dari pintu, akhirnya masuk dan duduk di sisi lain Safira. Ia menarik anak itu ke pelukannya. "Apa yang kamu rasakan, Sayang?" tanya Farhan dengan suara yang penuh kasih sayang, mencoba m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 97: Luka Lama Terbuka

    Suasana di ruang tengah markas sementara itu terasa berat. Sisa-sisa serangan tadi malam masih membekas, baik di tubuh maupun di hati mereka. Masing-masing orang sibuk dengan pikirannya sendiri, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Safira duduk di sofa dengan wajah pucat, memeluk lututnya erat-erat. Arman duduk di sampingnya, memegang bahu putrinya dengan lembut. Di sudut lain, Farhan berdiri dengan tangan terlipat, matanya menatap kosong ke arah jendela. Dia sedang berpikir keras-tentang mereka, tentang Victor, dan tentang Yadi.Di sisi ruangan, Adnan dan Yadi duduk saling berjauhan. Wajah Adnan terlihat tegang, rahangnya mengeras setiap kali matanya melirik ke arah Yadi. Sementara Yadi, meski berusaha terlihat tenang, tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Dia tahu, kepercayaannya di tim ini masih sangat rapuh."Aku nggak ngerti," suara Adnan tiba-tiba memecah keheningan. "Kenapa lo masih di sini, Di? Gue nggak bakal lupa siapa lo dulu, apa yang lo la

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 96: Serangan Tengah Malam

    Suasana di markas Farhan malam itu sunyi. Hanya suara angin yang sesekali berbisik melalui celah-celah jendela yang terbuka. Lampu di ruang utama sudah dimatikan. Farhan duduk di ruang kontrol, matanya fokus pada layar monitor yang menampilkan kamera pengawas dari berbagai sudut markas. Adnan berdiri di sampingnya, memutar-mutar pena di tangannya, tanda dia sedang gelisah. "Lo yakin kita udah siap, Han?" Adnan akhirnya membuka suara, memecah keheningan. Farhan mengangkat bahu tanpa menoleh. "Nggak ada yang pernah benar-benar siap untuk perang, Dan. Tapi kita nggak punya pilihan lain. Victor pasti datang." Adnan menghela napas panjang. "Gue cuma nggak pengin kita kecolongan. Lo tahu sendiri, Victor itu licik. Kalau dia nyerang, dia pasti udah punya rencana cadangan." Farhan akhirnya menoleh, menatap Adnan dengan pandangan tajam. "Makanya kita nggak cuma siapin jebakan biasa. Semua orang udah di posisi mereka, Dan. Gue percay

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 95: Kembali Ke Markas

    Malam itu dingin, tapi suasana di rumah aman terasa lebih dingin lagi. Lisa masih duduk di kursi, memandangi jendela yang gelap. Matanya menatap ke luar, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Rasa was-was tak kunjung pergi dari dirinya."Gue nggak yakin kita aman," katanya dengan suara pelan, hampir seperti berbisik. Tangannya memeluk tubuhnya sendiri, mencoba menghalau hawa dingin yang sebenarnya lebih datang dari rasa takut.Adnan berdiri di dekat pintu. Sikapnya waspada, matanya tak berhenti mengelilingi ruangan, seperti mencoba memastikan tidak ada ancaman mendekat. "Gue juga nggak yakin," jawabnya. Napasnya terhembus berat. "Victor bukan orang bodoh. Kalau dia curiga, dia pasti bakal nyari tahu. Gue yakin dia udah punya rencana."Lisa menoleh, menatap Adnan dengan tatapan lelah. "Lo pikir dia bakal datang ke sini?" Nada suaranya bergetar. Kekhawatiran itu nyata, membayang di wajahnya yang pucat.Adnan mengangkat bahu. "Gue nggak tahu. Tapi

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 94: Tugas Mematikan

    Adnan menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Instruksi yang baru saja diterimanya dari Victor terasa begitu berat. Di sebelahnya, Lisa duduk diam dengan ekspresi yang sulit ditebak. Suasana di dalam ruangan kecil itu begitu hening, hanya ada suara detak jam dinding yang berulang-ulang."Aku nggak suka ini, Dan," Lisa akhirnya memecah keheningan. Suaranya pelan tapi tegas. "Bunuh seseorang? Itu udah di luar batas."Adnan menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. "Gue tahu, Lis. Tapi kalau kita nolak, Victor bakal curiga. Kita nggak bisa gegabah."Lisa menatap Adnan dengan mata yang menyiratkan kegelisahan. "Kita nggak punya banyak pilihan, ya?"Adnan mengangguk pelan. "Nggak. Tapi kita harus punya rencana. Gue nggak bakal biarin kita benar-benar ngelakuin ini.""Siapa targetnya?" Lisa bertanya, meskipun ia sudah tahu jawabannya dari pesan sebelumnya.Adnan mengangkat ponselnya dan menunjukkan sebuah foto. "Na

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 93: Penyusupan Berbahaya

    Lisa menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang terasa semakin cepat. Adnan di sebelahnya melirik sekilas, memastikan rekannya tetap fokus. Mereka masih bersembunyi di balik tumpukan peti kayu, mengamati situasi di dalam gudang tua yang penuh dengan pria bersenjata. "Lo baik-baik aja, Lis?" bisik Adnan pelan, nyaris tak terdengar. Lisa mengangguk, meski tangannya sedikit gemetar. "Gue baik. Cuma ... tempat ini bikin gue nggak nyaman." Adnan tersenyum tipis, mencoba menenangkan. "Santai aja. Kita udah sering ngadepin situasi kayak gini. Fokus, oke?" Lisa mengangguk lagi, kali ini lebih mantap. Dia tahu, misi ini terlalu penting untuk gagal. Di tengah ruangan, Victor berdiri dengan penuh wibawa. Pria itu tinggi, dengan tubuh kekar dan tatapan tajam yang membuat siapa pun merasa kecil di hadapannya. Suaranya menggema di seluruh gudang, memimpin diskusi tentang masa depan organisasi. "Kematian Rodres bukan

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 92: Pemimpin Baru

    Ruangan itu masih terasa dingin, meski tubuh Rodres sudah tidak lagi bergerak. Farhan mendekati mayat musuh besarnya, memastikan bahwa ini benar-benar akhir dari pertempuran panjang mereka. Rasa lega bercampur hampa memenuhi dadanya. Kemenangan ini, meski terasa manis, tetap menyisakan kehampaan yang sulit dijelaskan.Lisa mendekat, menepuk pundaknya pelan. "Mas Farhan, kita udah menang. Tapi gue gak yakin ini akhirnya."Farhan menarik napas dalam, lalu mengangguk pelan. "Gue juga ngerasa gitu, Lis. Rodres mungkin udah mati, tapi organisasinya nggak bakal berhenti di sini."Adnan yang sedang memeriksa sudut ruangan, memastikan tidak ada ancaman tambahan, menimpali. "Bener. Gue yakin sekarang mereka lagi mikirin siapa yang bakal jadi pemimpin baru. Rodres emang udah tamat, tapi anak buahnya nggak mungkin diem aja."Farhan memandang Adnan, lalu mengalihkan pandangannya ke Lisa. "Kita harus cepet bergerak sebelum mereka nyusun rencana balas dendam. G

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status