Aku terpaksa bangkit dan menuju ranjang karena Arga kekeh memaksaku untuk tidur di atas ranjang. Arga tersenyum tipis lalu ikutan berbaring di ranjang.
Aku menarik selimut lalu memunggungi Arga. Jantungku serasa berdebar tak karuan. Apa yang harus aku lakukan jika Arga kembali mengulangi kejadian tadi sore? Aku berpura-pura memejamkan mata. Aku harap, Arga tak mengulanginya lagi.Cukup lama, aku tak mendengar gerakan Arga lagi. Aku mencoba membalikkan badan. Ternyata Arga sudah tertidur pulas. Dengan hati-hati aku mendekati Arga. Memperhatikan raut wajahnya yang teduh saat tertidur pulas seperti itu. Aku berharap sekali, setiap waktu bisa melihat wajah teduh itu berada di sampingku.Aku ingin kembali ke posisi semula, setelah puas memandangi wajah Arga. Saat tangan Arga dengan cepat menahan lenganku untuk menjauh sedikit darinya."Jangan menjauh, Susan. Tidurlah di sini!" Arga menarik tubuhku hingga menghimpit dada bidangnya."Jangan, MSelama di Bali, Tepatnya setelah Arga mendapatkan semuanya dariku, dia seakan berubah menjadi pria yang romantis dan perhatian. Tiap tempat yang kami kunjungi, Arga selalu menggandeng mesra lenganku. Tawa ceria yang selama ini jarang aku dapatkan darinya, semenjak itu semakin sering aku lihat. Arga seakan berubah padaku. Hatiku menjadi berbunga-bunga. Aku merasa makin jatuh cinta padanya hari demi hari. Jangan di tanya bagaimana malam-malam kami berikutnya selama di Bali, sungguh itu adalah malam-malam yang sangat menggairahkan. Arga tak pernah merasa bosan, selalu memintaku untuk memenuhi hasratnya yang selalu berkobar. Aku melayani semua permintaannya dengan senang hati. Bahkan, lingerie yang di hadiahkan Mama pernah aku pakai malam itu, saat dia berucap sangat mesra memintaku untuk menggunakan itu. Walau aku merasa sangat malu, tapi tatapan mesra Arga saat aku menggunakannya sungguh membuatku tak berdaya.Bulan madu yang tak di inginkan Arg
"Jangan, bareng saja!" Arga bangkit dari tempat tidur tanpa menggunakan apapun. Mataku sayu menatap milik Arga yang mengacung sempurna."Mas!" bisikku tak menentu saat Arga mendekati tubuhku lalu membopongku memasuki kamar mandi. "Kamu lihat kan? Dia masih menginginkan itu!" bisik Arga dengan manja di telingaku. Tangannya mengarahkan tanganku untuk menyentuh miliknya yang mengacung sempurna.Aku membelai milik Arga dengan lembut. Mendekatkan miliknya pada organ intim milikku.Arga mendesah tak karuan saat milik kami saling bergesekan."Sayang, sekali lagi ya?" pintanya dengan manja. Akhirnya pagutan liar itu kembali lagi terjadi. Arga seakan tak kehilangan tenaga setelah semalaman melakukan itu denganku.Aku meracau tak karuan saat saat Arga membopong tubuhku lalu menancapkan dengan sempurna miliknya memasuki rongga kewanitaanku. Aku dan Arga sama-sama kembali berpagutan mesra. Melakukannya di dalam kamar man
Aku menangis dalam diam. Memeluk erat guling yang ada di sebelahku. Arga bahkan tak keluar kamar sekalipun sejak dia kembali. Hatiku terasa sangat sedih. Apa lagi yang harus aku lakukan? Untuk membuat Arga benar-benar berpihak kepadaku?Pagi harinya aku terbangun, setelah membersihkan diri dan sholat, aku beranjak ke dapur. Membuatkan sarapan untuk Arga serta bekal makan siang untuknya. Setelah selesai, dengan hati-hati aku memasuki kamar Arga. Arga ternyata masih tertidur pulas. Aku mengambil baju kerja Arga, lalu membawanya keluar untuk di setrika. Saat ingin mengantarkan baju itu ke kamar Arga, ternyata dia sudah bangun. Sambil memegang handphonenya, Arga melirikku sekilas."Kok nyiapin baju kerja hari ini?" tanya Arga dengan heran. Aku heran dengan pertanyaan Arga."Emangnya Mas nggak masuk kerja?" tanyaku dengan heran.Dia tersenyum kecil, lalu bangkit menghampiriku. "Sekarang hari sabtu, mas libur!" bisiknya lembut di tel
Aku mengetuk pintu kamar Arga dengan perasaan campur aduk. Baru saja Mama mertua memintaku dan Arga untuk datang ke rumahnya. Sepertinya dia sudah tau kalau kami sudah kembali dari bulan madu itu."Masuk!" Terdengar suara Arga dari dalam.Aku langsung memegang gagang pintu, saat pintu terbuka. Arga tengah duduk di sofa santai yang ada di kamarnya."Ada apa?" tanyanya langsung tanpa menoleh padaku."Mama telpon, katanya nyuruh kita ke sana sekarang!" "Ya sudah, kamu bersiap saja. Aku mau mandi dulu!" jawabnya.Aku langsung berbalik setelah mendengar jawaban Arga. Langsung menuju kamarku kembali lalu berganti pakaian.Saat keluar kamar, aku lihat Arga sudah duduk di ruang tamu."Cepetan! Besok aku harus masuk kantor. Kita sebentar saja di sana!" ucap Arga dingin."Kalau ke rumah Ummi dan Abah kapan? Aku sudah membelikan mereka oleh-oleh," ucapku sedikit memberanikan diri."Besok saja kamu ke san
"Lalu apa lagi gunamu di sini? Sedari awal kamu sudah tau kalau aku hanya mencintai Anita. Tapi kamu masih berupaya bertahan denganku. Setelah semua yang kita lalui di Bali, aku merasa kamu tidak terlalu buruk. Kamu bisa memenuhi hasratku kapanpun aku membutuhkannya. Jadi, jangan membangkang! Turuti saja kemauanku!" "Mas, aku tidak terima semua ini. Aku tidak ingin hanya menjadi pemuas nafsumu saja! Aku ingin kasih sayang darimu!" Isak tangisku tak membuat Arga bergeming sedikitpun."Kalau kamu tidak mau seperti itu, silahkan ajukan gugatan cerai! Biar aku bisa segera menikahi Anita!" "Kamu keterlaluan, Mas! Apa kamu tidak memikirkan sedikitpun perasaan keluarga kita?" "Aku memikirkan itu, makanya aku bertahan. Keluargaku tidak akan bisa bicara apapun jika kamu yang menggugat cerai!" jawab Arga dengan acuh.Aku menyeka airmata dengan perasaan hancur. Aku pikir Arga sudah mulai jatuh hati padaku. Nyatanya dia malah hanya menjadikan aku
Arga langsung kaget memandangi diriku yang berdiri tepat di depan mereka. Sedangkan Anita, dia malah menatapku sinis."Apa yang kamu lakukan di situ! Pergi! Jangan mencampuri urusan kami!" hardiknya. Darahku mendidih mendengar ucapan Anita. Aku sudah tidak sabar lagi. Kemarahan rasanya sudah memenuhi seluruh tubuhku."Kamu perempuan tak punya harga diri! Pergi dari rumah ini!" hardikku dengan keras."Apa hakmu melarangku ada di sini. Kamu yang tidak tahu diri! Kamu yang tidak punya harga diri! Sudah jelas Arga tidak mau denganmu, lalu kenapa kamu masih bertahan di sini!" balas Anita tak kalah keras."Mas, kamu suruh perempuan itu pergi, atau aku akan berbuat kasar padanya!" ucapku dengan marah pada Arga."Kamu bicara apa sih? Kamu sudah tahu hubunganku dengan Anita, lalu kenapa sekarang kamu protes? Bukankah kamu sudah bersedia menerima keadaan ini?" tanya Arga balik."Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku menerima hubu
Hari ini Arga pergi bekerja tanpa menyantap sarapan yang aku hidangkan di atas meja. Saat aku memberikan dia bekal makan siang, dia langsung menolaknya. Sikapnya kembali dingin padaku. Semalam, aku tidur seranjang dengannya. Tapi Arga, selalu memunggungiku. Dia bahkan tak bicara sedikitpun padaku. Aku sangat merasa sedih.Setelah dia pergi bekerja, aku terduduk lesu di teras rumah. Dia bahkan tak membiarkan aku menyalaminya. Wajahnya di penuhi amarah saat menatapku. Kala aku masih termenung sendirian, sebuah mobil memasuki halaman rumahku. Itu mobil Anita. Mobil yang Arga hadiahkan padanya. Anita keluar dari mobil dan langsung berjalan lurus menuju ke arahku."Ada apa kamu ke sini? Mas Arga sudah pergi bekerja!" ucapku dengan malas."Aku ke sini bukan untuk bertemu Arga, tapi untuk bertemu denganmu!" jawabnya dengan sinis."Untuk apa kamu menemuiku? Kita tidak punya alasan apapun untuk bertemu!" Ku pandangi Anita yang berdiri
Setelah selesai memasak, hari sudah jam setengah empat sore. Pihak salon juga sudah menghubungiku. Mereka akan segera sampai. Aku juga sudah selesai mandi dan sholat Ashar."Silahkan masuk, Mbak!" ucapku pada mereka yang tengah menjinjing peralatan untuk perawatanku."Kita langsung saja ya, Mbak! Dimana kita akan melakukan perawatan?" tanya salah seorang dari mereka."Ayo ikuti saya! Kita lakukan di kamar tamu saja," jawabku dengan senyum kecil di wajahku.Seperti perkataan Vani. Hari ini aku di manjakan dengan perawatan seluruh tubuh, mulai dari wajah, rambut, kuku serta yang terakhir make up."Mbak biasanya perawatan di mana?" tanya salah seorang dari mereka."Aku jarang perawatan, Mbak! Hanya di acara-acara penting saja aku jalani perawatan serta make up," jawabku dengan jujur."Wah, nggak menyangka ya? Aku kira Mbak rajin perawatan. Wajah serta rambut Mbak bagus," pujinya. "Aku termasuk orang yang malas kal