Home / Romansa / Pulang / Kemana Retno!

Share

Kemana Retno!

Author: Myangell
last update Last Updated: 2024-02-29 21:00:39

Pertemuan yang seharusnya membuat kedua teman masa kecil itu berbahagia saat ini, tapi duka yang terjadi membuat pertemuan itu terasa berbeda.

Angga tidak banyak bersuara, Yotta yang dikenalnya adalah sosok gadis yang sedikit tomboy, bukan dari penampilannya yang biasa saja melainkan apa yang dulu mereka lakukan bersama.

Ketika Yotta kecil meskipun seorang perempuan, tapi dia cukup lincah memainkan segala permainan yang berhubungan dengan anak laki-laki.

Yotta sangat lincah memanjat pohon, dia tidak akan takut sekalipun pohon yang tidak bercabang.

Tapi gadis yang di hadapannya saat ini tampak berbeda, selain parasnya yang bertambah cantik, kepribadiannya juga sedikit berubah.

Tidak ada lagi Yotta kecil yang tomboy, sekarang dia berubah menjadi gadis muda seperti pada umumnya.

Terlebih saat ini, dengan kedua mata sembab itu semakin membuatnya tampak menjadi sosok gadis lemah dan lembut.

Sosok yang begitu hangat dan penyayang dengan kedua adiknya, Angga tidak pernah berpikir waktu begitu cepat berlalu dan merubah seseorang.

"Ngga, maaf aku sudah terlalu merepotkan dirimu, padahal kau baru saja kembali,” ucap Yotta membuka suara.

"Hmm, kau temanku, aku merasa cukup beruntung bisa berada disini saat kau sedang mendapat musibah,” balas Angga.

" . . . " Yotta kembali diam.

"Yo, jangan sungkan terhadapku, jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa bicarakan hal itu padaku.” Angga melanjutkan kalimatnya.

"Kau bahkan masih seorang mahasiswa," Sela Yotta, sebuah garis melengkung terukir di bibirnya, sebuah senyuman manis yang cukup singkat.

"Kau masih bisa mengejekku.” Angga menangkap senyuman singkat dari gadis dihadapannya.

"Hmm, aku cukup terhibur. Setidaknya ada seseorang yang menemaniku disini." Ucap Yotta, kalimat itu keluar begitu saja, sedangkan kedua matanya menatap sesuatu diluar sana sana.

Pandangan yang tidak jelas, Yotta menyembunyikan kesedihan yang dia rasakan saat ini.

"Tunggu sebentar, aku akan membuatkan minuman untuk dirimu." Yotta bangkit dari kursi bambu tempat keduanya duduk, dan melangkah masuk.

Langkah itu terhenti di tengah dapur, kedua mata indah itu kembali memanas, melihat tungku yang dingin tak tersentuh api.

Biasanya pagi-pagi sekali, api di tungku itu pasti sudah menyala. Sang ibu sudah bergelut dengan asap dari kayu bakar untuk membuat sarapan ketika mereka semua masih terlelap di buai mimpi.

Kenangan yang membuat hati kembali terasa sakit, Yotta menghapus bulir bening yang lolos dari sudut matanya, mengambil beberapa potong kayu dan menyalakan api untuk memasak air.

Api menyala, asap putih kembali terlihat perlahan mengisi ruangan, Yotta duduk memeluk kedua kakinya, menyembunyikan wajah yang kembali menangis.

Rasa pilu dalam hati semakin menjadi-jadi, luka yang terasa semakin dalam seiring asap yang semakin menyebar.

Meskipun sudah mencoba berulang kali, membuat dirinya lebih tenang agar bisa menjadi sosok yang kuat untuk si kembar, nyatanya dia begitu rapuh.

Kehilangan kedua orang tua, adalah kepahitan yang tidak bisa digambarkan, hatinya begitu pilu, duka nestapa yang terpaksa harus ditelan demi untuk terlihat tegar.

"Jika aku sedikit memaksa hari itu, mungkin semua tidak akan terjadi, ini salahku, aku membiarkanmu pergi dalam keadaan sakit," bisik Yotta dalam hari kecilnya.

"Ayah, ibu.. kenapa kalian pergi begitu cepat, aku tidak tau apa yang akan aku lakukan sekarang. Bagaimana caraku untuk bisa menjaga Yora dan juga Yoga, saat aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Bu… apa yang harus aku lakukan," gumam Yotta.

Api yang menyala besar membuat air mendidih begitu cepat, air yang meluap membasahi kayu yang terbakar.

Desiran itu membuat Yotta kembali pada dirinya, gadis itu bangkit mengambil gelas dan membuat segelas teh hangat untuk orang yang sudah membantunya.

"Mana Retno!!” Terdengar seseorang berbicara dengan nada tinggi di luar rumah.

Suara itu membuat kegiatan Yotta terhenti, si gadis muda meletakkan sendok yang baru dipakai untuk mengaduk teh yang sedang dibuat dan segera berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Maaf pak, ada apa ini?” tanya Yotta pada dua orang laki-laki yang terlihat berbicara seolah menantang pada Angga temannya.

"Ohh!! kau gadis kecil, mana ibumu? Bukankah hari ini dia sudah berjanji untuk membayar hutangnya? Kami sudah cukup memberikan kelonggaran pada ibumu, mana dia suruh keluar!! " ucap pria itu dengan berang.

"Apa maksudmu, aku tidak mengerti. Ibuku tidak pernah membicarakan mengenai hal ini,” awab Yotta, pandanganya turun tidak berani menatap laki-laki di depannya.

"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan ini padamu, suruh keluar ibumu sekarang!!" bentak pria yang memiliki wajah lebih garang.

"Maaf pak, apa kau tidak melihat tanda di depan itu, mereka baru saja mengalami musibah. Dan orang yang kalian cari baru saja dikuburkan," sela Angga.

Pria muda itu mendekat, berdiri di depan Yotta untuk menjawab dua orang laki dewasa yang datang menagih hutang.

Kedua pria itu menoleh pada tanda di depan rumah, sesaat keduanya diam karena mengerti apa yang terjadi.

Tapi mereka sedang bekerja, mereka tetap harus mendapatkan sesuatu sebelum pergi.

"Bagaimana dia bisa mati secepat ini, siapa yang akan membayar hutang-hutang yang ditinggalkan," gumam salah satu dari mereka.

"Berapa hutang bu Retno?" tanya Angga.

Pria muda itu begitu lantang dalam bersuara, seolah tidak ada rasa takut di dalam hatinya.

Kedua pria itu terlihat mengeluarkan selembar kertas, dan memberikan pada Angga.

Kertas yang berisi surat perjanjian piutang antara Bu Retno dengan pihak mereka.

Angga membaca isi kertas itu dengan seksama, sedangkan Yotta mengintip dari balik tubuh pria muda itu.

"Seratus lima puluh juta!!! " Yotta tersentak dengan jumlah hutang yang tertulis.

** Selamat Membaca **

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pulang   Operasi Yoga

    " . . . " Yotta mengangguk, tanda mengerti apa yang diucapkan oleh sosok wanita muda di hadapannya.Waktu berlalu, Yoga sudah kembali di bawa ke ruang perawatan, tidak lama si kecil yang pemberani itu juga sudah sepenuhnya sadar.Di usia yang masih muda hal yang wajar jika Yoga menangis, akibat rasa sakit yang mungkin saja tidak tertahankan.Yotta hanya bisa menenangkan sang adik, dengan kata-kata yang keluar dari bibirnya.Sambil sesekali mengusap tangan si kecil yang terbalut gips dan membatasi gerakannya.Selain operasi pemasangan pen yang dilalui, luka lain yang di beberapa bagian tubuhnya pasti membuat Yoga merasa kesakitan.Yotta menatap pilu pada si kecil celoteh aneh dari bibirnya menghilang, berganti dengan suara rintihan yang kerap kali terdengar memilukan.Operasi yang berjalan lancar membuat rasa cemas menghilang, tenaganya seketika seolah habis tak bersisa.Dari kemarin tidak ada waktu untuk un

  • Pulang   Kembali berhutang

    Di ruangan lain Dokter menjelaskan kondisi sang adik, yang tidak hanya mengalami beberapa luka robek di bagian pelipis dan juga tangannya, tapi tangan kecilnya juga mengalami patah tulang.Yoga yang malang harus menerima beberapa jahitan untuk menutup luka, dan akan segera dirujuk ke kota untuk penanganan selanjutnya. Setelah selesai dengan keterangannya, Dokter meminta Yotta segera melakukan pembayaran, karena sang adik sepertinya harus segera dipindahkan.Lembaran kertas administrasi yang hanya bisa dipandang pilu oleh si gadis muda, Yotta bersandar di tembok dingin sambil berusaha memikirkan sesuatu.Tidak ada tabungan yang dia miliki untuk membayar, tidak ada juga barang yang bisa dijual untuk di ganti dengan rupiah.Si gadis muda melangkah gontai, air mata yang tadi sudah mengering kembali jatuh.Langkah berat yang membawanya keluar dan bertemu dengan sang bibi, yang tengah menunggu bersama saudara kecilnya." Yo,

  • Pulang   Yoga Kecelakaan

    Desa Ranu Pani.Sudah hampir satu bulan sejak kepergian sang ibu, kehidupan keluarga kecil yang hanya berisikan Yotta dan si kembar semakin terasa sulit.Tidak banyak yang si gadis muda bisa harapkan saat ini, orang-orang yang memerlukan tenaganya juga tidak terlalu banyak.Dalam minggu ini si gadis muda hanya mengerjakan satu ladang, pekerjaan untuk membersihkan kebun seorang tetangga di yang tidak jauh dari rumahnya.Yotta, si gadis muda tengah sibuk membersihkan sisa rumput yang sudah di cabut ya sejak tadi pagi.Kegiatan yang terpaksa dihentikan ketika seseorang dari jauh berteriak memanggil namanya berulang kali dari kejauhan." Yotta!!! "" Yotta!!!! "" Yo!! "Seorang berlari menghampiri dirinya, dengan nafas berat memburu sambil terengah-engah." Ada apa bi? " tanya sang gadis." Yo, cepat pulang. Yoga mengalami kecelakaan dan sedang dibawa ke puskesmas, " ucap si wanita paruh

  • Pulang   Sampai Jumpa

    Di teras rumah Angga dan juga Yoga menghabiskan waktu membicarakan banyak hal sambil menunggu kedua gadis itu bersiap.Waktu berlalu, Yoga tengah asik bermain sebuah game dari ponsel milik Angga. Permainan yang harus terhenti ketika Yotta dan juga Yora kembali dengan tampilan yang sangat rapi, mengenakan pakaian yang lebih bagus dari biasanya.Yora tampil cantik dengan gaun yang kembang serta rambut lurus dan panjang yang dikepang dua.Sedangkan Yotta, tidak banyak berubah. Dia seperti biasa, tanpa riasan dan hanya baju sederhana yang yang menutupi hampir seluruh tubuhnya." Apa kita berangkat sekarang? " tanya Angga." Mmt, Iya. Aku harus memberikan ini ke pengepul sayur, " jawab Yotta, mengambil sayuran yang terletak tidak jauh di antara kedua pria itu." Baiklah, biar aku membantumu. " Angga mengambil karung yang tidak terlalu besar dari tangan sang gadis." . . . " Yotta membiarkan Angga melakukan apa yang diing

  • Pulang   Pasar Malam

    Desa Ranu PaniMatahari sudah mulai turun, petang akan segera menyapa dengan cahaya keemasan mewarnai cakrawala senja.Ketiga yatim piatu tampak sedang saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah.Sang kakak tertua masih setia di kebun kecil yang mereka miliki, beberapa baris tanaman sayuran hijau yang di taman sang ibu beberapa bulan yang lalu sudah bisa dipanen.Sedangkan kedua si kembar tampak membantu sang kakak, Yora memanen kacang panjang yang tumbuh subur.Tidak jauh dari keduanya Yoga membantu untuk mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di sepanjang barisan sayur yang mereka tanam.Si sulung mengangkat pandangan pada langit yang sudah memerah, mereka terlalu hanyut dengan apa yang dikerjakan hingga tidak menyadari waktu berlalu begitu saja.Si gadis membawa hasil panen yang ditangannya, sesaat menatap lekat pada apa yang mereka hasilkan hari ini.Sebuah garis melengkung terukir di sudut bibir sang gadi

  • Pulang   Menjemput Yoga dan Yora

    " Hmm lupakan itu, mari berpikir apa yang akan kau lakukan untuk kedua adikmu. "Angga melanjutkan kalimatnya, dengan meraih tubuh kecil si gadis duduk di sisinya." Kau benar, masalah lain sedang menunggu, " jawab Yotta, mengangkat pandangannya tertuju ke halaman rumah." Yo, kehidupan terus berjalan dan mereka sangat membutuhkan dirimu, " ucap Angga, mengikuti pandangan sang gadis." Menurutmu apa yang bisa aku lakukan, jika hanya menunggu seseorang datang untuk memintaku bekerja diladang tentu aku tidak akan bisa mengumpulkan uang, kau tau tidak setiap hari orang-orang membutuhkan tenaga bantuan, " balas Yotta, menoleh pada pria yang sudah banyak membantu." Hmm, Yo, apa kau tidak berniat untuk pergi ke kota? Disana mungkin kau bisa mendapatkan pekerjaan lain, " jawab Angga, mencoba memikirkan sesuatu untuk membantu." Tapi bagaimana dengan Yora dan Yoga, aku tidak mungkin meninggalkan mereka disini, " balas Yotta, kembali mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status