Share

Pulang
Pulang
Penulis: Myangell

Prolog

Di bawah cahaya rembulan, seorang wanita muda dengan paras yang cantik tampak duduk sendiri menatap rembulan dingin dari balik kaca.

Wajah itu tampak bercahaya ketika menghadap bulan yang jauh di atas sana.

Dengan rambut panjang terurai yang menambah kecantikannya, dia tampak anggun.

Dia duduk diam tak terusik oleh apapun, rembulan malam sungguh mengalihkan perhatiannya.

Hembusan angin malam yang dingin bahkan tidak mengganggu si cantik yang sedang termenung.

Gadis cantik itu tidak menyadari seseorang yang tidak jauh dari dirinya menatap kagum, pandangan matanya tidak lepas dari sosok gadis cantik yang sedang menikmati indahnya bulan.

Perlahan sosok yang hanya berdiri diam mendekat, langkahnya tampak hati-hati dengan senyum manis mengukir di wajahnya yang tampan.

"Lama tidak bertemu." Pria itu membuka suara begitu tiba di sisi sang gadis.

Sapaan dari seseorang membuat si gadis berpaling dari rembulan malam, berpindah pada sosok tampan yang sedang berbicara dengannya.

" . . . " Si gadis hanya memberi sebuah senyuman manis.

Pria itu menatap sang gadis sesaat, senyuman itu terlihat lebih indah dari biasanya.

"Bagaimana kabarmu?" Pria itu bertanya sebelum duduk di sisi kosong gadis itu.

"Baik," jawab sang gadis dengan singkat.

"Itu baik untukku, mendengar jawaban itu darimu," ucap si pria.

" . . . " Gadis itu mengunci bibirnya.

Sorot mata sang gadis mulai berubah, tatapan sendu diarahkan pada pria yang duduk di sisinya.

"Kau orang yang baik, terima kasih untuk semua hal yang sudah kau lakukan padaku," ungkap si gadis.

" . . . " pria tampan itu menoleh pada orang yang bersuara, perlahan mengambil tangan halus gadis itu dan menggenggamnya.

"Kau tau, ini sangat menyiksaku," jawab pria itu, semakin mengeratkan genggamannya.

"Maka lepaskan, itu akan membantumu," jawab sang gadis.

"Andai aku bisa, aku tidak tau sampai kapan aku bisa seperti ini, bahkan akal sehatku pun tidak pernah menyadarkan tentang itu," balas si pria.

" . . . " gadis itu kembali diam, perlahan berdiri dan menarik jemarinya dari genggaman pria itu.

"Bisakah kau tidak pergi?"

"Aku mencintaimu!!" ucap si pria tampan menahan jemari sang gadis agar tidak melepaskan tangannya.

"Tapi aku harus pergi," balas sang gadis.

"Tidak.. bagaimana dengan diriku?" tanya si pria.

"Tolong, kau harus melepaskanku." Sang gadis menatap dengan kedua mata indah yang terlihat berkaca-kaca.

" . . . " pria tampan itu tetap bersikeras menahan sang pujaan hati, dia bangkit dan segera mendekap tubuh yang terasa dingin.

"Aku mencintaimu," gumam si pria tampan.

" Aku mencintaimu!! "

Kalimat itu terus menggema, berulang kali diucapkan oleh si pria tampan pada sosok yang berada dalam dekapannya.

"Jangan membuatku semakin tersesat," jawab si gadis, perlahan melepaskan diri dari dekapan itu.

" . . . " wajah pria itu memanas, kedua matanya mulai terganggu karena bulir hangat yang menggenang.

Sosok itu adalah luka yang sangat dia rindukan, tidak peduli meskipun menderita tersiksa rindu sehingga membuat dirinya tidak bisa bernafas.

Melepaskan sosok itu adalah sebuah pilihan yang dirasa tidak mungkin, melupakan senyuman manis itu terasa lebih menyakitkan dari apa yang dia rasakan saat ini.

Sosok gadis itu semakin menarik diri, dengan senyuman yang masih terukir manis di bibirnya.

Perlahan genggamannya terlepas, sang gadis semakin melangkah mundur, membuat butiran bening yang sudah ditahan sejak lama akhirnya jatuh di pipi pria itu.

Sosok cantik itu semakin memudar, perlahan hilang di bawah cahaya rembulan.

"Tidak… tidak!!! Jangan pergi!!" Gumam si pria tampan.

Jantung berdetak kencang, nafas pendek juga memburu dengan keringat dingin membasahi kening, si pria terbangun dari tidurnya.

Mimpi itu terus datang mengejarnya tanpa ampun, gadis cantik yang begitu dia cintai, sosok yang menghilang meninggalkan penyesalan yang mendalam dihatinya.

Mimpi yang selalu berhasil membuatnya terjaga di tengah malam, dan tidak akan bisa kembali terpejam.

Pria itu bangkit dari tempat tidur, keluar kamar untuk membuat segelas kopi, dia pasti akan terjaga hingga pagi.

Pria itu kembali berangan-angan dengan secangkir kopi di tangan, dan bergerak ke arah meja.

Sebuah cincin yang tersimpan dalam kotak kecil, kali ini mengalihkan perhatiannya, kotak kecil yang pernah membuatnya begitu bahagia, si pria menatap cincin itu cukup lama.

Sebuah cincin berukiran nama seseorang, cincin malang yang pasti juga merindukan pemiliknya.

Sudah lama sekali sosok itu berdiam di hatinya, sosok yang meskipun sudah tidak lagi berada di dekatnya, tapi tetap menguasai hati dan pikiran si pria tampan sepanjang waktu.

Dia adalah sang bulan, rembulan dingin yang membeku diam, menunggu kejora kecil yang hilang ditelan pekatnya malam.

Di sana pria itu tertunduk diam, menyaksikan setelah sekian lama, tidak ada yang berubah dari dirinya.

Jiwa yang kesepian, mencari belahan hati tanpa henti, berharap takdir kembali mempertemukan.

Waktu terus berlalu hari tidak selamanya gelap, awan mendung sudah memudar, membuat cahaya hangat menyapa jiwa yang sepi.

Pada akhirnya, semua hanyalah sebuah cerita untuk melengkapi kisah dalam perjalanan hidup yang harus dilalui.

Meskipun sudah begitu banyak air mata yang jatuh membasahi bumi, tidak peduli seberisik apa suara-suara di dalam kepala mengeluh pada semesta tentang takdir yang dia jalani.

Jiwa itu sudah terbebas, berhasil melewati rintangan berat dalam melewati kehidupan.

Seorang pria tampan datang dengan wajah tenang, tidak ada lagi awan mendung di raut wajahnya.

Sosok itu melangkah santai, menemui seseorang yang dia rindukan dengan sebuah buket mawar merah di tangannya.

Si pria menatap lekat, sebelum duduk setengah berjongkok dan merogoh sesuatu dari saku jas yang dia kenakan.

Sebuah kotak kecil yang berisi cincin indah yang telah lama disimpannya.

Si tampan tersenyum, menatap cincin dan bunga mawar merah yang terlihat begitu sempurna.

"Bukankah ini terlihat cantik?" Si pria membuka suara, diam sesaat menarik nafas cukup dalam sebelum mengeluarkan kalimat lain yang tertahan di hatinya.

"Apa kau bahagia?" si pria bertanya.

" . . . . " si wanita hanya diam dan tersenyum.

"Aku mencintaimu sejak lama, hingga aku tidak lagi bisa menghitung berapa lama waktu yang sudah aku habiskan untuk menahan mu dihatiku, maaf jika itu membuatku menjadi egois. "

Si pria tampan, mengambil sesuatu yang tersimpan di kotak kecil, cincin berukir nama seseorang tertahan di udara.

"Yotta, aku merindukanmu."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Myangell
menarik lanjut...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status