Home / Romansa / Pulang / Senandung pagi

Share

Senandung pagi

Author: Myangell
last update Last Updated: 2024-02-21 14:37:15

Desa Ranu Pani

Bagi sebagian orang yang mengenal Desa Ranu Pani, mungkin itu adalah sebuah desa yang terlihat indah dan nyaman.

Desak yang terletak di dataran tinggi kerap dijadikan tempat pemberhentian terakhir bagi para pendaki yang ingin mendaki puncak Gunung Semeru.

Berada di dataran tinggi tentu saja membuat tempat ini memiliki suhu yang sangat dingin.

Selain dingin, desa ini juga memiliki keindahan alam lainnya, sebuah desa yang asri dan sejuk dikelilingi pepohonan tinggi yang menjulang, beragam tumbuhan liar dan sebuah danau yang kerap dikunjungi pengunjung yang datang.

Penduduk lokal yang sangat bersahabat, sangat sederhana, dan juga beberapa dari penduduk di tempat itu memilih bercocok tanam sebagai sumber mata pencaharian.

Hal yang sama dilakukan oleh sebuah keluarga kecil, keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan ketiga anaknya.

Seorang wanita paruh baya, duduk di teras gubuk sederhana, satu-satunya tempat untuk berkumpul yang dia miliki.

Si ibu tampak sudah bersiap, dengan beberapa peralatan kebun yang sudah tersusun rapi di atas meja kayu tua, dan tidak lupa satu rantang berisi bekal makan siang juga sudah disiapkannya.

"Yo, cepat kita sudah terlambat." Sang ibu menyambut putri sulungnya yang baru saja kembali dari mengantar kedua adiknya bersekolah.

" . . . . " sang putri tersenyum dan segera menyimpan sepeda peninggalan sang ayah.

Gadis cantik berusia delapan belas tahun. Sebagai gadis kampung, itu usia yang sudah cukup untuk seorang gadis menikah.

Tapi meskipun sudah memasuki usia pernikahan, gadis itu begitu polos dan lugu.

Yotta, nama gadis desa putri tertua dari keluarga sederhana. Gadis polos yang hanya tamatan Sekolah tingkat Pertama.

Himpitan ekonomi membuat Yotta tidak dapat melanjutkan pendidikan, belum lagi setelah kematian sang ayah, ditambah dengan sang ibu yang sakit-sakitan tentu saja tidak sanggup jika harus membiayai kehidupan mereka semua.

Yotta mengalah, membiarkan kedua adik kembarnya untuk bersekolah.

Dua bocah lucu yang saat ini tengah duduk di bangku sekolah dasar, kedua bocah yang menjadi obat untuk dirinya dan juga sang ibu di kala penat bekerja.

"Bu, hari ini ladang siapa yang akan kita kerjakan?" tanya Yotta ketika tiba dihadapan sang ibu.

"Ladang pak Pur, mereka kekurangan orang untuk membantu memanen." Jawab sang ibu.

"Bu, bukannya mereka sudah mulai memanen beberapa hari yang lalu?" tanya Yotta lagi.

"Ya, kita akan menyelesaikan sisanya, sekalian bersih-bersih. Mungkin saja kita bisa mendapatkan sisa sayuran yang bisa dijual ke pasar." Jawab wanita paruh baya.

Yotta dan sang ibu tidak memiliki pekerjaan tetap, mereka bekerja apa saja yang bisa menghasilkan uang.

Kadang mereka akan berjualan dipasar, kadang juga membantu menanam di kebun milik warga, membersihkan kebun, dan tenaga mereka juga akan sangat berguna jika musim panen tiba.

Dulu sewaktu sang ayah masih hidup, mereka juga memiliki sebuah ladang dan usahanya sendiri.

Tapi beberapa tahun belakangan ladang yang menjadi satu-satunya harta yang tertinggal terpaksa mereka jual, sang ibu membutuhkan pengobatan dan mereka tidak memiliki tabungan untuk biaya rumah sakit.

Sekarang kehidupan mereka hanya bergantung pada orang-orang yang membutuhkan tenaga keduanya.

Sesekali jika pemilik kebun membagi sedikit dari sayuran hasil panen, mereka akan menjualnya ke pasar.

Hal itu mereka lakukan agar ada tambahan uang, karena di samping gubuk yang mereka miliki, Yotta dan sang ibu juga menanam sayuran untuk kebutuhan mereka sehari-hari.

Ibu dan anak itu berjalan, menyusuri jalan tanah kuning berkerikil untuk segera sampai di ladang.

Yotta menikmati harinya dengan santai, melakukan apapun tanpa beban.

Gadis cantik itu bersenandung riang, mengiringi langkah keduanya.

Bersambung_

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pulang   Operasi Yoga

    " . . . " Yotta mengangguk, tanda mengerti apa yang diucapkan oleh sosok wanita muda di hadapannya.Waktu berlalu, Yoga sudah kembali di bawa ke ruang perawatan, tidak lama si kecil yang pemberani itu juga sudah sepenuhnya sadar.Di usia yang masih muda hal yang wajar jika Yoga menangis, akibat rasa sakit yang mungkin saja tidak tertahankan.Yotta hanya bisa menenangkan sang adik, dengan kata-kata yang keluar dari bibirnya.Sambil sesekali mengusap tangan si kecil yang terbalut gips dan membatasi gerakannya.Selain operasi pemasangan pen yang dilalui, luka lain yang di beberapa bagian tubuhnya pasti membuat Yoga merasa kesakitan.Yotta menatap pilu pada si kecil celoteh aneh dari bibirnya menghilang, berganti dengan suara rintihan yang kerap kali terdengar memilukan.Operasi yang berjalan lancar membuat rasa cemas menghilang, tenaganya seketika seolah habis tak bersisa.Dari kemarin tidak ada waktu untuk un

  • Pulang   Kembali berhutang

    Di ruangan lain Dokter menjelaskan kondisi sang adik, yang tidak hanya mengalami beberapa luka robek di bagian pelipis dan juga tangannya, tapi tangan kecilnya juga mengalami patah tulang.Yoga yang malang harus menerima beberapa jahitan untuk menutup luka, dan akan segera dirujuk ke kota untuk penanganan selanjutnya. Setelah selesai dengan keterangannya, Dokter meminta Yotta segera melakukan pembayaran, karena sang adik sepertinya harus segera dipindahkan.Lembaran kertas administrasi yang hanya bisa dipandang pilu oleh si gadis muda, Yotta bersandar di tembok dingin sambil berusaha memikirkan sesuatu.Tidak ada tabungan yang dia miliki untuk membayar, tidak ada juga barang yang bisa dijual untuk di ganti dengan rupiah.Si gadis muda melangkah gontai, air mata yang tadi sudah mengering kembali jatuh.Langkah berat yang membawanya keluar dan bertemu dengan sang bibi, yang tengah menunggu bersama saudara kecilnya." Yo,

  • Pulang   Yoga Kecelakaan

    Desa Ranu Pani.Sudah hampir satu bulan sejak kepergian sang ibu, kehidupan keluarga kecil yang hanya berisikan Yotta dan si kembar semakin terasa sulit.Tidak banyak yang si gadis muda bisa harapkan saat ini, orang-orang yang memerlukan tenaganya juga tidak terlalu banyak.Dalam minggu ini si gadis muda hanya mengerjakan satu ladang, pekerjaan untuk membersihkan kebun seorang tetangga di yang tidak jauh dari rumahnya.Yotta, si gadis muda tengah sibuk membersihkan sisa rumput yang sudah di cabut ya sejak tadi pagi.Kegiatan yang terpaksa dihentikan ketika seseorang dari jauh berteriak memanggil namanya berulang kali dari kejauhan." Yotta!!! "" Yotta!!!! "" Yo!! "Seorang berlari menghampiri dirinya, dengan nafas berat memburu sambil terengah-engah." Ada apa bi? " tanya sang gadis." Yo, cepat pulang. Yoga mengalami kecelakaan dan sedang dibawa ke puskesmas, " ucap si wanita paruh

  • Pulang   Sampai Jumpa

    Di teras rumah Angga dan juga Yoga menghabiskan waktu membicarakan banyak hal sambil menunggu kedua gadis itu bersiap.Waktu berlalu, Yoga tengah asik bermain sebuah game dari ponsel milik Angga. Permainan yang harus terhenti ketika Yotta dan juga Yora kembali dengan tampilan yang sangat rapi, mengenakan pakaian yang lebih bagus dari biasanya.Yora tampil cantik dengan gaun yang kembang serta rambut lurus dan panjang yang dikepang dua.Sedangkan Yotta, tidak banyak berubah. Dia seperti biasa, tanpa riasan dan hanya baju sederhana yang yang menutupi hampir seluruh tubuhnya." Apa kita berangkat sekarang? " tanya Angga." Mmt, Iya. Aku harus memberikan ini ke pengepul sayur, " jawab Yotta, mengambil sayuran yang terletak tidak jauh di antara kedua pria itu." Baiklah, biar aku membantumu. " Angga mengambil karung yang tidak terlalu besar dari tangan sang gadis." . . . " Yotta membiarkan Angga melakukan apa yang diing

  • Pulang   Pasar Malam

    Desa Ranu PaniMatahari sudah mulai turun, petang akan segera menyapa dengan cahaya keemasan mewarnai cakrawala senja.Ketiga yatim piatu tampak sedang saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah.Sang kakak tertua masih setia di kebun kecil yang mereka miliki, beberapa baris tanaman sayuran hijau yang di taman sang ibu beberapa bulan yang lalu sudah bisa dipanen.Sedangkan kedua si kembar tampak membantu sang kakak, Yora memanen kacang panjang yang tumbuh subur.Tidak jauh dari keduanya Yoga membantu untuk mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di sepanjang barisan sayur yang mereka tanam.Si sulung mengangkat pandangan pada langit yang sudah memerah, mereka terlalu hanyut dengan apa yang dikerjakan hingga tidak menyadari waktu berlalu begitu saja.Si gadis membawa hasil panen yang ditangannya, sesaat menatap lekat pada apa yang mereka hasilkan hari ini.Sebuah garis melengkung terukir di sudut bibir sang gadi

  • Pulang   Menjemput Yoga dan Yora

    " Hmm lupakan itu, mari berpikir apa yang akan kau lakukan untuk kedua adikmu. "Angga melanjutkan kalimatnya, dengan meraih tubuh kecil si gadis duduk di sisinya." Kau benar, masalah lain sedang menunggu, " jawab Yotta, mengangkat pandangannya tertuju ke halaman rumah." Yo, kehidupan terus berjalan dan mereka sangat membutuhkan dirimu, " ucap Angga, mengikuti pandangan sang gadis." Menurutmu apa yang bisa aku lakukan, jika hanya menunggu seseorang datang untuk memintaku bekerja diladang tentu aku tidak akan bisa mengumpulkan uang, kau tau tidak setiap hari orang-orang membutuhkan tenaga bantuan, " balas Yotta, menoleh pada pria yang sudah banyak membantu." Hmm, Yo, apa kau tidak berniat untuk pergi ke kota? Disana mungkin kau bisa mendapatkan pekerjaan lain, " jawab Angga, mencoba memikirkan sesuatu untuk membantu." Tapi bagaimana dengan Yora dan Yoga, aku tidak mungkin meninggalkan mereka disini, " balas Yotta, kembali mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status