Share

Senandung Pagi 2

"Yo, apa kau tidak ingin menikah?" tanya sang ibu.

"Kalau aku menikah, bagaimana dengan kalian?" Yotta balik bertanya.

Pernikahan adalah hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya, dia tidak ingin berpisah dari ibu dan kedua adiknya.

"Tapi Yo, kau sudah cukup umur. Tidak baik berlama-lama hidup sendiri, apa kau mau jadi perawan tua," goda sang ibu, menyenggol bahu anaknya.

"Tidak apa, aku tidak ingin menikah," tegas Yotta.

" Hmmm baiklah, ibu tidak ingin memaksamu. Tapi ingat Yo kedua adikmu, jangan pernah lupakan mereka," ucap sang ibu.

"Siaap!! Aku selalu mengingat itu dalam kepalaku," jawab Yotta, gadis itu tersenyum manis.

Senandung itu kembali terdengar, suara lembut yang dimilikinya membuat syair itu mengalun dengan indah.

Tidak lama ibu dan anak itu sudah tiba, sang ibu meletakkan semua barang-barang di pondok sebelum turun ke ladang memulai apa yang harus mereka kerjakan.

Hari ini mereka memanen sayuran, waktu berlalu begitu cepat saat keduanya disibukkan oleh kegiatan mengumpulkan hasil panen demi rupiah sebagai upah.

Beberapa karung sudah terisi nampak berjejer dan tersusun rapi. Matahari sudah meninggi, meskipun terik tapi udara yang dingin tidak membuat mereka merasa terlalu kepanasan.

"Yo!! kita istirahat dulu. " Teriak sang ibu pada putri yang jauh darinya.

"Ya bu tunggu!!!" balas Yotta meninggikan suaranya.

Gadis cantik itu bangkit, menampakkan dirinya yang dari tadi menghilang ditelan sayuran yang tumbuh subur di ladang itu.

Dari kejauhan si gadis cantik berlari untuk menghampiri sang ibu, selain merasa lelah, dia juga sudah sangat kelaparan.

Tidak ada yang paling menyenangkan dalam hidupnya selain memakan apa yang di buat sang ibu.

Entah karena alasan apa, tangan wanita tua itu begitu pintar meracik bahan-bahan di dapur, menghidangkan makanan sehingga terasa sangat lezat meskipun itu hanya sayur-sayuran hijau dengan tempe goreng.

Sesekali saat mereka punya uang lebih, sang ibu juga membuat makanan mewah. Membuat olahan daging ayam yang sangat digemari oleh kedua adik kembarnya.

"Cuci tanganmu, cepat makan dan beristirahat, sebentar lagi adik-adikmu pulang," ucap sang ibu.

Wanita paruh baya itu sudah membuka bekal yang dibawanya, sambil menunggu Yotta membersihkan diri sang ibu mengambilkan nasi untuk putrinya.

Tidak lama Yotta kembali, dan segera duduk di hadapan sang ibu. Rasa lapar membuat gadis itu segera mengambil piring yang sudah terisi.

Di sebuah pondok yang tidak berdinding, hanya ada atap yang melindungi ibu dan anak itu dari teriknya matahari.

Meskipun udara dingin berhembus, tidak mempengaruhi keduanya, Yotta dan ibunya tampak menikmati waktu istirahat yang mereka miliki.

Lelah menguras tenaga, mereka akhirnya bisa kembali mengisi energi yang sudah terbuang.

Tidak ada menu lezat yang tersedia, hanya ada hidangan sederhana yang dipetik dari kebun kecil di samping rumahnya.

"Yo, jika pak Pur memberikan sayuran itu untuk kita, ibu akan langsung membawanya ke pasar." Wanita paruh baya itu menoleh pada beberapa sayuran yang sedikit rusak.

"Bu, kenapa tidak besok?" tanya Yotta.

Gadis itu merasa pekerjaan ini mungkin saja selesai hingga sore hari, dan jika sang ibu harus pergi kepasar itu cukup memakan waktu.

Mereka harus berjalan jauh untuk bisa menjualnya ke pasar, sejak sang ibu pulih dari sakitnya, Yotta sangat khawatir jika ibunya terlalu lelah.

"Tidak apa nak, jika tidak segera di jual sayuran itu akan busuk," jawab sang ibu.

"Bagaimana kalau aku saja yang pergi menjualnya?" Yotta berusaha untuk membuat pertukaran dengan wanita tua itu.

"Kau perlu menjemput si kecil, kasian kalau mereka harus berjalan kaki pulang sekolah," jawab sang ibu.

"Hmm, baiklah bu." Yotta tidak punya pilihan lain.

Bersambung _

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status