"Yo, apa kau tidak ingin menikah?" tanya sang ibu.
"Kalau aku menikah, bagaimana dengan kalian?" Yotta balik bertanya.Pernikahan adalah hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya, dia tidak ingin berpisah dari ibu dan kedua adiknya."Tapi Yo, kau sudah cukup umur. Tidak baik berlama-lama hidup sendiri, apa kau mau jadi perawan tua," goda sang ibu, menyenggol bahu anaknya."Tidak apa, aku tidak ingin menikah," tegas Yotta." Hmmm baiklah, ibu tidak ingin memaksamu. Tapi ingat Yo kedua adikmu, jangan pernah lupakan mereka," ucap sang ibu."Siaap!! Aku selalu mengingat itu dalam kepalaku," jawab Yotta, gadis itu tersenyum manis.Senandung itu kembali terdengar, suara lembut yang dimilikinya membuat syair itu mengalun dengan indah.Tidak lama ibu dan anak itu sudah tiba, sang ibu meletakkan semua barang-barang di pondok sebelum turun ke ladang memulai apa yang harus mereka kerjakan.Hari ini mereka memanen sayuran, waktu berlalu begitu cepat saat keduanya disibukkan oleh kegiatan mengumpulkan hasil panen demi rupiah sebagai upah.Beberapa karung sudah terisi nampak berjejer dan tersusun rapi. Matahari sudah meninggi, meskipun terik tapi udara yang dingin tidak membuat mereka merasa terlalu kepanasan."Yo!! kita istirahat dulu. " Teriak sang ibu pada putri yang jauh darinya."Ya bu tunggu!!!" balas Yotta meninggikan suaranya.Gadis cantik itu bangkit, menampakkan dirinya yang dari tadi menghilang ditelan sayuran yang tumbuh subur di ladang itu.Dari kejauhan si gadis cantik berlari untuk menghampiri sang ibu, selain merasa lelah, dia juga sudah sangat kelaparan.Tidak ada yang paling menyenangkan dalam hidupnya selain memakan apa yang di buat sang ibu.Entah karena alasan apa, tangan wanita tua itu begitu pintar meracik bahan-bahan di dapur, menghidangkan makanan sehingga terasa sangat lezat meskipun itu hanya sayur-sayuran hijau dengan tempe goreng.Sesekali saat mereka punya uang lebih, sang ibu juga membuat makanan mewah. Membuat olahan daging ayam yang sangat digemari oleh kedua adik kembarnya."Cuci tanganmu, cepat makan dan beristirahat, sebentar lagi adik-adikmu pulang," ucap sang ibu.Wanita paruh baya itu sudah membuka bekal yang dibawanya, sambil menunggu Yotta membersihkan diri sang ibu mengambilkan nasi untuk putrinya.Tidak lama Yotta kembali, dan segera duduk di hadapan sang ibu. Rasa lapar membuat gadis itu segera mengambil piring yang sudah terisi.Di sebuah pondok yang tidak berdinding, hanya ada atap yang melindungi ibu dan anak itu dari teriknya matahari.Meskipun udara dingin berhembus, tidak mempengaruhi keduanya, Yotta dan ibunya tampak menikmati waktu istirahat yang mereka miliki.Lelah menguras tenaga, mereka akhirnya bisa kembali mengisi energi yang sudah terbuang.Tidak ada menu lezat yang tersedia, hanya ada hidangan sederhana yang dipetik dari kebun kecil di samping rumahnya."Yo, jika pak Pur memberikan sayuran itu untuk kita, ibu akan langsung membawanya ke pasar." Wanita paruh baya itu menoleh pada beberapa sayuran yang sedikit rusak."Bu, kenapa tidak besok?" tanya Yotta.Gadis itu merasa pekerjaan ini mungkin saja selesai hingga sore hari, dan jika sang ibu harus pergi kepasar itu cukup memakan waktu.Mereka harus berjalan jauh untuk bisa menjualnya ke pasar, sejak sang ibu pulih dari sakitnya, Yotta sangat khawatir jika ibunya terlalu lelah."Tidak apa nak, jika tidak segera di jual sayuran itu akan busuk," jawab sang ibu."Bagaimana kalau aku saja yang pergi menjualnya?" Yotta berusaha untuk membuat pertukaran dengan wanita tua itu."Kau perlu menjemput si kecil, kasian kalau mereka harus berjalan kaki pulang sekolah," jawab sang ibu."Hmm, baiklah bu." Yotta tidak punya pilihan lain.Bersambung _" . . . " Yotta mengangguk, tanda mengerti apa yang diucapkan oleh sosok wanita muda di hadapannya.Waktu berlalu, Yoga sudah kembali di bawa ke ruang perawatan, tidak lama si kecil yang pemberani itu juga sudah sepenuhnya sadar.Di usia yang masih muda hal yang wajar jika Yoga menangis, akibat rasa sakit yang mungkin saja tidak tertahankan.Yotta hanya bisa menenangkan sang adik, dengan kata-kata yang keluar dari bibirnya.Sambil sesekali mengusap tangan si kecil yang terbalut gips dan membatasi gerakannya.Selain operasi pemasangan pen yang dilalui, luka lain yang di beberapa bagian tubuhnya pasti membuat Yoga merasa kesakitan.Yotta menatap pilu pada si kecil celoteh aneh dari bibirnya menghilang, berganti dengan suara rintihan yang kerap kali terdengar memilukan.Operasi yang berjalan lancar membuat rasa cemas menghilang, tenaganya seketika seolah habis tak bersisa.Dari kemarin tidak ada waktu untuk un
Di ruangan lain Dokter menjelaskan kondisi sang adik, yang tidak hanya mengalami beberapa luka robek di bagian pelipis dan juga tangannya, tapi tangan kecilnya juga mengalami patah tulang.Yoga yang malang harus menerima beberapa jahitan untuk menutup luka, dan akan segera dirujuk ke kota untuk penanganan selanjutnya. Setelah selesai dengan keterangannya, Dokter meminta Yotta segera melakukan pembayaran, karena sang adik sepertinya harus segera dipindahkan.Lembaran kertas administrasi yang hanya bisa dipandang pilu oleh si gadis muda, Yotta bersandar di tembok dingin sambil berusaha memikirkan sesuatu.Tidak ada tabungan yang dia miliki untuk membayar, tidak ada juga barang yang bisa dijual untuk di ganti dengan rupiah.Si gadis muda melangkah gontai, air mata yang tadi sudah mengering kembali jatuh.Langkah berat yang membawanya keluar dan bertemu dengan sang bibi, yang tengah menunggu bersama saudara kecilnya." Yo,
Desa Ranu Pani.Sudah hampir satu bulan sejak kepergian sang ibu, kehidupan keluarga kecil yang hanya berisikan Yotta dan si kembar semakin terasa sulit.Tidak banyak yang si gadis muda bisa harapkan saat ini, orang-orang yang memerlukan tenaganya juga tidak terlalu banyak.Dalam minggu ini si gadis muda hanya mengerjakan satu ladang, pekerjaan untuk membersihkan kebun seorang tetangga di yang tidak jauh dari rumahnya.Yotta, si gadis muda tengah sibuk membersihkan sisa rumput yang sudah di cabut ya sejak tadi pagi.Kegiatan yang terpaksa dihentikan ketika seseorang dari jauh berteriak memanggil namanya berulang kali dari kejauhan." Yotta!!! "" Yotta!!!! "" Yo!! "Seorang berlari menghampiri dirinya, dengan nafas berat memburu sambil terengah-engah." Ada apa bi? " tanya sang gadis." Yo, cepat pulang. Yoga mengalami kecelakaan dan sedang dibawa ke puskesmas, " ucap si wanita paruh
Di teras rumah Angga dan juga Yoga menghabiskan waktu membicarakan banyak hal sambil menunggu kedua gadis itu bersiap.Waktu berlalu, Yoga tengah asik bermain sebuah game dari ponsel milik Angga. Permainan yang harus terhenti ketika Yotta dan juga Yora kembali dengan tampilan yang sangat rapi, mengenakan pakaian yang lebih bagus dari biasanya.Yora tampil cantik dengan gaun yang kembang serta rambut lurus dan panjang yang dikepang dua.Sedangkan Yotta, tidak banyak berubah. Dia seperti biasa, tanpa riasan dan hanya baju sederhana yang yang menutupi hampir seluruh tubuhnya." Apa kita berangkat sekarang? " tanya Angga." Mmt, Iya. Aku harus memberikan ini ke pengepul sayur, " jawab Yotta, mengambil sayuran yang terletak tidak jauh di antara kedua pria itu." Baiklah, biar aku membantumu. " Angga mengambil karung yang tidak terlalu besar dari tangan sang gadis." . . . " Yotta membiarkan Angga melakukan apa yang diing
Desa Ranu PaniMatahari sudah mulai turun, petang akan segera menyapa dengan cahaya keemasan mewarnai cakrawala senja.Ketiga yatim piatu tampak sedang saling membantu mengerjakan pekerjaan rumah.Sang kakak tertua masih setia di kebun kecil yang mereka miliki, beberapa baris tanaman sayuran hijau yang di taman sang ibu beberapa bulan yang lalu sudah bisa dipanen.Sedangkan kedua si kembar tampak membantu sang kakak, Yora memanen kacang panjang yang tumbuh subur.Tidak jauh dari keduanya Yoga membantu untuk mencabut rumput-rumput liar yang tumbuh di sepanjang barisan sayur yang mereka tanam.Si sulung mengangkat pandangan pada langit yang sudah memerah, mereka terlalu hanyut dengan apa yang dikerjakan hingga tidak menyadari waktu berlalu begitu saja.Si gadis membawa hasil panen yang ditangannya, sesaat menatap lekat pada apa yang mereka hasilkan hari ini.Sebuah garis melengkung terukir di sudut bibir sang gadi
" Hmm lupakan itu, mari berpikir apa yang akan kau lakukan untuk kedua adikmu. "Angga melanjutkan kalimatnya, dengan meraih tubuh kecil si gadis duduk di sisinya." Kau benar, masalah lain sedang menunggu, " jawab Yotta, mengangkat pandangannya tertuju ke halaman rumah." Yo, kehidupan terus berjalan dan mereka sangat membutuhkan dirimu, " ucap Angga, mengikuti pandangan sang gadis." Menurutmu apa yang bisa aku lakukan, jika hanya menunggu seseorang datang untuk memintaku bekerja diladang tentu aku tidak akan bisa mengumpulkan uang, kau tau tidak setiap hari orang-orang membutuhkan tenaga bantuan, " balas Yotta, menoleh pada pria yang sudah banyak membantu." Hmm, Yo, apa kau tidak berniat untuk pergi ke kota? Disana mungkin kau bisa mendapatkan pekerjaan lain, " jawab Angga, mencoba memikirkan sesuatu untuk membantu." Tapi bagaimana dengan Yora dan Yoga, aku tidak mungkin meninggalkan mereka disini, " balas Yotta, kembali mem