Sekretaris Rasa Istri

Sekretaris Rasa Istri

last updateLast Updated : 2025-06-02
By:Ā  Parikesit70Ongoing
Language:Ā Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
3views
Read
Add to library

Share:Ā Ā 

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Amara wanita cantik mantan anak orang kaya harus bekerja dengan membawa MEMO ke sebuah perusahaan milik sahabat papanya yang kini telah stroke akibat perusahaannya Bangkrut oleh mama tirinya. Karakter Amara yang bicara blak-blakan dan ikut campur mendisplinkan karyawan di perusahaan tersebut sebagai sekretaris membuat beberapa staf tidak menyukai dirinya. Perjodohan yang dilakukan oleh orang tua Adrian, sang bos dengan Amara ditolak mentah-mentah, karena Adrian masih mencintai mantan pacarnya yang seorang artis sinetron. Namun, orang tua Adrian tidak setuju hubungan putranya dengan artis tersebut, saat melihat artis sinetron itu masuk ke dalam hotel bersama seorang pengusaha. Namun, berjalannya waktu Adrian pun semakin menyukai Amara yang dinilainya sebagai wanita perfect. Tetapi beberapa sosok yang pernah hadir dalam kehidupan Amara, nyaris membuat kacau balau hidup gadis cantik itu, saat bertemu dengan lawan-lawannya yang membenci dirinya. Baik itu dari mantan mama tirinya, Maya. Sepupu Adrian sang bos, Nazwa. Mantan pacar Adrian yang seorang artis, Tania. Bahkan mantan Amara sendiri yang telah menikahi sahabat karibnya, Rani. Sampai akhirnya, masa lalu lain dalam hidup Amara terkuak dalam sebuah Video yang tak disadarinya. Akankah Adrian sang bos yang telah jatuh hati dan sangat bucin dengan Amara, akan meninggalkan sang sekretaris yang mempesona dan nyaris sempurna? Dijamin SERUšŸ”„

View More

Chapter 1

Wawancara

Di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang sekuritas, Amara wanita cantik berusia 25 tahun tengah menunggu giliran untuk menghadap ke bagian HRD (Human Resource Development) usai dirinya membawa sebuah memo dari papanya yang kini mengalami stroke.

 

 

 

  ā€œDengan Amara Sukoco, silakan masuk!ā€

 

 

 

  Seorang lelaki memakai dasi berwarna abu-abu dengan kemeja berwarna putih tanpa jas, berdiri di depan pintu masuk HRD dan memanggil namanya.

 

 

 

  ā€œSaya, Pak!ā€ Amara menjawab dengan mengangkat tangan dan beranjak dari sofa yang berada diluar ruangan HRD tersebut.

 

 

 

  Dalam hati Amara menggerutu sendiri, ā€˜Sialan, kebiasaan amat sih gue angkat tangan. Padahal sekarang gue cari kerja, bukan lagi di kampus.’

 

 

 

  ā€œSilakan masuk,ā€ perintah lelaki berdasi abu-abu tersebut dengan menunjuk ke arah pintu ruangan lain yang tertutup rapat. Lelaki berdasi abu-abu duduk kembali ke meja kerjanya.

 

 Di dalam ruang itu, ada dua orang wanita yang asyik dengan pekerjaannya tanpa memedulikan Amara yang berjalan melewati ruang bersekat di ruangan tersebut.

 

 

 

  Ceklek!

 

 

 

  Amara membuka pintu ruangan HRD. Terlihat wanita berusia sekitar 40 tahun memandang tajam ke arahnya dan mengernyitkan dahi memandang tajam ke arah wanita cantik dengan rambut hitam legam, tergerai sebatas pinggang.

 

 

 

  ā€œLain kali, ketuk dulu sebelum masuk ke ruang kerja orang lain!ā€ tegasnya. ā€œSilakan duduk!ā€

 

 

 

  ā€œTerima kasih, Bu,ā€ jawab Amara memandang ke arah wanita bermata tajam dengan rambut digulung layaknya seorang pramugari.

 

 

 

  Mata tajam wanita yang ada di hadapan Amara memandang dan mengamati gerak gerik dirinya mulai dari kepala hingga ke bagian dadanya yang All size. Hingga Amara tampak risi dan tersenyum samar serta bergumam, ā€˜Kurang ajar juga nih cewek, liat gue seperti itu. Pasti dia lagi mikir ... Kenapa punya gue gede ... Soalnya kan, bagian dada dia nyaris rata.’

 

 

 

  ā€œKenalkan saya, Melinda. Kamu bisa panggil, Bu Linda.ā€ Ucap wanita berusia 40 tahun tersebut sembari menarik napas.

 

 

 

  ā€œTerkait memo yang sudah saya terima dari staf. Sudah saya tanyakan ke pak Adrian. Hmmm..., boleh saya tanya sesuatu?ā€ tanya Melinda selaku HRD.

 

 

 

  ā€œYa, tanya aja,ā€ sahut enteng Amara dengan jemari lentik berada di atas meja sang HRD.

 

 

 

  Mendengar ucapan Amara, manik hitam Melinda menatap tajam dan ada rasa tak suka dari tangkapan netra wanita tersebut dengan memandang jemari lentik wanita cantik di hadapannya.

 

 

 

  ā€œLain kali, kamu harus belajar bagaimana cara berbicara dengan sopan!ā€ tegasnya.

 

 

 

  Amara menganggukkan kepala dengan menatap lurus ke arah Melinda atas apa yang disampaikan secara langsung di hadapannya. Wanita muda nan cantik jelita itu juga menimpali ucapan Melinda selaku HRD.

 

 

 

  ā€œMaaf maksud Ibu apa ya? Perasaan saya berbicara sopan dengan Ibu,ā€ kilah Amara.

 

 

 

  ā€œAmara ... Intonasi, pemilihan kata dan cara bicara dengan orang itu harus kamu perhatikan. Jangan semua kamu sama ratakan seperti saat kamu berbicara dengan temanmu sendiri. Saya ini, HRD. Jadi saya berhak menegur kamu jika attitude dari orang yang akan bekerja di perusahaan ini, kurang menunjukkan kesopanannya,ā€ imbuh Melinda memasang wajah judes.

 

 

 

  ā€œBaik! Kalau menurut Ibu saya nggak pantas bekerja di sini, nggak masalah. Bisa saya ambil lagi memonya?ā€ tantang Amara kesal, kala mendengar Melinda menyalahkan dan menganggapnya tak sopan saat menanggapi ucapan HRD tersebut.

 

 

 

  ā€˜Dasar, gila hormat! Dipikir baru jadi HRD dia bisa tolak gue? Ingat! Gue bawa memo sakti dari pemilik perusahaan ini,’ umpatnya dalam hati.

 

 

 

  ā€œKamu itu!ā€ ucap Melinda kesal saat Amara menggunakan memo yang dibawa menekannya.

 

 

 

  Saat bibir Melinda akan berkata-kata lagi, terdengar dering telepon di meja kerja sang HRD. Dengan sigap diraih dan dijawab panggilan tersebut dengan beberapa kali menganggukkan kepala.

 

 

 

  "Kamu antar wanita yang bawa memo sekarang juga!" perintah Adrian tanpa basa-basi dan terdengar dingin.

 

 

 

  ā€œBaik Pak Adrian. Akan saya antar ke ruang Bapak. Saya masih minta dia identitas dirinya saja."

 

 

 

  Dalam hati Amara yang mendengar dan melihat HRD tersebut berbicara dengan menganggukkan kepala dan menyebut nama Adrian, membuat ia merasa diatas angin.

 

 

  ā€˜Dasar pembohong. Jelas-jelas dia kagak minta identitas gue. Sok lembut pula waktu bicara di telepon. Dasar ular bermuka dua,’ gumamnya dalam hati.

 

 

 

  Usai Melinda menutup telepon, ia langsung berdiri dari tempat duduknya dan berucap, ā€œSekarang kamu ikut saya ke ruang Direktur Utama.ā€

 

 

 

  ā€œBaik Buu!ā€ sambut Amara tersenyum penuh kemenangan.

 

 

 

  Mereka berjalan beriringan menuju lantai 7. Dimana, sang bos dan beberapa marketing berada di lantai tujuh. Sedangkan HRD dan bagian operasional berada di lantai 6. Sedangkan beberapa staf lainnya berapa di lantai 5. Jadi perusahaan sekuritas ini menyewa tiga lantai untuk operasionalnya.

 

 

 

 

  Teringat atas memo yang tadi dibaca olehnya, Melinda pun, bertanya pada Amara. Wanita pemilik mata indah dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tebal serta memiliki kulit putih mulus sebening kristal.

 

 

 

  ā€œSukoco itu orang tua kamu?ā€ tanya Melinda melirik ke arah samping wanita cantik yang dianggapnya sombong.

 

 

 

  ā€œIya, papa saya,ā€ jawabnya datar.

 

 

 

  ā€œOoh ... Saya pikir nama suaminya,ā€ ujar Melinda hingga membuat mata indah Amara terbelalak seiring dengan terbukanya pintu lift.

 

 

 

  ā€œWhat!?!ā€ tanya Amara sembari memasuki lift.

 

 

 

  Mendengar Amara merespons keras ucapannya, Melinda meralatnya, ā€œMaaf, berarti kamu anaknya dong...ā€

 

 

 

  Dengan wajah kesal, Amara menjawab dengan menggerutu, ā€œIya lah! Aneh sekali pikiran Ibu!ā€

 

 

 

  ā€œMasalahnya, ada juga loh ... Istri yang pakai nama suami di belakang namanya. Siapa tahu, kamu istri mudanya,ā€ kilah Melinda tersenyum kecil.

 

 

 

  ā€œAduh! Amit-amit kalau jadi istri kedua!ā€

 Amara mengatakan hal tersebut dengan jemari tangan diketuk-ketuk pada pintu lift.

 

 

 

  Ting!

 

 

 

  Pintu lift terbuka dan Amara yang mengetuk-ngetuk pintu lift agak terkejut saat pintu tersebut terbuka. Hal itu membuat Melinda tersenyum simpul melihat ulah Amara seraya berucap lembut, ā€œKamu lucu juga. Tapi, kalau udah kerja ... Tolong yang serius. Soalnya pak Adrian orangnya disiplin dan serius!ā€

 

 

 

  ā€œYa Bu!ā€ jawabnya masih kesal.

 

 

 

  Tok ... Tok ... Tok ...

 

 

 

  ā€œMasuk!ā€ perintah seorang lelaki dengan suara baritonnya.

 

 

 

  ā€œSelamat pagi, Pak,ā€ ucap Melinda.

 

 

 

  ā€œPagi! Silakan duduk Bu. Ini calon sekretaris barunya?ā€ tanya Adrian sekilas melihat ke arah Amara.

 

 

 

  ā€œBenar Pak,ā€ ucap Melinda memandang ke arah Amara dan memberikan kode pada wanita muda tersebut untuk bersalaman dengan sang CEO.

 

 

 

  ā€œSaya Amara, Pak,ā€ salamnya sembari memberikan tangannya dan meraih tangan sang CEO yang menyambut tangannya.

 

 

 

  Kedua wanita cantik itu duduk berdampingan pada sofa panjang yang ada di ruang kerja sang CEO. Sedangkan, Adrian duduk pada sofa tunggal bagian tengah.

 

 

 

  ā€œSemalam papa saya sudah telepon. Katanya, sahabatnya yang bernama Sukoco menitipkan putrinya untuk bekerja jadi sekretaris. Tapi, apa kamu pernah bekerja jadi sekretaris sebelumnya? Kapan kamu jadi sarjana?ā€ tanya Adrian menatap dingin, Amara.

 

 

 

  ā€œSaya? Uhm, belum pernah kerja. Selama ini hanya di rumah. Saya, lulusan manajemen. Tapi, saya pernah magang jadi sekretaris sewaktu KKN,ā€ jawab Amara.

 

 

 

  ā€œBerarti kamu baru dapat gelar sarjana? Bukankah usia kamu sekarang 27 tahun?ā€ tanya Adrian menatap lurus ke arah Amara.

 

 

 

  Dalam hati sang CEO berbisik, ā€˜Pasti nih cewek 7 tahun kuliahnya dan sekarang baru lulus kuliah. Pantas aja perusahaan papanya bangkrut, anaknya aja kelihatan tolol gini.’

 

 

 

  ā€œWaktu umur 22 tahun saya udah selesai kuliah dan jadi sarjana, Pak,ā€ ujar Amara sombong.

 

 

 

  ā€œOh ya? Berapa IP kamu?ā€ tanya Adrian yang semakin penasaran atas diri Amara yang dipikirnya cantik tapi bodoh.

 

 

 

  ā€œIP saya 3.5 Pak ... Saya salah seorang lulusan Cumlaude, Pak,ā€ jawab Amara membanggakan diri.

 

 

 

  Adrian yang melihat gaya bicara dan sikap bangga Amara atas Cumlaude yang di dapat dalam pendidikan akademis, langsung merontokkan kesombongannya.

 

 ā€œHarusnya kamu bisa teruskan perusahaan papa kamu. Padahal kamu cerdas. Sangat disayangkan!ā€

 

 

 

  ā€œMasalahnya, papa lebih percaya sama istri mudanya! Saya malah diminta ambil S2 agar bisa jadi dosen. Padahal itu akal-akalan istri mudanya aja. Jelas saya tolak!ā€ sahut Amara dengan gigi gemertak saat mengingat runtuhnya perusahaan sang papa.

 

 

 

  Mendengar obrolan dua arah tersebut, Melinda baru memahami sifat Amara yang terbuka dan berbicara ceplas-ceplos pada siapa pun, lawan bicaranya. Melinda pun bergumam dalam hatinya. 'Pantas aja ini anak sombong. Mantan anak orang kaya.’

 

 

 

  ā€œBaiklah ... Kita akan lihat. Apa kamu mampu bekerja jadi sekretaris. Saya beri waktu tiga bulan untuk mulai mempelajari pekerjaan ini. Kalau kamu nggak punya kemampuan, memo dari papa saya ini nggak akan mampu buat kamu bertahan disini. Paham?!ā€ tanya Adrian.

 

 

 

  ā€œSiap! Paham Pak!ā€ jawab Amara dengan mata berbinar bahagia. Bagi Amara, tidak ada pekerjaan yang tak dapat dilakukannya. Maka dengan mudah ia menjawab tantangan Adrian.

 

 

 

  Melihat keluguan dan sifat Amara yang apa adanya membuat Melinda menahan senyum dengan menundukkan kepalanya.

 

 

 

  ā€œBu Melinda, siapkan saja kontrak kerja selama 3 bulan dulu. Setelah itu, evaluasi kembali,ā€ pinta Adrian. ā€œSatu lagi, berikan Job Description nya juga. Biar dia tahu tugas-tugasnya."

 

 

 

  ā€œMaaf ... Boleh tahu, kenapa sekretarisnya berhenti?ā€ tanya Amara memandang ke arah Adrian.

 

 

 

  ā€œMenikah ... Apa kamu ada rencana menikah juga?ā€ tanya Adrian datar.

 

 

 

  ā€œOh ... menikah. Untuk saat ini belum ada niat Pak , karena jodoh kan, ditangan Tuhan," tuturnya tersenyum manis.

 

 

 Mendengar celoteh Amara yang tanpa punya rasa ragu atas apa yang dikatakannya, membuat Adrian dan Melinda tersenyum samar.

 

 

 

  ā€œBaiklah, silakan ke ruang HRD lagi. Besok kamu sudah bisa bekerja,ā€ ujar Adrian sembari beranjak dari sofa tunggal.

 

 

 

  ā€œBaik Pak..., kami permisi dulu,ā€ jawab Melinda sembari menarik tangan Amara yang masih duduk di sofa panjang.

 

 

 

  Setelah itu, Amara dan Melinda keluar dari ruang kerja Adrian yang kebetulan sudah satu minggu ini tidak mempunyai sekretaris pribadi.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status