Home / Fantasi / Puncak Benua / Bab 6 Menyentuh Kelembutan

Share

Bab 6 Menyentuh Kelembutan

Author: Milky Way
last update Last Updated: 2024-11-19 10:42:13

Dua sosok saling kejar-kejaran di dalam hutan. Satu laki-laki basah kuyup, satunya gadis dengan tubuh menawan mengejar di belakang.

"Nona, tunggu ... dengarkan penjelasanku!" teriak Aaron. Ia membalikkan tubuhnya.

Tetapi gadis itu tidak memberi Aaron kesempatan, ia memanfaatkan momen itu untuk meluncurkan tusukan pedangnya ke arah Aaron.

"Hanya kematianmu yang bisa menjelaskan, bocah cabul!" teriak gadis itu dengan wajah penuh amarah. Dengan ngeri Aaron membalikkan tubuhnya dan berlari kembali.

Sungguh wanita yang ganas, pikirnya. Ia mencari cara untuk meloloskan diri, namun pinggir sungai ini terlalu terbuka dan tidak ada tempat untuk bersembunyi.

Mengarahkan pelariannya ke arah hutan, Aaron meliuk dengan gesit di antara pepohonan. Namun gadis di belakangnya sedikit pun tidak melonggarkan pengejarannya. Barangkali jika ia mendapatkan Aaron saat ini, mungkin saja Aaron akan menjadi daging cincang dan terpotong-potong.

Semakin lama mereka semakin jauh masuk ke dalam hutan. Bagi Aaron untuk berlari di dalam hutan bukanlah hal yang sulit sama sekali. Lokasi tempat dusunnya berada dikelilingi oleh hutan lebat dan itu menjadi tempatnya bermain.

Menyadari gadis itu telah tertinggal agak jauh, Aaron bersembunyi di balik sebuah pohon dan memanjatnya perlahan.

Ia memperhatikan ke bawah, tidak lama kemudian gadis itu nampak berlari sambil menghunus pedangnya. Napasnya tersengal tetapi wajahnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah.

Membiarkannya lewat di bawah, Aaron agak merasa lega. Ia berencana akan dengan diam-diam pergi ke arahnya datang dan meninggalkan gadis itu yang terus mengejarnya ke dalam hutan.

Namun saat turun dari pohon, terdengar geraman seekor binatang dari arah tempat gadis itu berlari.

Ggrrrrrrhhh!

Aaron terkesiap, itu suara Serigala Taring Panjang! Ia sangat mengenali suara binatang buas itu karena mereka suka mendekati area dusunnya dan mencuri ternak warga.

Dengan cepat Aaron bergerak maju dari pohon ke pohon, apa yang dilihatnya membuat hatinya berdegup.

Gadis itu memegang pedangnya dengan kedua tangan, lalu dengan cemas perlahan mundur ke belakang. Dua ekor serigala dengan taring mencuat panjang dari mulutnya mengawasi dengan mata tajam mengerikan.

Wajah ganas gadis itu telah berubah menjadi ketakutan, ia hendak berteriak tetapi khawatir akan memprovokasi serigala-serigala tersebut dan langsung menerkamnya.

Tubuh Aaron menegang. Meskipun gadis itu hendak memukulinya, namun ia juga tidak tega jika serigala melukai dan memakannya.

Gadis muda itu terus beringsut mundur dan semakin dekat dengan pohon tempat Aaron bersembunyi. Tampaknya serigala itu tidak lagi begitu sabar untuk mencicipi daging segar dihadapan mereka. Menggeram dengan berat, kedua serigala itu langsung meloncat menerkam gadis tersebut.

Gadis itu pucat pasi, tubuhnya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan saat dua binatang buas itu datang menerkam ke arahnya. Namun di saat ia merasa telah tidak ada harapan, lengannya ditarik dengan kuat oleh seseorang dan ia terlempar ke balik sebatang pohon. Pedangnya terlepas dari tangannya.

Belum sempat ia menyadari apa yang terjadi, tangan itu kembali meraihnya dan mengangkat tubuhnya dengan cepat. Seseorang memeluk kedua pahanya dari belakang dan mengangkatnya.

"Cabul! Apa yang kau lakukan?!" teriaknya panik.

"Naik ke pohon itu! Pegang dahannya!" Sebuah suara meneriakinya dengan keras. Gadis itu sangat gugup, ia melihat ke bawah dan menyadari orang yang mengangkatnya adalah laki-laki yang di kejarnya.

Saat amarahnya tiba-tiba muncul, geraman serigala terdengar lagi. Gadis itu kembali pucat dan melihat ke atas. Ada dahan pohon yang menjulur dalam jangkauannya, dengan cepat ia meraihnya. Aaron mendorong bagian bawah tubuh gadis itu dengan paksa. Menahan rasa malu dan marah karena buah bokongnya dipegang oleh anak laki-laki itu, ia menggertakkan giginya. Bagaimanapun ia mengerti ini keadaan darurat.

Setelah gadis itu naik ke atas pohon, Aaron mengambil pedang yang terjatuh. Saat itu juga kedua serigala telah berada di hadapannya.

"Tetap di atas pohon, jangan ke mana-mana!" Aaron memberikan instruksi kepada gadis itu tanpa menoleh. Matanya waspada mengawasi gerak gerik kedua binatang buas di depannya. Serigala itu sangatlah besar, dalam posisi berdiri kedua tubuh berbulu itu hampir sama tingginya dengan Aaron.

Gadis itu mengangguk, meski Aaron tidak akan melihat anggukannya, hanya saja ia merasa harus melakukan itu. Wajahnya pucat memandang ke bawah. Bagaimanapun marahnya ia kepada pemuda itu, namun tindakan anak laki-laki tersebut untuk menyelamatkan hidupnya tidak bisa ia abaikan. Jika anak muda itu tidak selamat, ini seperti pemuda itu telah menukar hidupnya sendiri untuk menyelamatkan dirinya.

Maye menggigit bibir, tiba-tiba rasa bersalah merasuki hatinya. Seharusnya ia mendengarkan penjelasan anak laki-laki itu terlebih dahulu. Tetapi mengingat ini adalah pertama kalinya seseorang melihat tubuhnya, wajah Maye kembali menjadi merah padam.

"Aku akan memancing binatang ini pergi, jangan turun sebelum keadaan aman!" teriak Aaron dari bawah.

"Iya ..." Maye hanya menjawab lirih.

Aaron segera beringsut ke belakang, kedua tangannya memegang pedang gadis itu dan menghunusnya ke depan. Kedua serigala itu mengawasinya dengan buas.

Setelah merasa jaraknya cukup, Aaron segera berbalik dan berlari sekuat tenaga. Menyadari mangsanya kabur, kedua serigala itu dengan ganas menerjang ke depan mengejar.

Beruntung banyak pephonan sehingga menghalangi laju serigala-serigala itu. Aaron dengan gesit berlari ke balik pepohonan. Bersembunyi dari serigala itu adalah hal yang mustahil, karena penciuman mereka sangat tajam. Satu-satunya cara hanya dengan menghabisinya.

Namun untuk menghabisi dua sekaligus, Aaron tidak yakin mampu melakukannya tanpa terluka. Sambil berlari ia terus memutar otaknya untuk mencari jalan keluar.

Namun tiba-tiba hatinya mencelos, persis tidak jauh di depannya adalah sebuah tebing. Pelariannya adalah jalan buntu dan ia akan segera terpojok di tebing itu.

Wajah Aaron menjadi gelap, menyadari jalan keluarnya hanya dengan bertarung, ia berbalik.

Melihat mangsanya berhenti dan berbalik, kedua serigala itu langsung menerkam dengan kejam. Cakar-cakar mereka terarah ke tubuh Aaron.

Aaron hanya menargetkan satu serigala, dan menghindari serigala satunya. Ia tidak bisa menunggu mereka sampai kepadanya terlebih dahulu. Jadi saat kedua serigala itu menerkam di udara, Aaron juga melompat maju dan menghunus pedangnya ke salah satu mereka. Serigala lainnya kehilangan target.

Tusukan pedang langsung menembus leher serigala tersebut. Dengan geraman teredam serigala itu menggelepar di udara lalu menabrak tubuh Aaron didepannya.

Bummmm!!!

Aaron merasa dihantam benda berat, tubuhnya terasa remuk. Tubuh serigala itu hampir dua kali ukuran badan Aaron. Di saat ia menstabilkan posisinya, serigala satunya meraung dengan ganas melihat kawannya mati. Serigala itu langsung menyerang lagi.

Sekuat tenaga Aaron mengangkat tubuh serigala yang telah mati dan menjadikannya tameng untuk melindungi tubuhnya.

Benturan keras terjadi, Aaron kembali ditimpa mayat serigala itu. Sementara serigala penyerangnya terlempar ke samping.

Sekuat tenaga Aaron mendorong mayat itu dan berjongkok dengan satu lutut di tanah. Mengaktifkan Qi dari dalam dantian di bawah pusarnya, Aaron mengalirkan energi itu ke telapak tangan melalui jalur meridiannya.

Pusaran perak terbentuk di telapak tangannya dan segera menjadi bola bersinar.

Dengan satu lompatan ia memburu ke arah serigala itu yang juga menerjang untuk menerkamnya.

Meteorit Punch! pekik Aaron dalam hati. Itu adalah salah satu teknik terkuatnya.

Duaaakkkkkk!!!

Sinar perak di tangan Aaron langsung menghantam kepala serigala tersebut dan menimbulkan bunyi teredam. Serigala itu bahkan tidak sempat mengeluarkan suara apa pun saat kepalanya retak dan mati seketika. Sepersekian detik kemudian tubuh besar itu jatuh berdebum di tanah.

Sama seperti serigala itu jatuh, tubuh Aaron juga sempoyongan dan tumbang. Ia telah menggunakan terlalu banyak kekuatan untuk menggunakan salah satu teknik terkuatnya dan mengalahkan kedua serigala itu, napasnya terengah-engah.

...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Satriya Arya Wiralodra
ok banget kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Puncak Benua   Bab 62 Ruangan Rahasia Di Dalam Gua

    Aaron dan Celia semakin panik ketika mendengar hentakan langkah kaki mengguncang gua. Suara raungan kemarahan terus terdengar dan semakin mendekat. "Tampaknya kita harus bertarung melawan beruang itu," ucap Aaron meminta pendapat Celia. "Itu monster rank empat tingkat awal, sama kuatnya dengan Mortal Bumi. Kita tidak akan bisa melawannya," balas Celia menggelengkan kepalanya. Melihat ekspresinya, seperti ia telah melupakan semua yang terjadi sebelumnya. "Lalu, kamu punya ide?" tanya Aaron. Celia mematung, ia tidak menemukan rencana apa pun. Namun, saat ia memperhatikan sekeliling, tiba-tiba wajahnya mengernyit ketika melihat sesuatu di sisi air terjun. Aaron yang juga sedang memandang ke sana, langsung berseru, "Ada lubang di balik air terjun. Cepat ke sana!" Sebelum Celia menjawab, ia langsung melompat ke dalam kolam. Celia buru-buru mengikutinya, dan menyusul Aaron berenang menuju air terjun. Sesampai di air terjun, Aaron mengulurkan tangannya. Celia sedikit ragu ketika akhir

  • Puncak Benua   Bab 61 Hasrat Tak Terbendung

    Begitu perasaan asing bergejolak di tubuhnya, Aaron menjadi gugup. Sementara di depannya Celia tampak kebingungan, wajahnya merona merah dan napasnya sedikit lebih intens. Ia menatap kepada Aaron. "A-apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara lirih, hampir seperti desahan. Mendengar suara tersebut, tubuh Aaron merinding. "A-Afrodisiak ..." Mata Celia membelalak lebar, seketika ia mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhnya. Perasaan panas dari bawah perutnya, dan tiba-tiba saja ia menjadi sangat sensitif. Ia tidak tahu jika bunga itu sebenarnya adalah Afrosisiak, yang dapat memicu rangsangan di dalam tubuh. "Cepat pergi dari pohon itu!" sergah Aaron menarik lengan gadis itu sambil mempertahankan kewarasannya. Namun, begitu tangannya menyentuh lengan Celia, seolah-olah tubuhnya tersengat aliran listrik dan menegang seketika. Demikian juga Celia yang merasakan hal yang sama, memekik tertahan dan tubuhnya terhuyung. Sebelum ia terjatuh, Aaron menyambut tubuh gadis itu. Tetapi sentuhan

  • Puncak Benua   Bab 60 Bunga Pemancing Gairah

    Melihat ada bagian lain di dalam ruangan, Aaron menoleh kepada Celia. "Kita harus pindah ke dalam. Jika nanti beruang buas itu datang ke sini, aku takut dia akan membunuh kita berdua," ucap Aaron. Celia tampak bimbang, tetapi mengingat beruang itu memiliki kekuatan setingkat Mortal Jiwa puncak, atau bisa jadi Mortal Bumi, ia hanya mengangguk. Beruang Batu bulan itu bukan lawannya, bahkan jika dia tidak mengalami kecelakaan, tetap saja ia tidak percaya diri menghadapinya. Namun, ketika mencoba berdiri, tubuhnya terasa lemah. Wajahnya memerah ketika membayangkan bahwa ia akan memerlukan bantuan anak muda itu lagi untuk beranjak. Aaron mengetahui pikiran Celia, tetapi saat ini keselamatan mereka lebih penting. Tidak bertanya terlebih dahulu, ia bergerak mendekati gadis itu dan berjongkok, lalu meraih tubuhnya untuk membopongnya sekali lagi."Apa yang akan kau lakukan?" tanya gadis itu dengan panik. Aaron mengabaikan pertanyaan gadis itu, dan mengangkat tubuhnya. "Jangan banyak berger

  • Puncak Benua   Bab 59 Bersama Kecantikan Di Dalam Gua

    Jantung Aaron berdegup, ia tidak memiliki banyak waktu dan harus segera pergi dari gua ini. Sebentar lagi Beruang Batu Bulan itu akan sadar dan kembali pulang. Dan setelah mengetahui buah yang dijaganya menghilang, tempat ini akan menjadi kerusuhan. Aaron memandangi wajah gadis itu, sebagiannya tertutup kain tipis. Namun, dari jarak sedekat ini, ia dapat melihat melalui penutup itu yang sedikit transparan. Wajahnya sangat cantik, bahkan melebihi Yue dan Maye. Mengabaikan pemikiran itu, Aaron terus menggesa langkahnya keluar dari gua. Sangat beruntung beruang besar itu belum kembali, tetapi ia harus pergi sejauh mungkin, dan tidak membiarkan dirinya ditemukan. Setelah berjalan cukup jauh, Aaron melihat sebuah celah yang tersembunyi di dasar tebing. Tidak pikir panjang, ia langsung membawa Celia ke celah tersebut. Celah itu sempit di bagian pintu masuknya, tetapi di dalam ternyata cukup luas, dengan langit-langit yang runcing ke atas, lantainya cukup rata dan terlihat nyaman.

  • Puncak Benua   Bab 58 Gua Lembab dan Hangat

    Aaron mengawasi dengan saksama gua yang mereka intai dari balik batu. Berada dalam posisi yang begitu dekat dengan Celia depannya, aroma manis yang lembut menggoda penciuman Aaron. Gadis itu begitu harum. "Makhluk apa di dalam tempat itu?" tanya Aaron, ia dengan cepat menyingkirkan sedikit pikirannya yang teralihkan. "Seekor beruang besar, Beruang Bumi Kolosal," jawab Celia dengan wajah serius. "Beruang Bumi Kolosal?" Aaron terkejut. Beruang itu sangat alot dan susah ditundukkan. Tetapi kemudian memikirkan kelemahan beruang tersebut, mata Aaron berbinar. "Aku yang memancingnya pergi, kamu yang mengambil item di dalam gua," ucap Aaron mengemukakan usulnya. "Kamu?" Celia berbalik, tetapi begitu menyadari posisi Aaron sangat dekat dengannya, ia menggeser tubuhnya. "Kultivasimu tidak cukup. Monster itu level tiga puncak, setara dengan Mortal Jiwa tingkat tinggi. Kau akan mati dikejarnya."Aaron menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku pernah berhadapan dengan monster seperti itu

  • Puncak Benua   Bab 57 Bertemu Keindahan Di Dalam Hutan

    Aaron terus meloncat dari dahan ke dahan di dalam hutan, hingga tidak menyadari bahwa ia telah keluar jauh dari tempat semula berada. Hutan-hutan di sekitarnya tampak lebih lebat dan gelap, dan nyaris tidak terdengar suara orang lain di tempat itu.Tap!Dengan satu lompatan, Aaron mendarat di tanah dan memperhatikan sekitarnya. Pandangannya langsung menangkap tanaman obat di antara sela-sela batu—Daun Dewa, herbal yang bermanfaat untuk memperkuat fisik.Aaron dengan cepat mendekat, tetapi ketika tangannya terulur hendak meraihnya, tiba-tiba sebuah tangan halus muncul dari balik batu dan menangkap herbal tersebut.Aaron langsung terkejut dan melompat mundur. Pemilik tangan halus itu tampaknya juga terkejut, dan ia keluar dari balik batu."Siapa kamu?" tanyanya dengan heran.Aaron menatap sosok di depannya—seorang gadis memakai jubah yang sama dengannya, lengkap dengan penutup wajah yang menyembunyikan bagian mulut dan hidungnya. Meski begitu, Aaron yakin gadis ini sangat cantik."Aku s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status