Home / Fantasi / Puncak Benua / Bab 7 Jangan Mati, Tuan!

Share

Bab 7 Jangan Mati, Tuan!

Author: Milky Way
last update Last Updated: 2024-11-20 14:44:02

Maye tetap berada di dahan pohon sambil matanya celingukkan melihat jika ada gerakan dari anak laki-laki itu. Namun telah beberapa lama, ia tidak melihat satu gerakan pun.

Sangat khawatir ia berencana untuk turun, tetapi teringat pesan bocah itu untuk harus terus berada di dahan pohon, ia mengurungkan niatnya.

Dalam kebingungan tiba-tiba terdengar suara keresek dari balik pepohonan. Seorang pemuda berjalan sempoyongan dan berlumuran darah berjalan ke arahnya. Bajunya robek di beberapa bagian dan wajahnya penuh cipratan merah yang membuatnya terlihat mengerikan seperti seseorang yang baru saja keluar dari medan pertempuran.

Gadis itu segera melompat turun, ia bergegas ke depan dan menghampiri anak muda itu.

Namun setelah dekat, tubuh laki-laki muda itu jatuh merosot dan akan tumbang. Maye buru-buru menangkap tubuhnya. Aaron samar-samar mencium aroma harum dan segar dari tubuh wanita itu.

Maye terlihat sangat cemas dan berpikir pastilah serigala-serigala itu telah merobek tubuh si penyelamatnya ini.

Membaringkan kepala pemuda itu di pangkuannya, gadis itu mengambil sehelai sapu tangan dan membersihkan noda darah di wajah anak laki-laki itu.

Aaron mengerang, meracau tidak jelas. Sepertinya ia benar-benar akan segera mati, hingga membuat gadis itu semakin ketakutan.

Mengangkat satu tangannya dan berusaha menunjuk sesuatu, Aaron berkata terbata-bata, "Katakan ... ke... kepada .. Nona Yue ..." Belum sempat ucapannya sampai, tangannya jatuh kembali ke tanah dan kepalanya tergolek ke satu sisi.

Maye panik. "Kamu, jangan mati!" teriaknya. "Tolooong!" ia berteriak lagi sekuat tenaga berharap seseorang mendengar.

Berpikir anak ini kehabisan darah, ia memeriksa sekujur tubuhnya mencari di mana luka parahnya berada. Namun setelah beberapa saat, ia tidak menemukan luka di mana pun.

Maye agak bingung, tidak ada luka di tubuhnya. Memeriksa sekali lagi, tetap tidak menemukan satu sayatan pun. Darah di bajunya bukanlah keluar dari luka fisik anak ini.

Mengamati wajah anak itu, Maye tertegun. Anak ini cukup tampan, hidungnya sedikit mancung, alis hitamnya yang tegas, bulu matanya ... tiba-tiba wajah Maye berubah gelap, bulu mata itu bergerak-gerak, anak ini sama sekali tidak pingsan!

Sangat keras ia menarik hidung laki-laki itu. "Jangan pura-pura! Kamu tidak pingsan!" sungut Maye dengan marah.

Merasakan hidungnya sangat sakit, Aaron terlonjak dan membuka matanya, ia bergegas menjauh. "Nona, kejam sekali!" protesnya. Ia menggosok hidungnya yang terasa mau copot.

Maye tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis, laki-laki ini terlalu berakting. Sesaat hatinya lega anak muda itu baik-baik saja, namun amarahnya muncul lagi teringat tubuhnya telah ditonton sedemikian rupa sebelumnya.

Dengan satu gerakan ia menghunus pedangnya dan mengarahkannya ke leher Aaron. Perasaan dingin menyebabkan bulu kuduk Aaron merinding, ia mengangkat kedua tangannya berharap untuk menjernihkan kesalah pahaman.

"A ... aku bisa menjelaskan ... " ucapnya terbata. Dengan cepat Aaron menjelaskan apa yang dialaminya sehingga ia berakhir di dalam sungai.

Maye menggigit bibir, sekilas tatapan rumit melintas di matanya. Apapun alasannya itu tetap saja tidak merubah kenyataan bahwa Aaron telah melihat tubuhnya. Meski kebenarannya ia melihat kelinci itu sebelumnya.

"Siapa namamu?"

"Aaron ... " jawab Aron. Dengan lambat ia menurunkan tangannya dan menggeser perlahan ujung pedang gadis itu.

Merasa tidak dapat melakukan apa-apa terhadap anak ini, Maye menghela napas dengan sedih lalu menarik pedangnya dengan lemah. "Aku harap kamu bijaksana dan berpura-pura hari ini tidak ada yang terjadi. Jika saja ini menyebar, akibatnya tidak akan baik untukmu." Maye berbalik dan melangkah pergi.

Aaron memandangi lekuk tubuh wanita menawan itu yang berjalan menjauh. Memejamkan matanya dengan pahit ia

mengambil bungkusan di tanah yang berisi empat taring serigala.

Memang seharusnya itu tidak perlu diingat, meskipun pernah jatuh di lubang yang sama namun pada akhirnya wanita itu tetaplah berada pada tempat yang tidak bisa dijangkaunya saat ini. Matanya melirik sepotong kain penuh darah, ia mengambilnya dan mengetahui kalau itu adalah milik gadis tersebut. Sekilas ia melihat sebuah nama di salah satu sudutnya, Aaron jadi tahu nama gadis pemilik sapu tangan itu adalah Maye.

Aaron berjalan mengikuti di belakang dengan menjaga jarak, khawatir gadis itu akan kembali menjadi gila dan melakukan hal-hal bodoh seperti mencongkel matanya.

Sesampai di pinggir sungai, Aaron langsung menceburkan dirinya ke dalam sungai. Maye terkejut dan menoleh ke belakang. Melihat anak itu bertelanjang dada wajahnya jadi merah, "Cabul! Kenapa kamu tidak menungguku pergi terlebih dahulu?!" bentaknya dengan marah.

Aaron tertegun, menyadari keadaan dirinya ia membenamkan tubuhnya lalu menatap gadis itu dengan tatapan tak bersalah.

Gadis itu merengut, lalu menghentakkan kakinya dan berbalik. Namun suara Aaron menghentikannya.

"Tunggu, maukah Nona melemparkan bajuku yang tertinggal di atas tebing?" pintanya.

Wajah Maye merah padam, sejak kapan ada seorang pelayan yang berani memerintahnya?

"Apa kamu pikir aku pembantumu?!" teriaknya dengan marah.Tanpa menoleh ia terus berjalan menaiki tangga menuju ke atas tebing. Sesampai di atas ia melihat buntalan kain. Maye hendak mengabaikannya, namun beberapa langkah kemudian ia memejamkan mata. Menggigit bibirnya ia berbalik, dengan kesal disepaknya buntalan kain itu hingga jatuh ke dalam jurang tempat Aaron sedang mandi. Namun memperhatikan arah jatuhnya buntalan itu, mau tidak mau gadis itu menutup mulutnya dan tertawa geli.

Aaron melihat buntalan kainnya meluncur jatuh ke dalam sungai, terlonjak ia berusaha mengejar agar itu tidak terendam air. Namun terlambat, buntalannya itu langsung tenggelam begitu menyentuh permukaan sungai.

Sungguh gadis yang kejam! teriaknya di dalam hati dengan marah.

...

Kembali ke perkemahan, paman Lei tertegun saat melihat Aaron datang dengan memakai pakaian yang basah.

"Ada apa denganmu?" tanya Paman Lei sambil melepaskan tenda dari kait tiangnya.

"Aku terjatuh, Paman," jawab Aaron. Paman Lei geleng-geleng kepala lalu mengalihkan perhatiannya.

Segera Aaron bergegas membantu paman Lei membongkar tenda-tenda dan peralatan untuk memasukkannya kembali ke dalam gerbong barang.

Seperti seorang majikan pada umumnya, Nona Yue terlihat acuh pagi ini. Ia hanya melirik sekilas kepada Aaron dan tidak menyapanya. Aaron menjadi agak kikuk. Tentang itu tidak ada yang perlu dikatakannya, ia hanyalah seorang pelayan kecil sekarang.

Seperti yang telah disepakati, iring-iringan kereta tuan Hong dan tuan Mutsa berangkat bersamaan.

Kereta yang di tumpangi Aaron tetap berada di paling belakang, kakek Long mengendalikan kuda-kuda dengan santai.

Melirik ke kereta di depannya Aaron menyaksikan Xia dan yang lainnya asik bercerita. Mereka berada dalam satu kereta yang tirainya dibiarkan terbuka, sehingga Aaron dapat melihatnya dengan jelas.

Bertemu tatapan dengan kedua mata cantik milik Maye, Maye segera membuang pandangannya dan mengacuhkan Aaron seperti ia tidak mengenalinya. Aaron hanya tersipu dengan canggung.

Tidak lama kemudian, iring-iringan kereta memasuki sebuah kota persinggahan untuk mereka semua mengisi bekal kembali.

...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Puncak Benua   Bab 62 Ruangan Rahasia Di Dalam Gua

    Aaron dan Celia semakin panik ketika mendengar hentakan langkah kaki mengguncang gua. Suara raungan kemarahan terus terdengar dan semakin mendekat. "Tampaknya kita harus bertarung melawan beruang itu," ucap Aaron meminta pendapat Celia. "Itu monster rank empat tingkat awal, sama kuatnya dengan Mortal Bumi. Kita tidak akan bisa melawannya," balas Celia menggelengkan kepalanya. Melihat ekspresinya, seperti ia telah melupakan semua yang terjadi sebelumnya. "Lalu, kamu punya ide?" tanya Aaron. Celia mematung, ia tidak menemukan rencana apa pun. Namun, saat ia memperhatikan sekeliling, tiba-tiba wajahnya mengernyit ketika melihat sesuatu di sisi air terjun. Aaron yang juga sedang memandang ke sana, langsung berseru, "Ada lubang di balik air terjun. Cepat ke sana!" Sebelum Celia menjawab, ia langsung melompat ke dalam kolam. Celia buru-buru mengikutinya, dan menyusul Aaron berenang menuju air terjun. Sesampai di air terjun, Aaron mengulurkan tangannya. Celia sedikit ragu ketika akhir

  • Puncak Benua   Bab 61 Hasrat Tak Terbendung

    Begitu perasaan asing bergejolak di tubuhnya, Aaron menjadi gugup. Sementara di depannya Celia tampak kebingungan, wajahnya merona merah dan napasnya sedikit lebih intens. Ia menatap kepada Aaron. "A-apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara lirih, hampir seperti desahan. Mendengar suara tersebut, tubuh Aaron merinding. "A-Afrodisiak ..." Mata Celia membelalak lebar, seketika ia mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhnya. Perasaan panas dari bawah perutnya, dan tiba-tiba saja ia menjadi sangat sensitif. Ia tidak tahu jika bunga itu sebenarnya adalah Afrosisiak, yang dapat memicu rangsangan di dalam tubuh. "Cepat pergi dari pohon itu!" sergah Aaron menarik lengan gadis itu sambil mempertahankan kewarasannya. Namun, begitu tangannya menyentuh lengan Celia, seolah-olah tubuhnya tersengat aliran listrik dan menegang seketika. Demikian juga Celia yang merasakan hal yang sama, memekik tertahan dan tubuhnya terhuyung. Sebelum ia terjatuh, Aaron menyambut tubuh gadis itu. Tetapi sentuhan

  • Puncak Benua   Bab 60 Bunga Pemancing Gairah

    Melihat ada bagian lain di dalam ruangan, Aaron menoleh kepada Celia. "Kita harus pindah ke dalam. Jika nanti beruang buas itu datang ke sini, aku takut dia akan membunuh kita berdua," ucap Aaron. Celia tampak bimbang, tetapi mengingat beruang itu memiliki kekuatan setingkat Mortal Jiwa puncak, atau bisa jadi Mortal Bumi, ia hanya mengangguk. Beruang Batu bulan itu bukan lawannya, bahkan jika dia tidak mengalami kecelakaan, tetap saja ia tidak percaya diri menghadapinya. Namun, ketika mencoba berdiri, tubuhnya terasa lemah. Wajahnya memerah ketika membayangkan bahwa ia akan memerlukan bantuan anak muda itu lagi untuk beranjak. Aaron mengetahui pikiran Celia, tetapi saat ini keselamatan mereka lebih penting. Tidak bertanya terlebih dahulu, ia bergerak mendekati gadis itu dan berjongkok, lalu meraih tubuhnya untuk membopongnya sekali lagi."Apa yang akan kau lakukan?" tanya gadis itu dengan panik. Aaron mengabaikan pertanyaan gadis itu, dan mengangkat tubuhnya. "Jangan banyak berger

  • Puncak Benua   Bab 59 Bersama Kecantikan Di Dalam Gua

    Jantung Aaron berdegup, ia tidak memiliki banyak waktu dan harus segera pergi dari gua ini. Sebentar lagi Beruang Batu Bulan itu akan sadar dan kembali pulang. Dan setelah mengetahui buah yang dijaganya menghilang, tempat ini akan menjadi kerusuhan. Aaron memandangi wajah gadis itu, sebagiannya tertutup kain tipis. Namun, dari jarak sedekat ini, ia dapat melihat melalui penutup itu yang sedikit transparan. Wajahnya sangat cantik, bahkan melebihi Yue dan Maye. Mengabaikan pemikiran itu, Aaron terus menggesa langkahnya keluar dari gua. Sangat beruntung beruang besar itu belum kembali, tetapi ia harus pergi sejauh mungkin, dan tidak membiarkan dirinya ditemukan. Setelah berjalan cukup jauh, Aaron melihat sebuah celah yang tersembunyi di dasar tebing. Tidak pikir panjang, ia langsung membawa Celia ke celah tersebut. Celah itu sempit di bagian pintu masuknya, tetapi di dalam ternyata cukup luas, dengan langit-langit yang runcing ke atas, lantainya cukup rata dan terlihat nyaman.

  • Puncak Benua   Bab 58 Gua Lembab dan Hangat

    Aaron mengawasi dengan saksama gua yang mereka intai dari balik batu. Berada dalam posisi yang begitu dekat dengan Celia depannya, aroma manis yang lembut menggoda penciuman Aaron. Gadis itu begitu harum. "Makhluk apa di dalam tempat itu?" tanya Aaron, ia dengan cepat menyingkirkan sedikit pikirannya yang teralihkan. "Seekor beruang besar, Beruang Bumi Kolosal," jawab Celia dengan wajah serius. "Beruang Bumi Kolosal?" Aaron terkejut. Beruang itu sangat alot dan susah ditundukkan. Tetapi kemudian memikirkan kelemahan beruang tersebut, mata Aaron berbinar. "Aku yang memancingnya pergi, kamu yang mengambil item di dalam gua," ucap Aaron mengemukakan usulnya. "Kamu?" Celia berbalik, tetapi begitu menyadari posisi Aaron sangat dekat dengannya, ia menggeser tubuhnya. "Kultivasimu tidak cukup. Monster itu level tiga puncak, setara dengan Mortal Jiwa tingkat tinggi. Kau akan mati dikejarnya."Aaron menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku pernah berhadapan dengan monster seperti itu

  • Puncak Benua   Bab 57 Bertemu Keindahan Di Dalam Hutan

    Aaron terus meloncat dari dahan ke dahan di dalam hutan, hingga tidak menyadari bahwa ia telah keluar jauh dari tempat semula berada. Hutan-hutan di sekitarnya tampak lebih lebat dan gelap, dan nyaris tidak terdengar suara orang lain di tempat itu.Tap!Dengan satu lompatan, Aaron mendarat di tanah dan memperhatikan sekitarnya. Pandangannya langsung menangkap tanaman obat di antara sela-sela batu—Daun Dewa, herbal yang bermanfaat untuk memperkuat fisik.Aaron dengan cepat mendekat, tetapi ketika tangannya terulur hendak meraihnya, tiba-tiba sebuah tangan halus muncul dari balik batu dan menangkap herbal tersebut.Aaron langsung terkejut dan melompat mundur. Pemilik tangan halus itu tampaknya juga terkejut, dan ia keluar dari balik batu."Siapa kamu?" tanyanya dengan heran.Aaron menatap sosok di depannya—seorang gadis memakai jubah yang sama dengannya, lengkap dengan penutup wajah yang menyembunyikan bagian mulut dan hidungnya. Meski begitu, Aaron yakin gadis ini sangat cantik."Aku s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status