Share

6. Mantan

Penulis: Jasmine
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-16 19:09:20

Logan mengembuskan napasnya perlahan seolah telah terbiasa memaklumi sikap ketus dan dingin istrinya. Ia tak bereaksi apa pun atau menunjukkan kesenduannya setiap kali Amanda bersikap kejam padanya. Ia hanya akan memakluminya dengan bersikap sabar.

"Benarkah? Tapi kulihat kau sudah jauh lebih cerah dan segar hari ini," balas Logan sambil tersenyum.

Ia kemudian memeriksa perban yang melekat di kepala Amanda. Perban yang sudah tak terlalu tebal dan banyak melilit bekas luka operasi istrinya itu, menandakan kepulihan Amanda yang terlihat cukup signifikan. Dalam hati ia merasa begitu puas.

"Bagus, lukamu pun sudah hampir mengering sepenuhnya. Bukankah itu hal yang bagus, Sayang?" Sambil berucap, Logan menyentuh perlahan wajah lembut Amanda dengan jemarinya secara kasual yang membuat Amanda sedikit tersentak.

"Bagus jika itu bisa membuatmu senang," ucap Amanda dengan nada manis namun terkesan sebaliknya.

"Tentu saja aku senang. Istriku mengalami proses pemulihan yang terbilang bagus, mengapa aku merasa tidak senang?" Logan kembali mengusap wajah Amanda dan tersenyum kecil.

"Hentikan menyentuhku, Tuan Logan," geram Amanda tertahan dan spontan saat lagi-lagi Logan menyentuhnya dengan kasual.

"Oh, bagus, tidak lagi," gumam Logan cepat. "Hentikanlah bersikap formal padaku, Amanda," tegasnya sambil menatap Amanda dengan sungguh-sungguh.

"Kita sudah menjadi suami istri sejak lima tahun yang lalu, kau tentu sudah tahu itu bukan? Bahkan tentang putra kita Andrew," ucapnya lagi.

"Tidak, maaf Tuan, aku tetap tak mengerti itu," ucap Amanda. Ia memalingkan wajahnya sekilas karena kedekatan pria itu sedikit membuatnya goyah. Terlebih, saat ia menyebut nama putranya.

"Logan. Panggil aku Logan, Sayang," ralat Logan. "Oh, ya Tuhan, jangan membuatku memulai menjelaskan semuanya lagi dan membuat kita melalui ini lagi dari awal. Aku bahkan masih tak dapat percaya dan belum dapat menerima dengan baik tentang amnesiamu. Terlebih, tentang pernikahan kita yang tak kau ingat. Tapi apa pun itu, aku akan bersabar hingga ingatanmu kembali pulih."

"Bagaimana jika aku tak dapat mengingat selamanya tentang itu?" ucap Amanda. 

Logan menggeleng cepat. "Tolong jangan kau katakan itu. Kau pasti bisa mengingatnya. Kau bahkan telah bisa menerima Andrew, putra kita walau belum mengingatnya, bukan? Aku yakin kau akan bisa mengingat tentang kita. Tentangku."

"Bagaimana jika tidak?" tantang Amanda.

"Maka aku akan membuat ingatan dan kenangan yang baru lagi untuk kita," potong Logan cepat.

"Itu tak semudah yang dikatakan. Kita mungkin benar sudah menikah dan aku jelas bisa menerima Andrew karena ia adalah darah dagingku. Namun, aku tak yakin dengan pernikahan kita. Maka dari itu, apakah tidak sebaiknya kita ...."

"Hentikan." Logan memotong ucapan Amanda seolah sudah tahu dengan apa yang akan dikatakan istrinya itu. Ia meletakkan kedua jemarinya pada bibir Amanda sambil menatapnya sendu.

"Jangan katakan apa pun lagi mengenai perceraian atau semacamnya, Sayang. Kumohon," lanjutnya dengan sorot mengiba.

Amanda sesaat tertegun dan hanya dapat menelan ludahnya. Ia tak segera dapat membalas ucapan Logan. Dalam hati, ia mengutuk dirinya yang seketika berdebar tiap kali Logan memanggilnya dengan sebutan sayang yang akhir-akhir ini sering didengarnya. Diakuinya, walau itu memang membuatnya berdebar, tetapi itu juga sekaligus membuatnya merasa muak.

Amanda menggeleng kecil. Ia mengingatkan dirinya sendiri untuk tak terlena dan terjatuh dalam tatapan pria itu yang begitu mengiba. Ia sesaat sempat merasa goyah ketika Logan menatapnya dengan raut sendu yang menyedihkan. Namun, ia kembali mengeras saat mengingat lagi bagaimana Logan mengkhianatinya hingga membuatnya memutuskan untuk berpura-pura amnesia.

"Apakah kita saling mencintai?" tanya Amanda kemudian.

Logan yang sesaat tersentak, hanya mengerutkan bibirnya seolah hendak menahan apa pun yang hendak ia katakan. Ia sendiri tak mampu mengungkapkan jawaban pasti atas pertanyaan Amanda dan terlihat sedang berpikir keras.

"Lihat, kau bahkan tak dapat menjawabnya, bukan?" ucap Amanda lagi ketika Logan hanya membeku.

Logan mengembuskan napasnya dan menatap Amanda dengan dalam. "Hanya satu hal yang dapat kukatakan secara pasti saat ini. Kita tak akan bercerai atau berpisah. Tidak akan pernah. Jadi, jangan kau ungkit hal itu lagi," tegasnya. Baik Amanda mau pun Logan hanya saling tatap dalam diam.

Kemudian, tiba-tiba saja ketukan kecil yang terdengar seketika meredakan keheningan yang tercipta di antara mereka. Baik Logan mau pun Amanda sama-sama mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu masuk secara bersamaan.

"Hai, bolehkah aku masuk?" Sapaan dan senyuman khas terlontar dari bibir merah merekah yang dimiliki oleh seorang wanita pirang ketika ia melongokkan kepalanya ke dalam ruangan itu setelah membuka pintu. Ya, ia adalah Francesca.

"Francesca?" ucap Logan terkejut saat wanita itu mulai masuk ke dalam kamar VIP tersebut setelah menutup pintu di belakangnya.

"Hai, Logan, aku hanya ingin melihat kondisi Amanda. Teganya kau menahanku selama dua minggu ini untuk menjenguknya," ucap Francesca. Ia kemudian mendekat ke arah pria gagah yang berkemeja biru itu, mencium kedua pipinya, dan mengusap lengan pria itu dengan kasual.

Entah mengapa, pemandangan kecil yang tak luput dari pengamatan Amanda itu membuatnya merasa mual dan muak. Sejenak, ia memikirkan dan teringat lagi ketika bagaimana mereka berdua terlihat masuk ke dalam sebuah hotel saat kecelakaannya terjadi tempo lalu. Dan itu membuatnya seketika ingin meledak.

"Pasangan berengsek!" geramnya gemas dalam lirihnya.

Francesca kemudian mulai menatapnya setelah 'menyapa' Logan. Dalam jarak yang tak terlalu jauh, Amanda dapat mencium aroma parfum yang ia kenal betul yang merupakan parfum favorit Francesca.

Ia masih hapal merk dan aroma tersebut karena dulu saat ia masih menjadi sekretaris Logan, ia pernah menyiapkan kado ulang tahun untuk wanita itu saat pria itu memerintahkannya untuk mengirimkan hadiah tersebut pada Francesca saat ia masih menjadi kekasihnya dahulu. Dan itu, kini masih membuatnya mual setiap kali ia mencium aroma parfum mantan kekasih Logan itu.

"Hai, Amanda, bagaimana keadaanmu?" ucap Francesca sambil tersenyum pada Amanda dengan raut cerah yang manis. Wajah cantiknya menatap Amanda penuh arti.

____****____

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pura-Pura Amnesia   83. Ekstra (3)

    "Apa maksudnya Anda memintaku untuk menemani perjalanan bisnis Anda? Mengapa?" ucap Bella sambil membetulkan letak kacamatanya dan menatap Liam tak percaya setelah pria di hadapannya itu mengutarakan maksudnya beberapa saat tadi."Ya, kau sudah mendengarnya, bukan? Aku akan ada perjalanan dinas selama seminggu untuk proyek baru perusahaan. Aku ingin kau ikut denganku karena kau adalah asistenku. Apakah ada yang salah?" tanyanya.Bella mengembuskan napasnya dengan sedikit keras. Ia kemudian melepas kacamatanya dan memijat tepat di pangkal tulang hidung, di antara kedua matanya tanda frustasi. "Begini, Tuan Liam, tidakkah Anda tahu benar apa inti dari pertanyaanku?"Dengan menahan kesalnya Bella kemudian meletakkan kacamatanya di atas meja kerjanya dan berdiri menghampiri bosnya itu agar dapat sejajar dengannya."Baru sebulan ini Anda menempatakanku di dalam ruangan yang sama dengan Anda dan mengajariku banyak hal untuk menjadi asisten pribadi yang profesional sesuai yang Anda mau. Tapi

  • Pura-Pura Amnesia   82. Ekstra (2)

    "Apa yang sebenarnya telah kau lakukan hingga kau dapat mengambil posisi Iris?" tanya seorang pria berkacamata pada Isabella saat ia menghadap pada sekretaris Liam, pria yang bernama Peter itu.Seperti yang pernah ia dengar, Peter yang merupakan sekretaris sekaligus sahabat bos mereka itu tak terlalu ramah pada karyawan wanita. Dan sekarang memang terbukti karena pria itu terlihat sangat tegas. Pria bernama Peter yang lebih mengedepankan rasionalitas dan pekerjaan itu, terkenal sangat detail dan perfeksionis."Karena kurasa Iris melakukan kesalahan yang membuat Tuan Liam tak suka, kurasa," ucap Bella apa adanya.Peter menggeleng kecil dan mengembuskan napasnya."Dengar Nona Isabella, kulihat kau tak memiliki pengalaman sebagai seorang sekretaris mau pun asisten atau semacamnya. Entah kesalahan apa yang telah Iris perbuat hingga Liam menurunkannya. Tapi, karena kau adalah penggantinya, maka aku akan memperingatkanmu di awal sebelum terlambat. Jangan pernah mencoba mengacaukan pekerjaan

  • Pura-Pura Amnesia   80. Ekstra (1)

    "Memang sungguh kasihan. Padahal ia masih muda. Jika aku menjadi dirinya, aku tak akan menyia-nyiakan begitu saja tubuh dan wajahku itu. Sungguh sayang sekali, bukan? Terlalu mencintai seseorang memang akan berakhir tragis saat tak bisa mendapatkannya." Walau tak berbicara dengan suara lantang, namun percakapan antara seorang wanita berkemeja biru pada lawan bicaranya, wanita berambut pendek berkemeja putih itu nyatanya terdengar juga di telinga seorang gadis yang sedang duduk di balik tembok penyangga di atas atap pada siang itu. "Bagus, aku malah mendengar gosip murahan di sini," gumam gadis itu sambil membuka kotak bekal makan siangnya. "Kupikir ini adalah tempat yang tenang." Gadis berkacamata itu memutuskan untuk tak menghiraukan obrolan dua karyawan lainnya yang ada di balik tembok. Ia dengan tenang kemudian mulai menyantap makanannya. "Ya, benar, bukan? Sungguh sangat disayangkan. Bos kita memiliki tubuh yang sangat bagus. Jika aku adalah wanita yang dicintainya, aku pasti a

  • Pura-Pura Amnesia   79. Selamanya (Selesai)

    Dua tahun kemudian ... "Selamat pada kalian, Tuan-Tuan, bayi kalian telah lahir dengan selamat dan sehat," ucap seorang perawat yang terlihat di dalam televisi layar lebar. Lalu, sorotan beralih pada dua orang pria gagah yang tengah berpelukan dengan haru setelah mendengar berita tersebut. "Lihat wajahmu," ucap Logan terkikik geli sambil menekan tombol berhenti pada televisi layar lebar miliknya yang ada di ruang santai itu. "Jangan mengejekku. Kau sendiri terlihat lucu dengan wajah itu. Tubuh besarmu pun rupanya tak mampu untuk tak bereaksi saat mereka memberi tahu kelahiran putrimu, kan?" balas Wade yang duduk di sebelahnya sambil mencomot keripik yang ada di hadapannya sambil tertawa kecil. Logan dan Wade kini sedang duduk sambil memangku putra dan putri mereka masing-masing. Ya, Jessi dan Amanda sama-sama telah melahirkan bayi mereka dalam waktu yang bersamaan dua tahun lalu. Dan kini, mereka sedang merayakan ulang tahun kedua bayi yang lahir bersamaan itu dengan santai di ked

  • Pura-Pura Amnesia   78. Perbincangan

    Keesokan harinya ....Rupert yang memiliki wajah yang terlihat kusut, pagi itu datang ke kediaman Logan. Ia bersama putra dan menantunya kini telah duduk saling berhadapan. Amanda dan Logan sendiri pun sudah dapat mengerti apa yang sedang dirasakan pria itu hanya dengan melihat raut wajahnya yang muram."Jadi, kau memang mendatangi Patricia, benar? Karena itu Sammy menolak semuanya."Logan mengembuskan napasnya dan mengangguk. "Ya, Dad, aku memang mendatanginya.""Lalu mengapa ia memberikan sahamnya dengan namamu?" gumamnya frustasi."Itu karena ia tak ingin Sammy mengambil alih perusahaan Langdon. Bukankah kau juga tahu akan hal itu?" jawab Logan tenang."Tapi mengapa? Bukankah itu juga hal yang bagus untuk putranya?!" ucap Rupert seolah tak mengerti.Ucapan Rupert membuat Logan memicingkan matanya dan menatap Rupert tak suka. "Putranya? Kau kira kau hanya memiliki satu orang putra saja? Apakah kau sadar dengan apa yang telah kau lakukan, Dad?" geramnya."Aku telah bersalah pada Patr

  • Pura-Pura Amnesia   77. Hal Aneh

    Ayolah, Sayang. Sampai kapan kau akan memasang wajah sebal padaku seperti ini? Bisakah kita tidur dengan damai tanpa kekesalan malam ini?" ucap Logan sambil memeluk sang istri dan mencium bahunya.Amanda yang kini sedang berbaring memunggunginya, tak menjawab bujukan Logan. Ia jelas masih merasa kesal sepulang kunjungan mereka dari dokter kandungan sejak mereka pulang sore tadi yang memang menyatakan dirinya telah hamil lima minggu."Apa kau tak merasa senang akan memiliki putri yang begitu cantik dengan perpaduan wajah seperti dirimu dan diriku, Sayang?" rajuk Logan lagi.Mau tak mau Amanda tersenyum geli. "Oh, please, kita bahkan belum tahu jenis kelamin bayi kita apa karena ia masih terlalu kecil.""Ah, kau sudah tersenyum. Itu lebih baik. Maafkan aku, Sayang. Jangan terlalu membenciku, ya?" Kali ini Logan membalikkan tubuh istrinya dan membelai wajahnya."Aku tak kesal karena memiliki bayi kita, tahu. Tapi aku kesal karena kau membohongiku!"ucap Amanda.Aku tahu, aku tahu, aku aka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status