Share

19. Perjalanan Ke Kota

Penulis: D'Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-02 22:20:10
Setelah Janu menyanggupi pekerjaan yang ditawarkan padanya. Rombongan dagang saudagar itu akhirnya berangkat. Selisih dua hari sejak kepergian rombongan dagang Jahan.

"Nona, kenapa anda ikut berjalan. Naiklah kembali kedalam kereta." Ucap salah satu anggota.

"Ayah harus banyak istirahat, jadi aku membiarkannya berbaring di tempat dudukku." Saudagar itu hanya tersenyum mendengar ucapan putrinya. Tidak salah, tapi tidak benar seratus persen juga. Alasan lain yang membuat putri manja itu tiba-tiba berubah adalah Janu.

Ayahnya paham betul sikap putrinya. Dia berubah setelah mengenal Janu. Berubah dalam artian baik. Makannya saudagar itu membiarkan saja putrinya untuk terus kasmaran pada Janu. Untuk masa depan mereka, bisa dipikirkan nanti.

Disisi lain Janu masih takjub dengan semua yang ada diluar hutan terlarang. Janu tidak menyangka begitu banyak manusia yang memiliki kebudayaan, peradaban dan ilmu pengetahuan yang luas. Belum lagi lingkungan yang asing baginya dan berbagai makan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   37. Penawaran Jahan

    Sejenak Jahan mengerutkan kening melihat reaksi Nalini yang tidak memperhatikan percakapan mereka sebelumunya. Bahkan Nalini mulai turun dari ranjang, bergerak dengan gusar keseluruh ruangan membuka apapun yang menutupi pandangan. Nalini menyingkap kain pentup meja, membuka seluruh pintu disana, membongkar laci-laci dan pintu lemari.“Dimana barang-barangku, kamu simpan?” “Harusnya semua yang ada di kamar ini adalah barang milikmu. Aku hanya memindahkan dari buntalan kain yang kamu bawa.”“Pedang, Seingatku aku selalu membawanya dan baru sadar sejak tinggal disini hanya pedang peninggalan Kakek yang belum aku lihat.”“Maksudmu ini.” Jahan menekan bagian bawah ranjang yang tidak terlihat secara kasat mata dan sebuah mekanis sederhana membuat laci rahasia muncul dibawahnya. Pedang tersebut tersimpan dengan aman bersama dengan Nalini di kamar ini. Segera Nalini menghampiri dan mengambil pedang tersebut. Membuka dari sarungnya, mengamati setiap lekukan pada pedang. “Oh, sungguh ke

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   36. Pria Tua Misterius

    Seorang pria tua tertegun melihat kemampuan Janu yang bisa mengalahkan lima pemuda dalah waktu yang sangat singkat. Bahkan penilaian Janu terhadap pedang legendaris juga membuatnya kagum. Janu sangat mengenali pedang tersebut dan dapat membedakan dengan yang palsu.“Anak muda, kamu tahu pedang apa yang barusan dibuang itu?”Janu menoleh melihat sosok kakek tua yang rentan dengan sebuah tongkat kayu menopang tubuhnya saat berajalan. Janu melihat kesana kemari untuk memastikan ada orang lain yang datang bersama kakek tersebut. “Apa Kakek terbiasa berjalan sendirian, ditengah hutan dan malam-malam seperti ini.”“Tenanglah aku tinggal tidak jauh dari sini. Hanya keluar sebentar untuk melihat ada keributan apa.”“Ah, maaf membuat Kakek khawatir.” Pandangan pria paruh baya itu tertuju pada pemuda yang berjatuhan dibelakang Janu. “Kakek tenang saja, mereka masih hidup dan cuman kehilangan kesadaran sejenak.” Lanjut Janu, tidak mau disalah pahami sebagai kasus pembunuhan.“Dari tampang mereka

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   35. Guna-Guna Beracun

    Jahan langsung mengunjungi kamar Nalini ketika mendaat kabar kalau jasad pelayan yang pernah di sekap oleh Nalini ditemukan menumpuk dihalaman belakang. Dilihatnya Nalini masih tertidur lelap. Jahan sudah menduga bahwa ini adalah perbuatan putra mahkota.Lantara terlalu ketakutan keberadaan Nalini diketahui oleh pihak istana dan Nalini harus dibawa kepengadilan kerajaan yang pasti akan dijatuhi hukuman mati.“Apa yang kamu lakukan?” Jahan yang sedari tadi sudah merasa tidak beres, langsung menahan tangan Nalini yang terlur padanya sambil menggenggam sebuah belati.“Dari mana kamu bisa mendapatkan belati itu?” Pertanyaan Jahan tidak ada yang dijawab oleh Nalini. Jahan baru menyadari tatapan Nalini yang terlihat kosong.“Keterlaluan.” Jahan sedikit kesulitan mengahadapi Nalini, bahkan ilmu bela diri yang digunakan Nalini tidak bisa tertebak oleh Jahan. Dia pun baru melihat jurus-jurus yang hanya diceritakan lewat buku-buku kuno. Ternyata itu bukan hal mustahil untuk dipelajari dan dari

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   34. Melepas Ikatan Yang Menjerat

    Janu turun dari geting rumah dan sudah ada Nira yang menunggunya. Dia tahu Janu tidak akan tinggal diam saja. Apa lagi ditinggal seorang diri. Wali kota yang mendengar keributan di pintu gerbang segera datang membawa serta pasukannya kesana. Nira sudah menduga kalau itu perbuatan Janu, tapi karena ayahnya tidak mengizinkan Nira pergi keluar dari rumah wali kota yang bisa Nira lakukan adalah menunggu dan berharap Janu kembali pulang. “Lupa kalau nama baik dan keselamatan rombongan dagang kami bergantung padamu?” Nira lagi-lagi memperingati Janu akan hal itu. “Baiklah kalau begitu, kita akhiri semuanya sampai disini saja.” Tegas Janu. Nira salah langkah untuk menahan Janu agar tetap bersama dirinya. Sekarang alasan itu rupanya tidak mempan pada Janu. Tapi bukan Nira namanya jika tidak mempersiapkan renacana cadangan. Mengingat Jahan juga sudah jatuh ke tangan perempuan itu, tidak akan dibiarkan untuk kedua kalinya laki-laki yang dicintai Nira pergi begitu saja. Ditambah mereka mengej

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   33. Kesepakatan Damai

    "Tuan Muda, Nona Nalini membuat masalah lagi. Kali ini Nona menyekap pelayan yang mengantarkan makanan ke dalam kamarnya." Lapor salah satu pelayan. Jahan hanya tersenyum menanggapi. Namun raut wajah penuh kehawatiran pelayan itu tidak kunjung sirna. "Dia bukan orang jahat, temanmu akan aman disana. Biarkan saja." Jahan seperti harus memberi penjelasan agar para pelayannya tidak khawatir berlebihan. Satu hari berlalu, sekarang sudah tiga orang pelayan yang berada di dalam kamar Nalini. Suasananya canggung sekali. Mereka diam dimeja tamu, sementara Nalini berbaring seharian diatas tempat tidur. Tiga pelayan itu juga manusia, suara perut yang kelaparan sampai terdengar oleh Nalini. "Makan saja hidangan yang kalian bawa. Aku tidak lapar." "Tidak Nona, ini untuk mu. Kami tidak berhak memakan milik tamu Tuan Muda." "Disini hanya ada kita saja dan aku tidak akan mengadukan hal ini pada Tuan Muda mu." Dari mereka bertiga, tidak ada yang berani bergerak sedikitpun. Nalini mulai frustasi

  • Pusaka Legendaris Sang Guru Besar   32. Sebuah Kepercayaan

    "Tuan, selama kota dibawah pengawasan anda. Baru kali ini begitu kacau dan ricuh." Ayah Nira bertanya di sela-sela makan malam mereka. Wali kota tersebut menghela napas dengan panjang sambil mengeluarkan selembar kertas keatas meja makan. Sebuah pencarian orang, buronan. Tidak seperti kebanyakan yang berparas seram dan bermasalah. "Karena ada berita yang mengabarkan kalau buronan ini masuk ke kota, kebetulan karena pertandingan besar sedang berlangsung." "Putra Mahkota yang berada disini, langsung menurunkan perintah. Kalau sudah begitu, mana bisa saya melawan perintah mutlak tersebut." Untungnya dimeja itu, hanya terdapat Janu, Nira dan saudagar dagang. Anggota lainnya duduk di meja yang terpisah. Kalau tidak mereka bisa heboh melihat lukisan wajah yang terpampang disana. Perempuan itulah yang sempat menolong dan memberikan obat pada rombongan dagang. Serta perempuan itu adalah orang yang sedang Janu cari selama ini. Entah reaksi apa yang akan mereka berikan tentang Nalini. "Se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status