Setelah memastikan Fan Shishi berpakaian rapi dan tenang, Tian Fan menggandeng tangannya, sementara Huang Yi Lin berjalan di samping mereka. Tiga sosok itu melangkah menyusuri tangga batu menuju lantai kedua Pagoda Tianjing. Aura yang menyelimuti tangga itu terasa jauh lebih padat dari sebelumnya, menekan tubuh seperti lapisan udara berat yang menembus kulit hingga ke jiwa. Begitu kaki mereka menginjak lantai dua, dunia seakan berubah. Kabut keperakan menyelimuti segala penjuru, dan udara dipenuhi gemerincing suara lonceng jiwa yang tak terlihat. "Tempat apa ini...?" bisik Fan Shishi pelan. Matanya menatap sekeliling dengan penuh rasa penasaran. Tian Fan mempererat genggaman tangannya. "Lantai kedua Pagoda Tianjing... tempat Ujian Bayangan Jiwa." Mereka melangkah lebih dalam. Tiba-tiba, cahaya putih terang melesat dari langit-langit dan membentuk lingkaran spiritual yang mengelilingi mereka bertiga. Sebuah suara menggema, dalam, megah, dan kuno: "Darah Kaisar Langit... dan
Langkah kaki Tian Fan dan Huang Yi Lin bergema tenang di koridor ruang spasial. Begitu gerbang kristal Pagoda Tianjing terbuka, aura spiritual murni menyeruak, seperti menyambut kedatangan tuannya yang telah kembali. Lantai pertama, tempat Fan Shishi dibaringkan selama enam bulan kini terasa berbeda. Aura pemurnian jiwa yang dahulu tenang, kini berdenyut kuat seperti detak jantung. Tian Fan melangkah pelan mendekati altar. Huang Yi Lin memegangi dadanya sendiri, menahan rasa gugup yang menumpuk selama berbulan-bulan. Sekitar lima meter dari altar, samar-samar Tian Fan bisa melihat pemandangan menakjubkan di kejauhan. Di atas altar kristal, seorang gadis muda berkulit seputih giok berbaring dengan tenang. Rambutnya panjang menyapu lantai, tubuhnya telah tumbuh sempurna... namun wajahnya tetap menyimpan aura polos nan lembut dari seorang anak yang tertidur terlalu lama. "A... ada apa ini, mengapa ini bisa terjadi?" tanya Tian Fan bingung, "Kakak Yi Lin, cepat tutupi tubuh ga
Dalam keheningan gua kristal yang tersembunyi di balik puncak utara Kota Yunyan, Tian Fan berdiri di hadapan altar batu yang memancarkan cahaya kehijauan. Aroma pekat energi spiritual memenuhi udara, mengalir dari dinding-dinding kristal yang mengelilingi mereka. Di belakangnya, Huang Yi Lin tergeletak dalam kondisi pingsan, tubuhnya terlindung oleh pelindung spiritual Tian Fan. Di hadapan altar, terdapat sebuah ukiran naga raksasa berlapis emas tua. Sorot matanya tajam, seolah menatap ke dalam jiwa siapapun yang berdiri di depannya. Saat Tian Fan mengangkat tangan dan menyentuh permukaan altar, cahaya menyilaukan meledak. "Keturunan darah langit... pewaris segel emas... sambutlah warisan Tinju Naga Suci." Suara bergema memenuhi gua. Aura naga purba menyelimuti tubuh Tian Fan. Seluruh pori-porinya terbuka, tubuhnya tertarik masuk ke dalam pusaran cahaya, menuju sebuah ruang dimensi warisan. ... Di dalam dimensi warisan itu, Tian Fan melihat bayangan naga emas raksasa melayan
Langit malam di atas tebing kristal Kota Yunyan menyala oleh aura pertarungan. Aura gelap membentuk pusaran hitam di udara, sementara Tian Fan berdiri kokoh melindungi Huang Yi Lin di belakangnya. Di hadapan mereka, tubuh nenek tua berjubah hitam gemetar, dipenuhi energi iblis yang meronta-ronta. “Anak muda... kau adalah wadah yang sempurna. Aura spiritualmu... murni, cemerlang. Jika aku menguasaimu, aku akan menjadi Raja Iblis Abadi!” Suara iblis itu menggema dari dalam tubuh si nenek, menciptakan getaran di udara. Namun Tian Fan hanya memejamkan mata sejenak, lalu menatapnya tajam. “Aku yang membunuh Fan Mo Jun,” ucap Tian Fan mantap. “Inang Jiwa Iblis Pertama. Dan aku akan mengakhiri dirimu juga.” Tawa mengerikan bergema. Bayangan hitam melesat dari tubuh si nenek, menyatu dengan tubuh Tian Fan dalam sekejap. Yi Lin menjerit panik. Mata tajam Tian Fan tiba-tiba berubah merah. Tangannya yang tadi memegang tangan Yi Lin kini terlepas, seolah meminta Yi Lin untuk menyelamatkan
Langit mulai menggelap di atas bukit tersembunyi utara Kota Yunyan. Tian Fan dan Huang Yi Lin berdiri di hadapan mulut gua kristal, tempat aura Darah Suci Binatang Dewa Tiga Ribu Tahun terdeteksi. Namun sebelum mereka sempat masuk lebih dalam, angin dingin yang membekukan tulang tiba-tiba berembus kuat, diiringi desis rendah seperti suara dari kedalaman neraka. Sosok berjubah hitam perlahan muncul dari balik bayangan tebing. Rambutnya kusut, tubuhnya bungkuk, dan matanya menyala merah samar. Tubuhnya tak lain adalah milik seorang nenek tua yang hampir mati, namun aura gelap yang menguar darinya terlalu kuat untuk manusia biasa. “Kau... adalah inang selanjutnya yang kutunggu,” suara serak itu bergema, namun bukan dari mulut si nenek. Melainkan dari makhluk iblis yang bersembunyi dalam tubuh rapuh itu. Tian Fan mengerutkan dahi, langsung merasakan tekanan spiritual yang mengancam. Yi Lin merapat di belakangnya, tubuhnya sedikit gemetar. “Jiwa Iblis Kedua,” gumam Tian Fan pelan.
Di sisi lain dunia... Sosok tinggi berbaju hitam berdiri di atas tebing karang tandus, menatap peta dunia spiritual yang terbuka di udara. Di matanya berpendar merah samar, dan dari punggungnya, bayangan makhluk asing mengendap-endap. "Fan Mo Jun telah lenyap," gumamnya dingin. "Kini... waktuku dimulai." Ia melompat turun, membelah awan gelap, menebas medan sihir, menuju lokasi keberadaan aroma Darah Suci yang mulai menguar samar dari utara Kota Yunyan. Ia adalah Jiwa Iblis Kedua... dan kekuatannya jauh melampaui yang sebelumnya menguasai tubuh Mo Jun. ... Di Kota Xia, kehidupan perlahan kembali berjalan seperti biasa. Namun rindu mulai tumbuh. Di markas militer, Ni Dan Ran berdiri tegak di hadapan medan latihan. Tatapannya tajam, namun ketika ia menyendiri di kantor, ia sering melirik layar ponsel kosong. Seorang seniornya, Mayor Qi Hao, mulai memperhatikannya lebih dari sekadar atasan dan bawahan. Pria itu selalu mencari-cari alasan untuk berada di dekat Dan Ran... namun